9

940 102 2
                                    

Tik... Tik... Tik...

Anehnya dari fenomena hujan yang tidak pernah berhenti ini, tidak pernah terdengar satupun petir atau gledek di kota ini.

Air hujan semakin menggila di saat bersamaan ketika Law mengatakan bahwa ia harus pergi sekarang juga. Luffy sebenarnya tidak berniat untuk menghentikan langkah pria tampan itu, tetapi ia merasa terluka saat Law mengatakan kata-kata yang berhasil membuatnya sakit hati.

"Sebaiknya kita tidak perlu bertemu lagi,"

DUAR! Seolah ada petir yang menyambar hati Luffy. Ia hanya memasang ekspresi terkejut serta bertanya-tanya. "Kenapa?" Jantungnya berdebar kencang saat mendengarnya.

Law tidak menjawab apa pun. Ia memang tidak berniat untuk tidak menjawab apa pun. Law hanya memalingkan wajahnya dan berkata dengan nada datar. "Aku harus pergi. Ada pasien yang harus aku selamatkan!"

Law berusaha untuk pergi, menendang genangan air yang mulai meninggi dengan susah payah. Luffy sebenarnya tidak mau memperlambat gerakan pria itu, tetapi ia tidak memiliki pilihan lain.

Luffy menarik lengan Law dengan kasar dan berucap. "Kenapa kita tidak perlu bertemu lagi?" Luffy dibuat bingung dengan tindakan Law yang tiba-tiba menepis tangannya dan kemudian memilih untuk berlari. Meninggalkan Luffy yang hanya menatap punggung Law yang semakin menjauh.

Tidak ada alasan yang pasti, tetapi Luffy adalah seorang pria yang sangat keras kepala.

Kakinya mencoba untuk mengambil langkah besar, berusaha untuk mengejar Law yang sudah hampir menghilang dari pandangannya. Luffy berteriak di tengah hujan deras. "Kenapa kita tidak perlu bertemu lagi?" Tetapi suaranya dihalangi oleh hujan.

Setelah mengambil jalur kanan, Luffy akhirnya benar-benar kehilangan jejak Law. Napasnya terengah-engah, dadanya naik-turun tidak beraturan. Suhu dingin mulai menyelimutinya. Bibirnya semakin pucat.

Ada bisikan pertanyaan yang memenuhi isi kepalanya. Yang bahkan Luffy sendiri tidak tahu jawabannya.

•••

Sudah dua jam setelah Law memasuki ruang operasi. Butuh usaha untuk mengeluarkan dua buah peluru yang tenggelam di dalam organ vital. Untung saja kali ini Law masih bisa menyelamatkan nyawa pasien. Law susah payah mengatur napasnya sambil membilas tangannya yang masih dinodai darah. "Huft!" Law mendesah saat mengeringkan tangannya dengan handuk yang menggantung di sebelah wastafel.

"Peluru nyasar, kah?" Gumam Law setelahnya.

Law lalu berjalan keluar dari kamar mandi dan berjalan perlahan menuju mesin minuman yang sedang menganggur.

"Tetapi bagaimana mungkin? Ini kan Kota Hujan," lanjutnya.

Seorang suster tiba-tiba berjalan perlahan mendekati Law. Ia menepuk pundak Law pelan dan berkata seolah berbisik. "Ada tamu untukmu, Dokter Law."

Law memberikan tatapan bingung. "Siapa?" Tanya nya.

"Ayah anda." Jawab suster itu. "Beliau menunggu di ruangan anda, Dokter!"

"Ah!" Law tiba-tiba teringat sebuah janji yang tidak ditepati. Ia hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan tersenyum kikuk kepada suster itu. "Terima kasih!" Ucapnya pendek.

Law langsung berjalan menuju ruangannya yang memang tidak begitu jauh dari tempat mesin minuman itu. Dengan berat hati Law memberanikan diri untuk membuka pintu itu lebar. Di dalam seorang pria setengah baya duduk membelakangi Law dengan santai. Kedua matanya yang tua menatap tetesan air hujan yang menodai jendela.

HUJAN || LAWLU ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang