25; TOXIC

1.1K 144 16
                                    

"Daffa pindah sekolah setelah laporan lo." Cakra menghampiri Kei yang saat ini sedang melamun di Taman Sekolah.

Kei menoleh sejenak, "Bagus deh. Jadi tambah kelihatan kalo dia pengecut."

Cakra terdiam.

"Lo sendiri gimana? Nggak mau pindah?"

Cakra menggeleng pelan, "Kalo gue ikut pindah, gue merasa makin bersalah sama lo."

Kei mengangguk angguk, "Masih punya hati juga lo."

"Kei please." Nada bicara Cakra entah kenapa menjadi lirih.

Kei mengernyit, "Why?"

"Gue masih mau merjuangin lo."

"Setelah lo yang nyakitin gue berkali kali?"

"Gue akan bikin lo bahagia berkali kali juga setelah ini. Gue mohon, Kei."

"Gue mohon, kasi gue kesempatan. Dan gue juga mohon, pulang ke rumah, Papa khawatir banget sama lo."

"Gausah sok tau." Ketus Kei.

"Papa nelpun gue berkali kali, Kei. Lagian kenapa harus di non aktifin sih HP nya?"

Kei tertegun. Oh, pantes saja. Dia membanting HP nya malam itu di jalanan, that's why nggak bisa berfungsi dengan baik.

Tapi tenang aja, dia udah beli yang baru. Dan yang tau nomornya cuma ketiga sahabatnya.

"Kirain dia udah nggak peduli sama gue. Ya atau emang pura pura peduli?"

Cakra menghembuskan nafas kasar, ia terdiam sejenak.

Tak lama kemudian, ia mengeluarkan sebuah kartu undangan,

Kei mengernyit ke arah dirinya.
"Datang ke ulang tahun gue besok. Dan gue akan tebus semuanya, di hadapan kedua keluarga kita, di hadapan sahabat sahabat kita, di hadapan semua orang."

Mata Kei memanas entah kenapa, "Kra." Panggilnya lirih.

Cakra tidak menanggapi lirihan Kei, melainkan langsung memeluk tubuh kekasihnya itu. Bagaimanapun Cakra tahu, Kei sangat butuh sandaran dan tempat berlabuh saat ini.

"Gue cuma mau nyari keadilan buat temen temen gue, tapi dunia kejam banget. Dunia seakan anti banget sama yang namanya keadilan."

Cakra mengelus pelan rambut blonde yang dulu pernah ia sirami kopi itu, "Maafin gue, gue salah satu alasan dunia ini bisa kejam sama lo."

"Semua orang kejam ke gue, Kra. Termasuk Papa, termasuk Mama. Semua."

"Shut, gue yang nggak akan kejam lagi sama lo, ya? Kasi gue ngebuktiin sama lo kalo dunia juga bisa ngasi kita kebahagiaan."

"Gue udah lupa gimana cara untuk bahagia."

"Kasi gue kesempatan untuk ngajarin lo apa itu kebahagiaan."

Kei melepas pelan pelukan Cakra, ia menatap ragu ke arah wajah tampan di hadapannya.

"I promise, Keisha." Lirih Cakra, yang mendapat balasan sendu dari Kei.

"Can you?"

Cakra mengangguk mantap, "Anything for Keisha."

Kei menghirup udara dengan rakus, kemudian menghembuskannya dengan perlahan,

"Okay, gue akan datang ke pesta ulang tahun lo besok. Gue harap lo nggak ngecewain gue kali ini."

Cakra tidak bisa menahan senyum senangnya. Ia memeluk Kei dengan mata berkaca-kaca,

TOXICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang