"Elo nggak bakalan bilang- bilang ke Aru kan kalau gue ada di sini?"
Wajah Rhea panik. Sudah jauh- jauh dia main ke mal di Kelapa Gading buat kencan sama Agress, cowok basket dari SMA Bhakti Bhuana. Sebelumnya Aru mengajak Rhea untuk trekking di Papandayan, tapi Rhea menolak dengan alasan lagi dapet. Padahal dia janjian kencan dengan Agress.
Saat itu dia baru kelas XI, Agress kelas XII. Namun sial, udah jauh- jauh main ke Mal di ujung dunia, eh malah ketemunya sama Arkan, yang lagi jalan sama Jali dan Azka.
"Nah apa urusan gue?"
"Soalnya gue bilang lagi dapet. Dia ngajakin trekking sih," Rhea tercenung sebentar, "Elo ngapain di sini?"
"Ya gue main lah!"
"Tumben?" tanya Rhea penuh selidik. "Biasanya elo nggak bisa pisah sama Aru," Rhea mengarahkan telunjuknya ke muka Arkan, seraya memicingkan mata penuh selidik,"Elo cari barang yang enggak- enggak nih?"
"Ngawur!" bentak Arkan, menepis telunjuk Rhea yang mengarah padanya. "Udah lo mau balik sama si bule itu atau sama gue?" tanya Arkan sekali lagi. Sebenarnya sejak tadi dia mengamati tingkah laku Thaddeus Agress Julian yang sejak tadi melirik cewek- cewek yang melintas di mal tersebut. Arkan menggeleng, bukan urusan gue
"Ya udah, gue balik dulu."
Keesokan harinya.
Sepanjang hari itu Rhea murung hingga jam pulang sekolah. Aru mendekatinya, bertanya, "Elo bener- bener lagi PMS, ya? Mau gue beliin obat pereda nyeri?" tawar Aru.
Rhea tahu, Aru memang cowok yang baik, tapi dia nggak mau keterlaluan mempermalukan sahabatnya dengan memintanya untuk membeli obat antinyeri. "Tadi udah dikasih sama Bell," Rhea akhirnya menatap sosok sahabatnya itu. Seorang cowok yang gentleman, karena dia hidup hanya dengan ibu dan adik perempuannya.
"Kenapa?" karena dilihatin melulu, Aru merasa agak risi. "Kok ngeliatin guenya sampai kayak gitu?" Aru celingukan. Garuk- garuk salah tingkah.
"Ru, kalo elo lagi jalan sama gue nih misalnya, ya," mata Aru melebar, tubuhnya berjengit kaget mendengar pertanyaan yang sekonyong- konyong dilontarkan Rhea. "Misalnya doang kok, Ru, kalau lo lagi jalan sama gue, dan elo ngelirik cewek lain itu artinya apa elo nggak sungguh- sungguh sama gue?"
Aru tersenyum. Lembut.
"Rhea, kalau gue jalan sama seseorang yang gue sayang, ngapain gue pake ngelirik cewek lain? Itu namanya gue nggak menghargai cewek gue yang lagi ada di samping gue itu. " Jawab Aru tegas. "Kenapa? Elo habis jalan sama cowok kemarin?"
Muka Rhea langsung berubah. Muram. "Rhe, kita temen kan?" desak Aru, "Kalo temen, kenapa elo sembunyiin sesuatu dari gue?"
Rhea merasa bersalah. "Sori, Ru. Gue cuma berpikir gue pengin punya orang yang spesial. Sekarang kan elo jadian sama Jenna, gue nggak bisa dong terus- terusan repotin gue,"
"Jenna oke kok sama elo, Rhe. Dia bahkan nggak keberatan kalau gue sering anterin elo. Gue kan lebih dulu kenal elo ketimbang Jenna!"
***
"Rhe, udah sampe nih!"
"Hah!" Rhea hampir meloncat dari jok nya. Mengamati sekelilingnya, panas. "Ini udah sampe bandara?" matanya memicing.
"Lo mimpi? Kok kaget gitu gue bangunin?"
Rhea menegakkan tubuh. "Sorry, " bisiknya.
Ponsel Arkan berdering. "Dari Reina nih,"
KAMU SEDANG MEMBACA
No Regrets
ChickLitAwalnya, persahabatan itu berjalan baik antara Rhea Shakuntala dan Erwin Andaru meskipun nyatanya Rhea menyimpan perasaan khusus pada pria itu. Namun, sejak Daru pulang dari Aussie, segalanya sudah terasa berbeda. Sehingga Rhea harus mencari apa ya...