"Oh shit. Lo yakin Kei? Jangan nekat ah, lo kalo mau sesat jangan ngajak ngajak anjing." Geram Adine emosi.
Bagaimana tidak emosi? Saat tadi Sheila dan Angel curhat tentang masalah mereka, Kei dengan tidak berdosanya langsung menjemput mereka ber-3 dan langsung melajukan mobilnya menuju sebuah club ternama di Jakarta.
"Ini tempat pelampiasan emosi paling bagus. Ayolah Dine, lo jangan sok alim. Kita kesini juga bukan sekali dua kali." Kei memutar bola matanya malas.
"Ya gue tau jingan. Tapi mereka lagi hancur hancurnya sekarang ini, kalo mereka maboknya berlebihan gimana??!?!!" Kesal Adine.
"Bacot lo banyak omong. Dah ni dah sampek, ayok turun."
Dengan berat hati, akhirnya Adine menyetujui usulan Kei. Mereka ber-4 berjalan beriringan memasuki club itu. Bau alkohol yang menyengat menjadi sambutan pertama saat mereka sampai di dalam sana.
Kei dengan tidak sabaran langsung memesan wine, tidak dapat dipungkiri memang jika ia juga merasa tertekan saat ini. Setidaknya malam ini ia sudah mendapat pelampiasan.
Adine yang daritadi menolak juga langsung sumringah saat melihat Hendra ada di sana dan langsung mendekatinya.
Hendra mengelus pipi Adine kemudian mengajaknya terjun ke dance floor. Sementara itu, tersisa lah Angel dan Sheila.
Sheila langsung mengikuti jejak Kei yang sedang meneguk beberapa minuman keras yang telah dipesan.
Sementara Angel? Gadis itu tidak kuat minum, ia juga badmood untuk sekadar menuju dance floor. Lalu pilihannya jatuh pada sofa maroon kosong yang ada di depannya, tanpa pikir panjang ia langsung merebahkan dirinya di sana sembari mulai memejamkan mata.
"Hen, okay you should to distance from me." Adine yang mengingat komitmen nya dengan Daffa langsung berupaya menjaga jarak dari Hendra yang tampak semakin liar.
"What's wrong? Kamu ada gandengan baru lagi?" Tanya Hendra, dirinya benar-benar menjaga jarak dari Adine, walau Hendra terkesan 'bad', namun ia tau cara menghargai wanita.
"Nothing. Masih sama, masih Daffa. I make some commitment with him, like promise that we're gonna change and gonna learn how to worth each other." Sahut Adine.
Tampak Hendra mengernyitkan keningnya, "Seriously kamu masih sama Daffa?"
"Yea. At that time i say that i still with him, right?"
"I know right. But i see his here with Rean. I tought you guys already break, because their look so sweet."
Mata Adine membulat mendengar penuturan Hendra. Ia berharap kali ini ia salah dengar.
Adine menarik tangan Hendra menuju tempat yang jangkauan musiknya cukup kecil.
"Bisa kamu ulang? Aku kayaknya salah denger tadi." Ucap Adine.
"Eumm.. yah, tadi aku lihat Daffa sama Rean di club ini. Aku kira kamu sama dia udah putus, makanya aku tadi sempet vc kamu tapi kamu nggak angkat. Tapi pas lihat kamu di club ini juga, aku makin yakin kalian udah putus. Kamu kesini pasti mau nenangin diri kan?"
Adine memejamkan matanya, hatinya entah kenapa langsung berdenyut nyeri.
"Dine? Are you okay dear?" Tanya Hendra memegang bahunya.
Adine menggeleng pelan, "Menurut kamu dia masih ada disini nggak?"
"I think masih. Jam baru set 11, mustahil orang orang udah keluar club jam segini."
Adine langsung mengangguk.
"Aku mau nyari mereka." Putus nya.
"Dine? Are you sure?"
KAMU SEDANG MEMBACA
TOXIC
ActionFollow sebelum membaca! "Hanya cerita tentang 4 gadis kuat, yang selama ini selalu terbelenggu di dalam sebuah hubungan yang didominasi oleh sebuah rasa sakit, dan hebatnya mereka sangat sulit untuk keluar dalam belenggu tersebut. Hanya karena satu...