13; TOXIC

1.7K 246 41
                                    

"Tau ah anjing semua pacaran males banget gue, tak pernah ku sangka ternyata menjadi jomblo seberat ini." Adine mendumel sembari mengorek-ngorek pasir yang ia jadikan alas duduk.

Sesuai ucapan Arion tadi, ia akan mengajak Angel ke pantai untuk melihat sunset. Sebenarnya rencana mereka adalah keliling kota dulu, baru ke pantai buat lihat sunset, kan?

Tapi apalah daya, setelah motor Arion cs melaju, Sheila dengan tidak berdosanya langsung berteriak bahwa mereka tidak ingin jalan-jalan dengan outfit sekolah. Jadilah akhirnya ke-4 anak gadis itu ke mall dulu selama 3 jam untuk memilih baju yang cocok untuk ke pantai.

"Yahahaha liat tuh guys seorang Adine Candramaya menyendiri, seleb ig kita jones rupanya. Ada yang mau nemenin gak?" Sheila dengan wajah tanpa dosanya langsung mengarahkan kamera handphone ke arah Adine, dirinya sedang live IG saat ini dengan jumlah 267 penonton.

"Bangsad modar aja sana lo Sheila!" Dengus Adine, Sheila cekikikan kemudian berlari menuju Levi saat Adine akan menjitaknya.

"Tau ah bosen banget gue. Nyebur aja kali ya? Tapi takut ah nanti gue berubah jadi duyung." Gumam Adine sambil mulai berpikir, tapi akhirnya dia cuma main-mainin pasir aja.

"Woi brengsek Cakra! Gue basah anjing!" Kei berteriak kesetanan saat Cakra dengan sangat sengaja mengambil air yang ada di pantai itu kemudian menyiramkannya pada Kei yang tengah asik berfoto-foto.

Cakra tertawa puas, "Rasain! Emang cuma lo yang bisa jahat? Gue juga bisa kali, wle."

"Gak guna emang lo jadi cowo!" Dengus Kei.

Cakra menyunggingkan senyumnya kemudian mendekat ke arah Kei yang sedang mengelap wajah basahnya dengan tisu,

"Gue berguna dalam segala hal, Kei. Contohnya pas lo bawa gue ke rumah lo, lo gak bakal malu malu amat soalnya gue ganteng. Pas lo bawa gue ke tongkrongan lo, lo juga gak bakal malu sama temen-temen lo. Ah ya, gue juga berguna untuk menutupi keburikan yang akan lo hasilkan di keturunan kita nanti, karena nantinya keburikan itu akan ditutupi oleh gen gue yang super jernih nan mulus."

Plak!

Kei menampol keras Cakra yang saat ini sudah duduk manis di sampingnya.

"Serasa paling multifungsi." Dengus Kei.

Cakra lagi lagi tertawa, membuat Kei mau tak mau langsung memusatkan perhatiannya pada cowok ber-dimple itu.

"Ketawa mulu daritadi." Komentar Kei.

Cakra memelankan tawanya, "Gak boleh ya?"

Kei menggeleng pelan, "Gue nggak inget kapan terakhir kali lo ketawa selepas itu di hadapan gue."

Cakra menipiskan bibirnya, "Gue juga nggak inget kapan terakhir kali gue bisa ketawa lepas kayak tadi."

"Bohong. Setiap ama Jena juga lo bisa ketawa lepas. Pencitraan banget sekarang bilang kek gitu di hadapan gue." Ujar Kei memutar bola mata jengah, kemudian memalingkan wajahnya.

Cakra terdiam sejenak, "Lo pernah lihat?"

Dan kini giliran Kei yang terdiam, dengan perlahan dirinya kembali menghadap pada Cakra yang juga tengah menatap dirinya dengan lekat,

"Maksudnya?" Kei menaikkan alis.

"Lo pernah lihat gue bisa ketawa lepas kayak tadi pas sama Jena?"

Kei tertegun, kemudian ia memutar otaknya. Mencoba mengingat dengan jelas semua momen Cakra dan Jena yang terekam di memori otaknya, yah meski menyakitkan hal sialan itu tetap ada dan tidak akan pernah bisa terhapus dalam ingatan Kei.

Cakra memegang dagu Kei, kemudian menggeleng pelan,

"Nggak pernah, kan?"

Kei menipiskan bibirnya, agak merasa gugup. Setelah mencoba berpikir keras, yang ia ingat setiap kali Cakra dan Jena bersama hanyalah senyum tipis milik lelaki itu. Ya! Hanya senyum tipis. Hanya? Senyum tipis?

TOXICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang