Tigabelas

649 103 2
                                    

"Ini pot bunga dari siapa, Ma?" lelaki itu berjongkok di hadapan kursi roda ibunya. Sang ibu seperti biasa, selalu menghabiskan sepanjang pagi di sudut halaman dan mengamati kolam ikan. Tak tersentuh. Namun kali ini di teras dekat kolam itu ada geranium baru dalam pot.

"Bagus ya bunganya, Dhis. Gadis itu juga cantik. Pakai gaun warna putih. Mama suka sekali karena dia mau nemenin mama ngobrol. "

Lelaki yang dipanggil Yudhis itu mengangguk, walau pun sebenarnya  dia agak bingung dengan kata- kata yang diucapkan sang mama barusan.

Tapi ia akhirnya ikut memandang bunga dalam pot tersebut. Dulu di rumahnya di kawasan Patra Kuningan, ibunya suka mengoleksi tanaman. Ibunya suka berkebun dan mengurusnya dengan baik. Hingga suatu hari ibunya menghilang. Selama tiga tahun kakeknya bungkam.

Yang ia tahu, orangtuanya pergi berlibur ke Galapagos, merayakan anniversary yang ke lima belas tahun. Pesawatnya jatuh. Dan selanjutnya, ia nggak  tahu apa- apa hingga sepulangnya Yudhis mengambil pascasarjana di London. Sepupunya yang membocorkan tentang itu padanya. Pria itu  marah besar.

"Dhis, kalau cari calon istri yang kayak dia. Orangnya peduli banget sama orang lain, nggak egois ."

Yudhis melirik ke arah suster Lita yang berdiri agak jauh dari posisi mereka. Suster berusia 30 tahun itu tersenyum. Clueless.

"Iya, Ma. Tapi Mama harus baik- baik aja, ya. Nanti Yudhis pasti datang lagi,"

Ibu Maira menatap tepat ke manik mata putranya yang cokelat muda. Kedua tangan kurusnya menangkup kedua belah pipi putra satu- satunya itu. "Yudhis," air mata meleleh di kedua pipinya. " Mama selalu sayang kamu. Nggak peduli bagaimana pun papa kamu memperlakukan mama, tapi kamu adalah hal terbaik yang pernah Tuhan berikan ke Mama."

***

Dua hari ini Rhea merasa berubah menjadi kucing gemuk. Regan memanjakannya dengan berbagai makanan, bahkan mengajaknya ke salon. Membuat Rhea memicing curiga.

House of Gen.

Terdiri dari salon, spa, dan perawatan kulit. Mengusung tema tradisional, dan terkesan bergaya rumah khas Bali .

Air mancur beraroma mawar menyambut keduanya di lobi.

Banyak ornamen batu, bambu kuning, bunga kenanga. Seorang perempuan berusia awal tiga puluhan menyambut keduanya dengan seragam berupa kebaya berlengan pendek dan rok selutut. Rambutnya dikepang menyamping dengan bunga yang tersemat di balik telinga.

Rhea balik tersenyum, namun ketika menoleh ke arah adiknya, gadis itu agak syok. Apakah Regan sedang tersipu?

***

"Jadi balik hari ini?" Aru berdiri di ambang pintu kamar Reina. Mereka masih berada di Bandung. Reina mengangguk, sambil memandangi ponsel miliknya.

Sudah seminggu sejak pertemuan mereka di bandara waktu itu. Sampai saat ini Reina belum pernah bertemu dengan Arkan lagi.

Aru mengerutkan kening sebelum mendekati adiknya. "Kamu lagi mikirin apa?" Aru mengambil tempat di belakang Reina.  Gadis itu buru- buru menutup laman Instagramnya. Bisa berbahaya kalau kakaknya sampai tahu.

Reina naksir Arkan sejak lelaki itu masih duduk di bangku SMA. Menjadi sahabat kakaknya.

Baginya, Arkan selalu menjadi cowok keren yang nggak banyak bicara. Lingkaran pertemanan kakaknya membuatnya kagum. Ada Arkan, Rhea, dan Jenna yang ketika itu menjadi kekasih Aru.

Setelah mereka lulus kuliah, Rhea sibuk mengekori Aru yang saat itu  memutuskan untuk bergabung  dengan  SouthStars Electronic, dan Arkan lanjut pascasarjana di London. Sementara itu Reina kuliah di Bandung.

No RegretsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang