Satu

1.5K 162 4
                                    

Jakarta, 2022.

"Lo sebenarnya itu niat nggak sih menjalin hubungan sama Bhisma ini?"

Rhea hanya mengangkat bahunya acuh tak acuh. Semua orang saat ini sedang menyoroti hubungannya dengan Bhisma Rasdianto Soeharso.

Sepertinya mereka merasa punya hak untuk mengatur- atur kehidupan percintaannya yang ia tahu sendiri bahwa prospeknya begitu suram.

Belakangan, ia sering bertengkar dengan kekasihnya itu hanya karena masalah- masalah sepele. "Gue yakin jawabannya enggak!" Devika memvonis. Bola matanya yang bulat bundar dan tajam itu memutar bosan.

"Heran deh gue ama lo, ya," katanya, tangannya sibuk mengaduk mie yamin yang dipesannya dari Warung Yamin Ali langganan mereka yang berada di Kebayoran Baru, tempat keduanya nongkrong siang itu.

Rhea mengerutkan keningnya. "Kok jadi Anda yang sewot ini?"

"Habisan menurut gue lo cuman buang - buang waktu saja. Jalan sama Bhisma ke sana- kemari. Tapi gue mau bertaruh demi Benelli yang baru gue beli itu, bahwa setiap detik, lo masih nge- stalk Instagram Aru." Tebak Devika dengan tampang sok tahunya itu.

Rhea yang siang itu memesan mie ayam ceker pedas kontan tersedak mendengar kalimat Dev. Ia  mencari - cari minumannya, sebelum menenggaknya hingga nyaris habis.

"Kenapa? Gue bener kan?" Devika menaikkan alisnya dengan jemawa. Merasa bahwa dirinya sudah benar menebak.

"Lo pikir karena selama ini gue lebih sering keluyuran di luar, gue nggak bisa tahu? Please deh Rhea Shakuntala, semuanya tuh ketebak dari muka lo. Bahkan gue tahu hal ini sejak kita masih di SMA dulu,"

Sekarang Rhea tahu rasanya dikuliti. Dan yang menguliti adalah sahabatnya sendiri, yang dia pikir nggak tahu apa- apa soal apa yang dipendamnya selama ini.

Sebagai seorang reporter acara Jelajah Khatulistiwa, Devika memang jarang berada di Jakarta. Dia lebih sering blusukan di bagian terdalam dan terluar Indonesia,c untuk mengeksplor kekayaan alam lewat program yang dibawakannya bersama Garin Soekroesono. Jadi selama ini Rhea salah mengira bahwa rahasianya aman- aman saja dari mata batin sahabatnya itu.

"Terus gue mesti gimana dong?" Rhea akhirnya merasa bahwa sandiwara ini sudah cukup.

Dia memang nggak mungkin menyembunyikan hal sepenting itu dari sahabat yang bahkan hafal bau keteknya karena dulu mereka sering banget saling pinjam baju satu sama lain sewaktu acara menginap setiap akhir pekan. "Menurut gue sih lo putusin saja si Bhisma." Devika mendesah, seakan Rhea terlalu bebal untuk mengerti maksudnya.

"Dia nggak akan mau, Dev. Lo tahu kan kenapa hubungan kami itu stuck di sini- sini terus? Padahal ini sudah empat tahun?"

"Karena ibunya?"

Rhea mengangguk pasrah. Wajah cantiknya berubah mendung.

Problem yang menghambat hubungannya dengan Bhisma memanglah berasal dari Ibu Bhisma sendiri, yang menginginkan latar belakang bersih serta sempurna dari calon mantunya. Bukan anak broken home yang keluarganya penuh dengan skandal.

"So masalahnya si ibuk ini nggak terima kan sama keadaan lo?" tanya Devika sekali lagi, "then itu udah berat sih kalau menurut gue. Orang yang nggak bisa terima latar belakang kita itu susah untuk ditakhlukkan," Devika merenung, sejenak ia melupakan mangkuk berisi mie yamin yang menjadi favoritnya ketika sedang berada di Jakarta atau Bandung.

"Gue juga nggak ngerti lagi deh, Dev..."

***

Rhea kembali ke Winona tepat pukul satu siang. Saat hendak masuk ke dalam ruangannya di lantai dua, ponselnya bergetar.

No RegretsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang