"Gue peringatin lo untuk yang terakhir kalinya. Lo jangan pernah sentuh Angel lagi, jangan pernah coba deketin Angel lagi, jangan pernah muncul di hadapan Angel lagi. Karena kayak apa yang dibilang sama Kak Jaden tadi, kalo lo gak bisa jaga dia, setidaknya jangan sakitin dia." Kecam Adine pada Arion.
Ternyata diam diam dirinya datang ke markas Omorfos malam hari ini, bagi Adine pelajaran yang tadi siang diterima oleh Arion dan Jena tidak ada apa apanya jika dibandingkan dengan rasa sakit hati Angel.
Setelah puas menghajar Arion malam hari ini, Adine segera meninggalkan Arion yang sedang kewalahan. Jika kalian mengira Adine mengajak para bodyguard mereka maka kalian salah besar, Adine datang dengan sendirinya, tidak dengan pasukan, apalagi dengan ketiga sahabatnya. Dia hanya tidak ingin para sahabatnya terlibat masalah lebih dalam lagi.
Adine menghajar dan menumpahkan semua emosinya malam ini, tidak peduli apakah ini berdampak pada fisik dan mental Arion, dia tidak peduli. Siapa suruh sudah berani macam macam dan mencari masalah pada salah satu sahabatnya.
Brak!
Adine menutup pintu markas Omorfos dengan kasar. Jangan heran, Adine maupun ke-3 temannya bebas ingin keluar masuk markas Omorfos, karena mereka adalah ratu dari Omorfos.
"Bajingan lemah iman itu udah gue atasin. Tinggal lonte haus belaian itu yang harus gue beri pelajaran." Monolog Adine.
"Hum gue ajak ke 2 dugong lainnya itu kali ya? Bukannya gimana gimana gue cuma takut mereka ngambek gara gara gak gue ajak."
Adine melihat sekelilingnya. Gelap nan sepi. Jam menunjukkan pukul 3 pagi, Adine menutup matanya menikmati hembusan angin yang menurutnya menenangkan.
"Mau sampe kapan lo jadi cewe ga bener yang hobinya suka keluyuran?" Adine menghentikan langkahnya saat nada ketus itu terdengar dari arah belakangnya.
Adine mengerutkan keningnya kemudian menoleh kasar ke arah belakang, dapat ia lihat atensi Daffa dengan pakaian serba hitam dengan kedua tangan yang dimasukkan dalam kedua saku jaketnya.
"Ups, penguntit." Ujar Adine sembari menunjukkan smirk nya.
Daffa memutar bola matanya jengah, "Never."
"Terus?" Balas Adine sembari menaikkan alisnya.
"Ini wilayah markas omorfos, dan if u forget it, gue salah satu anggota inti disini."
"Terserah, intinya jangan ganggu gue. Gue udah nggak ada urusan sama lo." Tekan Adine, kemudian segera mengambil langkah untuk pergi meninggalkan Daffa.
Namun, Daffa dengan cepat mencekal pergelangan tangan mantan pacarnya tersebut, "Gue ga bisa biarin lo pulang dini hari kayak gini sendirian."
"APASIH LEPAS!" Bentak Adine sambil menghempas tangan Daffa dengan kasar.
"Peduli apa lo sama gue?" Sentak Adine
"Gue benci bilang ini, tapi gue emang sepeduli itu sama lo." Balas Daffa, dengan ekspresi muka yang susah dijelaskan.
Adine terkekeh mendengarnya, "Jijik anjing. Lo sana pergi, gue ga butuh cowok plin plan kayak lo. Lagipula lo udah punya Rean kan? Dia hobi sakit loh Daf, awas lengah dikit bisa mati dia."
"Adine. Jaga omongan lo." Geram Daffa.
"Ngapain gue harus ngejaga omongan gue buat lo? Emangnya lo siapa gue? PD banget nyuruh nyuruh gue." Balas Adine sengit.
"Ini bukan masalah siapa atau apa, tapi ini masalah etika ketika bicara sama orang." Ujar Daffa.
"Oh ya? Terus dimana etika lo tadi waktu ngatain gue cewe ga bener? Lo kira gue ga tertohok pas lo ngatain gue kayak gitu? Giliran Rean dikata katain lo malah marah, kocak gamink lo Daf." Sarkas Adine.
KAMU SEDANG MEMBACA
TOXIC
ActionFollow sebelum membaca! "Hanya cerita tentang 4 gadis kuat, yang selama ini selalu terbelenggu di dalam sebuah hubungan yang didominasi oleh sebuah rasa sakit, dan hebatnya mereka sangat sulit untuk keluar dalam belenggu tersebut. Hanya karena satu...