Jika para sahabat Ryana menduga akan terjadi suatu hal dimalam pertama Ryana dan Sagara tinggal satu atap, maka mereka salah besar karena kenyataannya Ryana tertidur setelah maraton drama di ruang TV sampai pagi.
Bahkan Ryana bangun kesiangan. Rasanya Ryana ingin marah dan mencakar wajah Sagara karena suaminya tersebut tidak membangunkannya, tapi mau bagaimana lagi sekarang ini mereka masih merasa asing satu sama lain.
"Kak kok enggak bangunin aku sih?" Protes Ryana saat melihat Sagara sudah rapi sambil duduk di ruang makan.
Sagara mengalihkan atensinya dari lembar berkas ke Ryana sambil mengernyitkan dahinya, "Emangnya kamu pesen?"
"Ya seenggaknya peka gitu, aku kan jadi hampir telat nih." Balas Ryana sebelum mengoleskan selai pada roti yang sudah dipegangnya.
"Baru hampir telat kan bukan udah telat."
Ryana tersenyum dengan paksa, "Iya cuma hampir Kak Sagara."
Sagara kembali fokus membaca berkas yang masih ada ditangannya tersebut.
"Ini enggak ada yang mau minta maaf gitu?" Sindir Ryana yang sama sekali tidak dihiraukan Sagara.
"Kak Gara beneran enggak mau minta maaf?"
"Buat apa?"
Ryana memejamkan matanya dan menghembuskan napas perlahan untuk mengatur emosinya, "Muka aku bentol-bentol gini digigit nyamuk karena Kak Gara enggak bangunin aku buat pindah ke kamar." Protesnya.
"Bukannya harus bilang makasih buat selimut ya?" Tanya Sagara sambil mengangkat satu alisnya.
Jujur saja Ryana sudah kehilangan kata-kata mendengar balasan Sagara yang sangat tidak terduga olehnya.
Ryana berdiri dari duduknya untuk segera berangkat ke kampus, tapi sebelum itu Ryana berbalik badan memunggungi Sagara.
"Aaaa...!!" Teriaknya melepaskan rasa kesalnya.
Kemudian detik berikutnya Ryana membalikkan badan menghadap Sagara, "Makasih ya Kak Sagara yang baik hati udah mau nyelimutin aku." Katanya sambil menampilkan senyum palsu yang justru terlihat menyeramkan.
Sagara hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah Ryana.
"Oh iya aku mau berangkat dulu bareng sama sahabat aku namanya Haidar." Pamit Ryana setelah pergi beberapa langkah.
"Iya." Jawab Sagara sambil merapikan berkasnya dan bersiap juga untuk pergi.
Ryana segera keluar dari rumah untuk menemui Haidar yang sudah menunggunya.
Haidar terkejut saat melihat Ryana, "Buset Ry muka lo kenapa bentol-bentol gitu."
"Digigit nyamuk." Jawab Ryana sambil memakai helm.
"Lo malem pertama kok malah sama nyamuk sih."
"Udah diem buruan berangkat." Kata Ryana saat dirinya sudah membonceng.
"Siap nyonya."
Haidar mulai melajukan motornya menuju kampus.
"Dih ngapain sih pake acara ngikutin segala." Dumel Ryana saat motor Haidar berhenti dilampu merah.
Haidar menoleh ke belakang, "Siapa Ry?" Tanyanya penasaran.
"Itu mobil hitam di belakang punya Kak Gara." Jelas Ryana.
"Pasti mau mastiin gue beneran ke kampus atau enggak dia cemburu gue dibonceng cowok lain." Celetuk Ryana dengan penuh percaya diri.
"Dih pede banget lo nyebut laki lo cemburu."
"Iya juga sih mustahil Kak Gara cemburu, ngapain coba buang-buang waktu."
Sesampainya di parkiran fakultas rasa percaya diri Ryana meningkat karena ia melihat mobil Sagara terparkir di parkiran.
"Eh lo mau kemana?" Tanya Haidar saat Ryana menarik tangannya.
"Udah ayo ikut gue nangkep orang yang ngebuntutin tapi enggak pro."
Sagara keluar dari mobil sambil merapikan jas miliknya tanpa tahu Ryana yang mendekat ke arahnya.
"Ya ampun Kak kalau cemburu itu-"
Perkataan Ryana terhenti saat ada seorang dosen berjabat tangan dengan Sagara.
"Selamat pagi Mas Sagara."
Sagara mengangguk sambil tersenyum tipis, "Selamat pagi juga Pak Dodi."
"Kebetulan Mas Sagara sudah ditunggu mari saya antar."
"Baik Pak Dodi terimakasih."
Ryana hanya bisa terdiam melihat kejadian tersebut.
"Hahaha... Cemburu Ry cemburu banget itu." Ledek Haidar.
Ryana menatap Haidar dengan tajam sambil memegang pundak sahabatnya tersebut, "Kalau anak-anak sampai tahu kejadian ini habis lo sama gue."
"Siap menjaga rahasia nyonya."
Setelah kejadian cukup memalukan tadi Ryana dan Haidar memutuskan untuk segera masuk ke kelas masing-masing.
Di dalam kelas seperti biasa sudah ada Karin, kalau si kembar biasanya memang sedikit mepet datangnya karena harus membucin dahulu.
Jian dan Juna sedikit heboh saat melihat Ryana sudah berada di dalam kelas dan sedang asik bercerita dengan Karin.
"Rya gimana?" Tanya Juna penasaran.
"Apa sih?"
"Calon ponakan." Timpal Jian.
"Gue ngobrol berdua aja baru tadi pagi." Balas Ryana sambil menghadap si kembar.
"Muka lo kenapa merah-merah gitu?" Tanya Juna sedikit panik.
"Digigit nyamuk gara-gara ketiduran di ruang TV."
"Orang lain tuh kalau habis LDRan yang merah leher nah ini malah muka mana yang bikin nyamuk lagi." Celetuk Jian.
"Kotor banget otak lo." Balas Ryana sambil memukul bahu Jian.
"Iya ih di kelas juga." Timpal Karin.
"Sorry-sorry."
"Eh gue denger-denger ya dosen baru yang bakal gantiin Pak Aryo langsung jadi koordinator matakuliah." Kata Juna yang membuat mereka bertiga sedikit mendekat padanya.
"Keren banget dosen baru langsung jadi koordinator." Balas Karin.
"Emangnya lo tahu orangnya?" Tanya Jian penasaran.
Juna menggeleng, "Soalnya gue tadi cuma sempet nguping sedikit pembicaraan anak kelas sebelah."
Jian, Ryana, dan Karin langsung menjauh dengan perasaan kecewa.
"Ah lo kalau kasih berita tanggung banget deh." Celetuk Jian.
"Tauk lo Jun kebiasaan banget." Timpal Ryana.
"Tapi katanya bakal langsung ngajar hari ini." Jelas Juna yang hanya dibalas anggukan kepala.
"Selamat pagi semuanya." Sapa seseorang yang membuat Ryana terdiam sangking terkejutnya.
"Lah dosen barunya laki lo Ry." Celetuk Jian dengan lirih sambil menyenggol tubuh Ryana.
Bersambung...
Jangan lupa tekan bintang dan tinggalkan komen supaya aku rajin update ya 💞💞
KAMU SEDANG MEMBACA
GARARYA II Suga Ryujin ✅
أدب المراهقينRyana Pramudya hanya bisa pasrah menerima takdirnya yang harus menikah saat dirinya baru merasakan duduk dibangku perkuliahan selama 3 bulan. Bahkan setelah acara pernikahan pun Ryana Pramudya harus berpisah jarak dengan sang suami, Sagara Admajaya...