6

1.1K 122 4
                                    

Tik... Tik... Tik...

Hari ini, seperti biasa, tidak akan ada awan biru cerah yang akan menghiasi langit. Awan mendung dan gelap sudah menjadi cuaca sehari-hari di Kota Hujan ini. Dan tolong jangan berharap jika pelangi akan terlihat lagi.

Law baru saja keluar dari ruang UGD. Ia membuang sarung tangan karetnya yang masih dinodai oleh darah pasien yang baru saja ia tangani. Law berjalan menuju wastafel dan mencuci tangannya dengan sabun lalu mengeringkan dengan sapu tangannya. Pria dengan topi mirip pinguin berlari kecil mendekati Law.

"Dokter Law!" Pria itu melambaikan tangannya.

Law menoleh. "Apa kau membawakan rekam medis pasien yang kuminta, Pinguin?"

Pria bernama Pinguin itu mengangguk kecil dan menyerahkan rekam medis itu kepada Law. "Ini rekam medis terbarunya, Dokter." Jawabnya.

Law menerima dan mulai membaca rekam medis itu dengan cepat. "Terima kasih, ya."

Pinguin membungkuk sopan sebelum pergi, tetapi Law tiba-tiba memanggilnya lagi. Pinguin menoleh dan berkata. "Ada apa, Dokter? Apa ada yang salah dengan rekam medisnya?"

"Bukan soal itu," jawab Law. "Apa kau pernah mendengar berita tentang pawang hujan di Kota ini?"

"Pawang hujan?" Pinguin berpikir sebentar. "Saya tidak pernah mendengar apa pun tentang pawang hujan ini, Dokter." Jawabnya seadanya.

"Memangnya pawang hujan beneran ada di dunia ini?" Pinguin menyengir konyol. "Heh, jangan-jangan selama ini Dokter percaya dengan tipu daya yang ada di film-film itu, ya?"

Law mengerutkan keningnya. "Mana mungkin!" Gerutunya.

"Lagipula pawang hujan itu tidak pernah ada, Dokter!" Pinguin terkekeh ringan. "Itu hanya ada di film-film saja. Kenapa Dokter masih berniat menyelidiki fenomena hujan misterius ini, sih?"

"Bahkan ilmuwan saja sudah menyerah dan memilih untuk menyelamatkan diri."

Law tidak menjawab. Ia hanya menatap Pinguin dengan lurus. Tahu jika tidak akan mendapat jawaban apa pun, Pinguin meneruskan kata-katanya lagi.

"Lagipula, hujan tanpa henti yang hanya turun di Kota Sabaody sudah aneh, kan?"

Law berdiam sebentar untuk mengolah kata-kata Pinguin. Lebih tepatnya, Law tidak tahu harus bagaimana untuk merespon. Kepalanya sedikit menunduk untuk membaca satu per kata rekam medis yang di bawanya. Kemudian ia menghela napas pendek dan mengizinkan Pinguin pergi untuk melanjutkan pekerjaannya.

Law lalu berjalan menuju ruangannya dengan pikiran yang masih berantakan. Ia selalu bertanya-tanya dari pagi ini. Mengingat memori sebelumnya jika kemarin ia baru saja bertemu dengan seorang pria yang benar-benar bisa mengendalikan hujan untuk berhenti. Pria itu juga menyebut dirinya sebagai "pawang hujan". Apa-apaan itu?

Law sempat mampir ke mesin minuman sebelum melanjutkan langkahnya menuju ruangannya. Ia berjongkok di depan mesin minuman itu setelah menunggu dua detik dan mengambil kopi kalengan yang selalu dipesannya setiap hari.

Law lalu mengecek berita kemarin di ponselnya. Berita tentang penampakan pelangi yang terlihat di bukit rendah yang jarang di lewati orang.

Di artikel itu tertulis jika langit seolah berpecah menjadi bentuk lingkaran sempurna dan membuat langit menjadi cerah seperti Kota lain.

Sebenarnya ada apa dengan Kota Sabaody yang sekarang dijuluki Kota Hujan ini?

Apakah ini memang takdir atau kutukan?

•••

"Law!"

Seseorang memanggil namanya dengan riang. Ia mengangkat wajahnya dan menyingkirkan pandangannya dari ponsel.

HUJAN || LAWLU ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang