18

845 78 4
                                    

Tiga bulan terasa seperti mimpi buruk bagi semua orang. Seperti neraka yang sedang menjemput manusia dengan beribu dosa yang melekat di tubuhnya.

|Siaran Langsung|- LIVE•

Curah hujan semakin tinggi setiap hari. Air hujan beranjak naik dan menelan seluruh rumah penduduk di daratan rendah. Pemerintah menganjurkan untuk segera mengungsi dan meninggalkan Kota Hujan. Polisi memberikan papan pembatas aman untuk daratan yang dilarang.

Air hujan semakin menenggelamkan atap-atap rumah yang berada di daratan rendah. Ketinggian air untuk hari ini adalah 21 meter. Di harapkan seluruh masyarakat Kota Hujan tetap menggunakan jaket pelampung.
Sekian berita hari ini.

Ini bukan siaran TV pertama yang dilihat Luffy hari ini. Pria mungil itu hanya melamun sambil menekuk kedua lututnya dengan erat. Jiwanya seolah menghilang, ditelan oleh siaran TV itu. Luffy baru saja bangun tidur, rambut hitamnya berantakan, beberapa kissmark terlihat di sekitar leher, lengan, dan pahanya. Kemeja kebesaran milik Law menjadi pakaiannya hari ini.

RING! RING! RING! Suara ringtone yang begitu dikenal oleh indera pendengarannya. Luffy menoleh dan meraih ponselnya yang tergeletak tidak jauh darinya. Tanpa melihat nama seseorang yang menelpon nya. Ia menaruhnya di telinga nya lalu berkata, "Halo?" Dengan nada pelan.

<Kau di mana, Luffy?>

"Ace? Ada apa?"

<Sudah melihat beritanya?>

"Ya." Luffy menjawab tanpa semangat, ia hampir menyembunyikan seluruh wajahnya di lututnya. Memalingkan wajah dari berita TV. "Maafkan aku... ini semua salahku karena berhenti berdoa untuk langit." Cicitnya.

<Apa maksudmu, huh?>

Ada jeda panjang di antara mereka. Kemudian terdengar suara helaan napas lelah dari sebrang telepon.

<Jangan melakukan hal bodoh, Luffy! Mama tidak pernah memaksamu untuk menyerahkan diri kepada langit, kan? Untuk apa kau susah payah berdoa untuk langit? Biarkan saja Kota bodoh ini dipenuhi oleh genangan air, kami tidak peduli>

Luffy tidak menjawab, tangannya gemetaran saat memegang ponselnya.

<Jika kau selesai dengan urusanmu, pulang lah! Kami harus pindahan hari ini. Bantu kami, adik bodoh!>

Tiba-tiba Sabo merebut ponsel Ace dan tertawa cekikikan mendengarkan ocehan Ace.

<Hei, Luffy. Ini aku Sabo. Semua. Barang-barang mu sudah aku kemas secepat mungkin dan menaruhnya di tempat tinggi. Cepat pulang dan bantu kami, oke?>

"Aku akan pulang..." Luffy menjawab cepat.

Orang-orang yang tinggal di pemukiman daratan rendah segera pindah ke daratan tinggi. Di sana mereka mendapatkan rumah gratis, obat-obatan, dan beberapa fasilitas terbaik yang diberikan oleh pemerintah. Pihak polisi juga mengeluarkan larangan untuk warga mendekati genangan air tinggi.

Pemerintah mengeluarkan titah untuk segera mengungsi ke Kota yang lebih layak untuk ditinggali. Tidak banyak orang yang mengikuti titah pemerintah. Beberapa perahu dan getek mulai berlayar bolak-balik.

Luffy bersandar pada salah satu tangan sofa, kedua matanya menatap TV dengan tatapan kosong, sebuah telepon akhirnya berakhir. Ada satu helaan napas panjang setelah menerima telepon. Law keluar dari kamar mandi, ia melilitkan handuk di sekitar pinggang nya, tangannya sibuk mengeringkan rambut hitam nya yang basah.

"Kamu sudah bangun?" Law menatap Luffy, ia tersenyum tipis untuk menyapa.

Tetapi Luffy tidak membalasnya, ada raut kekecewaan dari dirinya. "Ace menelponku tadi," katanya mengalihkan topik. Kedua kaki Luffy turun dari sofa, kemeja putih kebesaran milik Law menutupi hingga lutut. Luffy menatap Law dengan tatapan penuh arti.
"Keluargaku akan pindah hari ini dan aku akan membantu mereka. Kau beruntung karena tinggal di tempat daratan tinggi."

HUJAN || LAWLU ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang