Winona selalu menjadi mood booster bagi Rhea.
Pagi hari ketika membuka mata, indera penciumannya akan disambut dengan berbagai macam bahan- bahan pembuatan donat dan roti.
Tepung, susu bubuk, susu cair, mentega, yeast, telur yang diaduk dengan mikser- mikser raksasa yang berjajar di dapur, adalah irama pagi yang selalu mengawali hari Rhea.
Cokelat yang dilelehkan, kacang- kacangan, dan juga aneka selai, salted egg yolk, ayam bumbu yang disuwir serta kelapa parut untuk isian roti.
Aroma manis dan gurih itu berpadu ketika baru keluar dari empat oven standar industri, seperti sudah menjadi nyawanya setiap pagi. Meskipun nggak bisa baking, tapi lidah Rhea sangat tajam dalam mengoreksi rasa dari donat- donat, kue dan roti tersebut.
Sejak jam tiga pagi Bang Iwan, Mpok Zainab, Adi, Bang Is dan Winda akan bergantian untuk memulai aktivitas di dapur Winona. Pagi ini, Mpok Zainab, Adi dan Winda bersiap membuat adonan lebih awal dari biasanya. Sebab ada pesanan donat yang akan diambil sekitar jam sebelas nanti.
Selain mereka, ada lagi beberapa yang bertugas di depan untuk melayani pembeli dan membuat minuman serta kasir. Totalnya sebanyak delapan orang. Dengan adanya limabelas personel yang menjadi tulang punggung berdirinya Winona, maka pikiran Rhea mudah teralihkan dari kedatangan sang mama kemarin sore.
***
"Emang yang kemarin lo beli udah kebaca semuanya?" dengan cuek, Devika membuka- buka majalah pernikahan yang sampulnya sudah dibuka.
Toko buku Mulia tidaklah besar. Pemiliknya adalah pasangan suami istri yang dulunya adalah guru dan murid.
Toko buku langganan Rhea sejak masih SMP. Selain menjual buku, toko Mulia juga menjual ATK, peralatan olahraga semacam raket, kok, bola tenis, hulahoop, matras yoga, dan masih banyak lagi.
"Gue ke sini nggak selalu buat beli buku," jawabnya, sambil berkeliling dari tempat buku dongeng anak- anak, hingga ke tempat alat tulis yang berjajar rapi di rak- rak yang teebuat dari rotan dengan aroma vintage.
Rhea menatapnya dengan kagum. Sejak dulu dia suka alat tulis. Koleksi alat tulisnya bisa memenuhi lemari buku dan meja belajar. Ditambah lagi, terkadang saat ayahnya pulang dinas, beliau pasti akan membawakan alat tulis dan buku dari berbagai negara di Asia.
Ayahnya seorang pilot untuk rute penerbangan di wilayah Asia.
Mood Rhea sekonyong-konyong down, ketika sosok ayahnya melintas di pikirannya. Sudah dua tahun mereka tak bertemu.
Ayahnya kini kembali ke Metro, Lampung. Selain karena usianya sudah mendekati kepala enam, pandemi membuat mereka tak berani nekat saling mengunjungi. Namun, beberapa hari yang lalu ibu tirinya sempat mampir dalam perjalanan beliau untuk menjenguk Regan di Bandung, sambil mengunjungi saudaranya yang ada di Pandeglang.
Rhea mematung sambil menggenggam stabilo warna kuning. Dev akhirnya juga kehilangan ketertarikannya pada majalah National Geographic yang tadinya ia balik- balik dengan antusias.
Gadis itu menepuk pundak Rhea. "Kayaknya elo laper. Di sekitar sini ada yang jual nasi Padang murah, enak pula. Mampir yuk!"
***
Sepiring nasi yang disiram dengan kuah rendang dan gulai, dengan lauk rendang, gulai nangka muda, perkedel, dan telur dadar, tersaji di hadapan Rhea. Devika sudah memulai suapan pertamanya. Sementara Rhea masih sibuk melamun.
Warung nasi Padang ini lumayan ramai padahal jam makan siang sudah lewat.
"Lo tahu nggak sih? Nggak gampang nemu nasi Padang di daerah yang seenak di Jakarta ini. Maksud gue selain yang di Padangnya sendiri ya. Kalau di sana sih levelnya udah nggak ada obat. Ayam pop sama ayam gulainya juara. Apalagi rendangnya!" dengan semangat, Devika menyuap makanannya. Sejak mereka berteman di SMP, Devika memang terkenal hobi makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
No Regrets
ChickLitAwalnya, persahabatan itu berjalan baik antara Rhea Shakuntala dan Erwin Andaru meskipun nyatanya Rhea menyimpan perasaan khusus pada pria itu. Namun, sejak Daru pulang dari Aussie, segalanya sudah terasa berbeda. Sehingga Rhea harus mencari apa ya...