21

786 97 4
                                        

Tik... Tik... Tik...

Angin kencang membuatnya terbangun dari pingsannya. Dengan perlahan namun pasti, Luffy membuka kedua matanya dan menatap sekelilingnya terkejut. Awan-awan putih yang tidak pernah di lihatnya sebelumnya mengelilinginya dengan hormat. Langit biru yang jarang di lihatnya sangat bersih di langit. Tetapi posisi saat ini tidak memberinya waktu untuk takjub.

Seolah sedang terjun bebas, tubuhnya seperti bintang jatuh yang melesat di antara langit biru itu. Luffy memekik dengan heboh, di bawahnya terdapat langit hitam yang sedang berkumpul menjadi satu. Jantungnya berdebar sangat kencang saat melihat itu, rambutnya terangkat ke atas karena tiupan angin kencang yang terus menerpa wajahnya.

"Wahh... aku akan mati jika tubuhku sampai di tanah!" Luffy menjerit tertahan. Rasanya perutnya sangat mual sekarang.

Tiba-tiba Luffy merasakan ada percikan air yang mengenai wajahnya. Ia menoleh kepada tangannya yang entah mengapa berubah menjadi air. Luffy terkejut, ia takut. Tetapi tiba-tiba tangannya itu kembali seperti semula. Luffy mencoba untuk membernarkan posisi jatuhnya, ia mencoba untuk duduk, mencoba untuk menyentuh tangan nya.

"Apa aku... akan berubah menjadi buih hujan?"

Tubuh Luffy yang masih dalam posisi jatuh tiba-tiba menabrak langit hitam. Ia melihat petir dan gemuruh yang sedang bertengkar dengan hebat. Saling bersahutan, seolah mereka sedang marah kepada seseorang. Rintikan air hujan yang deras tiba-tiba mengenai wajahnya. Ia menatap ke bawahnya, menatap banjir yang semakin meninggi di setiap detiknya, menatap rumah-rumah yang mengecil semakin tenggelam ditelan oleh air. Ada perasaan yang sulit diungkapkan di hati Luffy.

Tubuh Luffy semakin cepat jatuh, Luffy bahkan tidak dapat merasakan indera penggeraknya lagi sekarang. Sepertinya ia mencoba untuk pasrah dengan kematian konyolnya ini. Kedua matanya semakin jelas dapat melihat titik kecil yang berada di bawahnya. Langit biru yang cantik, serta awan putih yang seperti kristal tidak dapat terlihat lagi. Kali ini ada perasaan kecewa yang menyelimutinya.

"Banjir ini... hujan ini... awan gelap ini... langit ini..." Luffy bergumam. "Pada akhirnya... apa semua orang akan melupakan aku?"

RING! RING! RING! Ponsel Luffy berbunyi dengan nyaring dari dalam kantung celananya. Luffy menoleh ke sumber suara, dengan sisa tenaganya ia mencoba untuk mengambil ponselnya tersebut. "Aneh." Luffy membatin. Bagaimana mungkin ada sinyal di ketinggian ini? Luffy membaca sebuah nama di layar ponselnya dan terkejut. Buru-buru ia menekan tombol hijau, menaruh ponsel itu di telinganya, dan berteriak.

"TORAO!" Teriakan nya di halangi oleh tebasan angin yang semakin kencang.

Tetapi itu cukup bagi Law. Pria tampan itu sekarang berdiri di tengah-tengah gedung rumah sakit. Di atap. Kepalanya menengadah ke atas, mengamati setitik bayangan hitam yang sedang terjun dari langit.

"Apa kau bisa mendengar suaraku, Luffy-ya?"

Rasanya Luffy ingin menangis sekarang. Ia terisak dan mengangguk pelan. "Ya, aku bisa mendengar suaramu dengan jelas, Torao." Ia terisak perlahan.

"Kau ada di mana? Di langit? Apa itu kamu yang sedang terjatuh di antara hujan itu?" Law berteriak sekencang mungkin.

"Ya, itu aku." Sekali lagi Luffy mengangguk sebagai jawaban. "Apa aku akan mati saat tubuhku menyentuh tanah?"

"Seharusnya begitu," Law menjawab seadanya.

Luffy sudah menangis sekarang, tangannya letih terus-menerus menggenggam ponselnya. "Kenapa kau masih mengingat keberadaanku, Torao?"

"Tetap bersamaku, Luffy-ya!" Suara Law terdengar sangat berat di ponsel. Ada nada kecemasan darinya. "Aku akan menangkapmu. Aku berjanji!"

"Aku tidak akan mati karena jatuh dari ketinggian?" Luffy mengulang kata-katanya.

HUJAN || LAWLU ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang