Tik... Tik... Tik...
Marco menyentuh bahu Law yang masih sibuk memberikan dokumen ke bagian arsip. "Mau makan siang di kantin?" Tanya nya.
Law menggeleng. "Tidak. Aku sudah ada janji makan siang dengan orang lain," jawabnya.
"Wow, kau punya pacar? Apa dia cantik?"
Law memasang ekspresi gelap. "Dia ayahku."
Ada raut kecewa di wajah Marco. "Seleramu jelek sekali!" Ejeknya.
Law lalu pamit sebelum akhirnya pergi menuju pintu keluar rumah sakit. Siang itu, rintikan air hujan tidak begitu deras. Tidak banyak orang yang menunggu di lobby, tidak banyak pasien yang datang, dan seperti biasa tidak banyak orang yang berlalu-lalang di Kota Hujan ini.
Law mengambil payung birunya dan membukanya lebar. Lalu menyenderkan payung itu di bahu kanannya. Kakinya melangkah dengan perlahan saat menginjak pijakan becek. Dengan langkah hati-hati namun pasti, Law akhirnya pergi ke cafe tempat yang sudah di janjikan nya.
Lampu lalu lintas tidak begitu sering digunakan. Memang karena sistemnya sudah rusak karena air hujan. Dua minggu yang lalu terjadi korsleting di sepanjang lampu lalu lintas. Penyebabnya karena air hujan yang tidak pernah berhenti dan berhasil memasuki sistemnya.
Tidak banyak anak-anak yang akan berkeliaran di sekitar sini. Jalanan hanya dipenuhi genangan air yang semakin meninggi dan label kuning bertuliskan "HATI-HATI" dengan warna hitam dan di cetak besar.
Law tidak begitu peduli dengan sekelilingnya, ia hanya fokus berjalan sambil menghirup aroma hujan yang selalu disukainya itu. Matanya terpejam sebentar, lalu terbuka kembali saat setitik air menciprat ke wajahnya.
Dingin.
Mungkin segelas kopi hangat bisa menjadi teman hangatnya hari ini.
"Dan di sebelah sini adalah wilayah yang sudah digenangi oleh air!"
DEG! Suara yang tidak asing terdengar di udara. Law berhenti melangkah dan mulai memperhatikan sekelilingnya.
"Jika kalian melihat label kuning atau palang bertuliskan "HATI-HATI", saya menyarankan untuk tidak melewati tempat itu. Air sudah semakin meninggi melewati paha dan sangat berbahaya."
Darimana suara itu berasal?
"Ini adalah pemberhentian terakhir kita! Pastikan untuk memotretnya dengan hati-hati!"
Law kemudian menoleh ke belakangnya. Kenapa keberadaan orang itu sulit sekali ditemukan? Padahal selama ini orang itu berada di belakangnya?
Kedua mata mereka saling bertemu. Ada raut terkejut di wajah orang itu. Sementara Law seolah memang sedang menunggu respon orang itu. Tidak ada kata-kata yang keluar dari bibir mereka. Hanya ada senyuman riang yang diperlihatkan orang itu. Law hanya menatap lurus, menggenggam erat payungnya, dan membatalkan janji makan siangnya.
"Ini adalah satu-satunya toko yang menjual elektronik di Kota Hujan ini." Orang itu meneruskan monolognya.
Dengan jelas dan singkat, bahkan menarik perhatian kumpulan orang-orang yang memang dari awal mengikutinya. Silau kilat dari kamera terlihat, seperti sedang mengambil gambar tanpa berhenti.
"Bangunan ini berdiri sejak empat setengah abad yang lalu. Walaupun kelihatan tua, tetapi bangunan ini tetap di renovasi dan di periksa setiap tahunnya."
Seorang pria dengan kacamata mengangkat tangannya tinggi. "Kak Luffy, apakah alat-alat elektronik nya tidak ada yang rusak akibat air hujan ini?"
"Saya lihat-lihat di sepanjang jalan, lampu lalu lintas tidak begitu berguna. Apakah tidak takut jika terjadi korsleting lagi seperti yang pernah terjadi dua minggu yang lalu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
HUJAN || LAWLU ✅
FanfictionH U J A N: Hujan memerlukan keberadaan lapisan atmosfer tebal agar dapat menemui suhu di atas titik leleh es di dekat dan di atas permukaan Bumi. Apa kalian percaya jika "Pawang Hujan" benar-benar ada di dunia ini? Cover by Pinterest + sg Tell me if...