Ini sudah Minggu ke empat Rhea pulang dari Bandung. Progress novelnya sudah rampung 95%, dengan beberapa kali revisi karena ada beberapa bagian yang Olla kurang sreg.
Enam penulis sudah hampir semuanya selesai. Tinggal proses sunting saja. Dan karena acaranya akan diadakan tiga minggu lagi, Rhea membantu proses penyuntingan beberapa naskah. Dia jadi punya kesibukan. Meski pun sebelumnya dia sudah disibukkan dengan acara pernikahan adik Ninis. Saat pengajian kemarin Ninis, Mpok Zainab dan Winda melembur 450 paket snack boks.
Sudah dua hari dua malam dia nggak bisa tidur. Tubuhnya jadi sering merasa gerah, dan kelelahan. Nafsu makannya bertambah secara tiba- tiba.
Di samping itu, konflik di keluarga mama juga belum selesai. Penyebab kaburnya Mona adalah karena dia tak sengaja mendengar fakta bahwa Rhea adalah kakak kandungnya.
Sampai sekarang belum diketahui keberadaan Mona. Lalu Sam beberapa kali tepar di muka Winona sambil meracau betapa nggak adilnya dunia ini jika Rhea benar- benar adalah kakak kandungnya. Bang Is sampai harus empat kali mengirim Sam kembali ke rumah Ferry Iskandar di Simprug.
Dan semua personel Winona sudah tahu. Termasuk juga Regan. Namun yang memberitahukan adiknya itu adalah Eva sendiri. Eva kini lebih sering tinggal di Bandung, di rumah yang dibeli Ferry beberapa saat yang lalu untuk mencari keberadaan Mona. Pria itu nggak tega istrinya mondar- mandir Jakarta- Bandung karena mencari anak tirinya.
Segalanya tampak berjalan seperti yang semestinya, hingga terjadi sesuatu yang tak terduga pada hari Rabu itu.
Rhea baru saja selesai dari kantor penerbit Sagara Media, menyerahkan dua naskah yang telah selesai ia sunting .
Kantor penerbitan itu berada di kawasan Cinere, saat Rhea hendak menyeberang, sebuah motor Honda CB 150 warna hitam berlari kencang, seseorang dari kios minuman dan kios sate Taichan berteriak dari seberang, seolah-olah tahu bahwa sudah pasti barang tentu tujuan motor itu adalah menabrak Rhea.
Namun karena banyak kendaraan yang berlalu lalang, Rhea nggak mendengar seruan itu dengan jelas, tapi syukurnya, gadis itu masih sempat menghindari motor tersebut yang memang nyata- nyata melaju ke arahnya. Meski pun pada akhirnya, tangan Rhea terkena sambitan setang motor itu. Gadis itu pingsan di pinggir jalan.
Wanto, satpam penerbitan itu kemudian berteriak mencoba menyadarkan Rhea dengan menggoyang- goyangkan bahu gadis itu, disusul beberapa orang yang kemudian mencoba menyerukan nama Rhea, dan beberapa lagi mengejar motor yang dikendarai oleh dua orang tadi.
***
Yang pertama dilihatnya adalah kamar yang bernuansa hijau- putih, lalu Olla yang mondar- mandir di kamar itu dengan telepon genggam di telinganya, serta ekspresi panik di wajahnya.
Yang pertama kali mampir ke indera penciumannya adalah bau antiseptik khas rumah sakit.
Rhea juga merasakan sengatan nyeri di lengan kanannya saat digerakkan.
Melihat Rhea sudah membuka matanya, Olla langsung menghambur ke ranjang gadis itu. "Rhea, elo udah siuman. Gue panggil suster dulu. Tadi gue udah nelepon El. Aduh...,"
"Mbak tenang," desis Rhea sembari menahan rasa sakit di bagian- bagian tertentu tubuhnya.
"Oke, oke," Olla tampak mengambil napas dalam- dalam. "Gue akan panggil suster terlebih dahulu," perempuan itu keluar dengan langkah panik, lalu kembali masuk bersama dengan seorang suster yang bermuka senewen karena Olla terus merepet seperti kaset rusak.
Nggak lama setelah itu, datanglah Mpok Zainab dengan muka ketakutan. "Aduh, Neng Rhea...kenapa bisa sampai kayak begini, Neng..." Mpok Zainab berdiri dengan tubuh bergetar sambil membawa rantangan di tangannya. Setelah itu muncul Bang Iwan dengan wajah kaku dan bibir terkatup rapat.
KAMU SEDANG MEMBACA
No Regrets
ChickLitAwalnya, persahabatan itu berjalan baik antara Rhea Shakuntala dan Erwin Andaru meskipun nyatanya Rhea menyimpan perasaan khusus pada pria itu. Namun, sejak Daru pulang dari Aussie, segalanya sudah terasa berbeda. Sehingga Rhea harus mencari apa ya...