Jam sudah menunjukkan pukul 8 tepat, tapi belum ada tanda-tanda jika Ryana akan segera bangun dari tidurnya.
Tidurnya masih tidak terusik walaupun sudah dipanggil beberapa kali oleh sang Bunda.
"Dek ayo bangun dong." Kata Bunda Rani sambil mengguncangkan tubuh anaknya dengan pelan.
Tubuh Ryana mulai menggeliat, "5 menit lagi Bun." Balasnya dengan suara serak.
Yudha yang sejak tadi menemani Bundanya untuk membangunkan di bungsu terlihat geram dengan tingkah adiknya tersebut.
Tanpa aba-aba Yudha menarik kedua kaki adiknya ke bawah hingga tubuh Ryana merosot ke lantai.
"Aaaaaaa...!!" Teriak Ryana.
Bunda Rani langsung menghampiri si bungsu yang sudah duduk di lantai, "Abang enggak boleh gitu sama adeknya." Tegurnya pada Yudha.
"Kalau enggak digituin susah bangun Bun." Bela Yudha.
Ryana menatap Yudha dengan tajam, "Rese banget sih lo."
Yudha tidak menggubris tatapan tajam tersebut, ia justru menarik Ryana untuk bangkit dari duduknya.
"Udah buruan mandi sana." Kata Yudha sambil mendorong pelan adiknya untuk masuk ke kamar mandi.
"Nyebelin banget sih lo jadi orang, pantesan jomblo wlekk..." Ejek Ryana sebelum buru-buru menutup pintu kamar mandi.
Yudha langsung menggedor pintu tersebut, "Heh buka pintunya! Kurang ajar banget lo jadi adik."
"Yud udah, kalau kamu gedor-gedor terus nanti adek kamu enggak jadi mandi."
"Tapi dia mulai duluan Bun." Rengek Yudha.
"Ayo kita turun aja ya." Bujuk Bunda Rani sambil merangkul badan anak keduanya tersebut.
Selesai bersiap-siap Ryana langsung turun agar Yudha tidak mengomel lagi.
"Bang Januar juga ikut?" Tanya Ryana saat melihat kakak tertuanya berdiri di depan TV.
"Ya ikut dong gue kan juga mau menyambut kepulangan sohib gue." Jelas Januar sambil menaik-turunkan kedua alisnya.
Ryana memutar bola matanya malas, "Iya deh yang paling sohib."
"Ry mulai besok kamu harus biasain bangun pagi sendiri ya." Kata Bunda Rani sambil merapikan rambut anak perempuannya tersebut.
Ryana tersenyum, "Iya Bunda."
"Mana bisa." Cibir Yudha.
"Enak aja gue udah hidup mandiri selama dua tahun kalau Bang Yudha lupa."
Setelah menikah Ryana memang tinggal di rumah yang akan ditempatinya bersama Sagara, tetapi berhubung Sagara kerja di luar negeri jadi Ryana tinggal sendiri. Namun, ia juga masih sering tinggal di rumah orang tuanya.
"Udah-udah jangan berantem, ini keluarga Admajaya udah nungguin di depan rumah lho." Lerai Ayah Hendra setelah membaca pesan dari besannya.
Kedua keluarga tersebut mulai melajukan mobilnya menuju bandara.
Semua orang kecuali Ryana antusias menunggu di tempat kedatangan penumpang. Ryana terlihat biasa-biasa saja bahkan terkesan acuh.
"Itu Bang Gara!" Teriak Junara dengan heboh sambil menunjuk laki-laki yang sudah ditunggu kepulangannya sejak lama.
Mereka sangat antusias terutama kedua orangtua Sagara seakan ingin cepat-cepat memeluk putra sulungnya yang telah lama tidak pulang.
Mama langsung memeluk Sagara dengan erat, "Sayang Mama kangen banget sama kamu.
Sagara membalas pelukan sang Mama, "Gara juga."
"Papa seneng kamu kembali ke Indonesia." Giliran sang Papa yang memeluk Sagara.
Begitu Papa melepaskan pelukannya Junara menyambar tubuh sang kakak, "Bang akhirnya lo pulang juga..."
"Jangan kenceng-kenceng." Protes Sagara yang terlihat kesulitan bernapas.
"Namanya juga kangen." Balas Junara setelah melepaskan pelukannya.
Giliran Ayah yang memeluk menantunya tersebut, "Akhirnya selesai juga urusan kamu di Amerika."
"Iya Yah."
"Bunda seneng kamu pulang."
"Iya Bunda."
Januar dan Yudha pun tidak ketinggalan untuk memeluk Sagara.
Sementara itu, Rayana masih diam di tempatnya sambil memperhatikan semua orang yang bergantian memeluk Sagara.
Yudha yang melihat adiknya masih diam berinisiatif untuk mendorongnya pelan.
"Apa sih dorong-dorong." Protes Ryana dengan suara lirih.
"Ya peluk dong suaminya." Ryana hanya menanggapi dengan decakkan.
Namun, saat melihat ke arah kirinya Ryana langsung terkejut karena seolah-olah semua orang menunggunya untuk memeluk Sagara.
"Buruan ditungguin tuh." Bisik Yudha sambil mendorong badan Ryana.
Hanya dengan melihat tatapan mata Sagara saja rasanya Ryana ingin segera kabur, tapi ini malah disuruh memeluk.
Jujur saja Ryana hanya berani pada Sagara disaat-saat tertentu saja. Melihat Sagara hanya diam dengan tatapan mata tajam seperti sekarang adalah yang paling ditakuti Ryana.
Dengan langkah berat Ryana menghampiri Sagara dan terjadilah pelukan antara suami istri yang sudah banyak ditunggu oleh semua orang. Ya walaupun keduanya diam tidak ada perkataan apapun.
Kedua keluarga tersebut memutuskan untuk segera kembali ke rumah pernikahan Sagara dan Ryana.
Keluarga Admajaya dan Pramudya langsung kembali ke rumah masing-masing agar Sagara dapat langsung beristirahat.
Tanpa mengeluarkan sepatah kata Sagara langsung masuk ke dalam kamar untuk beres-beres lalu beristirahat.
Ryana yang melihat tingkah laku suaminya tersebut hanya bisa bersabar, "Ryana lo harus kuat menghadapi Kak Sagara yang dingin dan irit ngomong." Gumamnya.
Bersambung...
Jangan lupa tekan bintang dan tinggalkan komen supaya aku rajin update ya 💞
KAMU SEDANG MEMBACA
GARARYA II Suga Ryujin ✅
Ficção AdolescenteRyana Pramudya hanya bisa pasrah menerima takdirnya yang harus menikah saat dirinya baru merasakan duduk dibangku perkuliahan selama 3 bulan. Bahkan setelah acara pernikahan pun Ryana Pramudya harus berpisah jarak dengan sang suami, Sagara Admajaya...