24; TOXIC

1.1K 149 30
                                    

"Lusa ulang tahun Cakra. Kamu nggak ada niatan buat ngasi sesuatu yang spesial untuk dia?" Kei mendecak pelan saat Mamanya menanyakan hal itu, ia mati matian menahan untuk tidak menjawab dengan ketus, karena posisinya mereka saat ini sedang makan malam bersama di rumah.

"Kei belum ada ide." Hanya itu jawaban dari dirinya.

"Tumben? Setahu Papa kamu anaknya perfeksionis, jadi mustahil kalau kamu belum menyiapkan apa apa." Itu ujaran dari Papanya.

Kei memotong steak nya dengan tidak selera, ia mencari alasan yang masuk akal untuk bisa menjawab pertanyaan Papanya. Ia memang sosok yang perfeksionis, namun Papanya jauh lebih perfeksionis.

Melihat Kei yang terdiam, Mamanya pun jadi angkat bicara,

"Kenapa hum? Kalian ada masalah?"

Tak punya pilihan lain, Kei akhirnya mengangguk.

"Kita renggang akhir akhir ini."

"Baru kemarin Papa lihat dia nganter kamu, Kei. Ayolah, jangan bohong, okay?"

"Kei nggak bohong, Pa. Kei sama Cakra emang lagi renggang, sejak tadi sore."

"Kalo boleh tau---

"Kenapa kalian bisa renggang?" Tanya Papa.

Kei menghembuskan nafas gusar, tidak ada alasan yang masuk akal selain mengatakan hal yang sejujurnya.

"Kei berencana mau ngelaporin Cakra ke pihak sekolah."

Papa dan Mama Kei tampak langsung menghentikan kunyahan mereka secara bersamaan.

"Apa yang kamu maksud dengan melaporkan?" Kei memejamkan matanya saat ia sadar bahwa nada bicara Papanya sudah berubah.

"Cakra jahat selama ini." Aku Kei.

"Jahat gimana?" Tanya Mama Kei, masih dengan intonasi yang lembut.

"Cakra sama temen-temennya udah nyakitin Kei, Adine, bahkan Angel selama ini. Mereka nyakitin bukan cuma di hati aja, tapi di fisik bahkan mental." Terang Kei.

Mama Kei tampak terdiam setelah mendengar pengakuan putri satu satunya tersebut. Sedangkan Papanya langsung tertawa hambar.

"Kenapa seorang wanita selalu berlebihan?"

Kei mengernyit saat Papanya mengatakan hal tersebut.

Menyadari kebingungan pada Kei, laki laki berusia 45 tahun itu segera menjawab,

"Kamu tahu ini masalah sepele, Kei. Cakra dan teman temannya pasti cuma bercanda, kamu sama temen temenmu aja yang berlebihan."

Mama Kei meringis, tidak, seharusnya suami nya itu tidak mengatakan hal itu. Mama Kei reflek mencengkram ujung roknya saat Kei berdiri kasar dari tempat duduknya.

"Masalah sepele Papa bilang?! Bercandaan apa yang sampe bikin temen Kei rutin cek psikolog?! Bercandaan apa yang sampe bikin temen Kei selalu kelihatan jadi lemah? Dan..." Kei menggantung ucapannya.

"Bercandaan apa yang sampe bikin Kei hampir bunuh diri?" Lanjutnya, dengan nada memelan.

prang!

Mama Kei reflek menjatuhkan gelas, begitu terkejut dengan pengakuan putrinya itu. Begitu juga dengan Papa Kei, terlihat ia menggenggam erat garpu, mengalihkan rasa gentarnya.

"Kei tanya, bercandaan apa itu Pa? Masih bisa Papa bilang sepele, sedangkan dampaknya sebesar itu?"

"Kei--

"Tolong, sekali ini aja. Sayangin Kei, lebih dari Papa sayang sama uang uang itu."

"Tapi ngelaporin dia bukan jalan yang tepat." Tegas Papa Kei.

TOXICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang