Tik... Tik... Tik...
Rintikan hujan yang semakin deras tiba-tiba saja jatuh dengan lambat saat itu. Gumpalan awan yang mendung seolah mendukung hasrat Law yang memang sulit untuk ditolak mentah-mentah.
Di detik setelahnya, saat Luffy belum menyadari apa pun. Payung biru Law tiba-tiba saja terjatuh. Law membuangnya dengan sukarela. Kedua tangannya menyentuh pipi Luffy dan mendekatkan bibirnya ke bibir Luffy.
Law mengecupnya. Memberikan ciuman panas dengan tidak sabar. Ia melumat bibir itu sesukanya, menjilat darah yang terasa manis itu dengan tekun, dan bermain-main dengan lidah Luffy yang masih terasa ngilu. Luffy terkejut, ia hampir menjerit walaupun tidak bisa. Law benar-benar menutup bibir pria mungil itu dengan ciuman panjang yang menggiurkan.
Air hujan semakin membasahi tubuh Law tanpa ampun. Dan Luffy semakin kehabisan stok udara di paru-parunya. Kedua kaki Luffy semakin melemas dan tidak mampu lagi untuk menopang berat tubuhnya. Tetapi dengan sigap, tangan besar Law langsung memeluk tubuh mungil Luffy dan menahannya.
Law kemudian melepaskan ciumannya. Sisa saliva masih menempel di bibir Luffy. Law menatap raut wajah Luffy yang sangat berantakan. Beberapa kali pria mungil itu akan bernapas berat dengan wajah yang sudah berubah menjadi tomat.
"Apa kamu baik-baik saja, Luffy-ya?" Law bertanya sambil mengecup lembut kening Luffy.
Luffy tidak memiliki tenaga yang tersisa. Genggamannya pada payung sudah hampir melemah, namun Law tiba-tiba menjulurkan tangannya dan menggenggam erat payung merah Luffy.
"Jangan dilepas..." Law berbisik di telinga Luffy.
Luffy tidak mampu untuk mengucapkan satu kata pun. Ia hanya mengangguk kecil dan memilih bersandar di bahu Law yang basah. Tetapi Law merasa tidak pantas, ia sedikit menjauhkan bahunya.
"Apa kamu bisa berjalan, Luffy-ya?"
Luffy hanya menatap Law dengan tatapan terangsang. Ekspresinya yang kacau semakin terlihat kacau. Melihat kondisi Luffy seperti ini semakin membuat Law bergairah.
Ternyata hujan juga mengetahui isi hati Luffy. Petir yang tidak pernah terlihat di Kota Hujan ini tiba-tiba terlihat. Kilatan halilintar yang menakutkan dan mengejutkan membuat Law hampir kehilangan keseimbangannya. Ia menatap langit dan menatap bingung.
"Kenapa ada petir?" Law lalu mengalihkan pandangannya kepada Luffy yang masih merasa terangsang. "Luffy-ya... maaf tetapi..."
Law tidak melanjutkan kata-katanya karena tiba-tiba rintikan hujan semakin deras dan menyakitkan saat menyentuh bajunya yang basah. Gledek tiba-tiba terdengar memekik di udara. Angin bertiup dengan kencang. Hampir saja topi bintik-bintiknya Law terbang karena nya. Law khawatir dengan keadaan langit yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Buru-buru ia mengangkat tubuh Luffy dan menggendongnya.
"Tolong genggam payung ini, Luffy-ya." Ujar Law buru-buru. Kakinya berlari dengan cepat.
"Kita... mau kemana?" Akhirnya Luffy berhasil mengatur napasnya dengan normal.
"Aku khawatir dengan langit jika kita meneruskan nya di sini." Jawab Law seadanya. "Tidak pernah terlihat petir, gledek, dan berangin selama di Kota Hujan ini. Tetapi kenapa sekarang terlihat?"
Luffy menatap langit dengan tatapan linglung. Ia hanya menggeleng kecil dengan susah payah. Tetapi Luffy tidak berniat untuk mengatakan apa pun. Ia hanya menarik kerah baju Law. "Kita... mau kemana?" Ulangnya lagi.
"Meneruskan hal yang belum tuntas," Law berkata dengan nada yang sulit ditebak.
Tetapi karena Luffy bodoh dan malas untuk berpikir di saat pikirannya melayang dan sedang merasa terangsang. Luffy hanya menarik kerah baju Law lagi. "Kita... mau kemana?"
"Hotel." Jawab Law pendek.
•••
Ruangan persegi itu memiliki lampu remang-remang yang sangat mendukung. Aroma khas dari kamar hotel yang dipesan Law tiba-tiba membangkitkan "semangat" yang ditunggu-tunggu.
Law menaruh Luffy di kasur dengan perlahan. Ia lalu membuka pakaiannya yang basah dan menjemurnya. Luffy duduk di tempatnya dengan tatapan terangsang. Wajahnya memerah, dengan perilaku malu-malu, dan jantung yang berdebar-debar membuatnya kehilangan iman.
"Apa kita akan melakukannya?" Luffy bertanya dengan nada lembut.
Law berbalik sebentar hanya untuk menatap Luffy, namun ia tidak menjawab apa pun dan melanjutkan aktivitasnya.
"Apa yang kau lakukan, Torao?"
Law sibuk memeras pakaiannya yang basah dan mengambil gantungan baju. "Memeras baju," jawabnya singkat.
Luffy melihat punggung Law dengan tatapan bingung. "Apa kita tidak akan melakukannya?" Tanya nya.
"Melakukan apa?" Law berbalik badan dan berjalan mendekati Luffy. Ia hanya menggunakan celana boxer.
Luffy menatap keseluruhan milik Law sampai bagian atas dengan tatapan penuh harap. "Apa kita tidak akan melakukannya, Torao?"
Law sibuk mencari saklar lampu. "Ini bukan hotel cinta, Luffy-ya." Kemudian menyalakan lampu. "Kamu tidak kebasahan, kan?" Lanjutnya.
Lampu yang bersinar dengan terang membuatnya melihat jelas raut wajah Luffy saat ini. DEG! DEG! DEG! Sebenarnya Law juga ingin meneruskan "pekerjaan" yang belum ia tuntaskan. Namun untuk saat ini momen nya tidak mendukung. Law berjalan mendekati Luffy dan memberikan kecupan singkat di bibirnya. Kemudian ia tersenyum dan menarik tangan Luffy dan mencium punggung tangannya.
"Ada urusan penting yang harus aku lihat, Luffy-ya..." Jawab Law akhirnya. Lalu ia berjalan menjauhi Luffy dan berjalan mendekati jendela.
Di luar petir, gledek, dan angin masih saling menyambar. Seolah sedang berkomunikasi satu sama lain. Law mengamati dengan teliti. "Sebenarnya ada apa ini?"
"Tidak pernah terjadi sebelumnya-" Law melipat kedua tangannya di depan dada. "-apa fenomena ini termasuk variasi baru? Kalau terus begini, bisa-bisa Kota Sabaody akan menjadi teluk cepat atau lambat..." Gumamnya.
Tetapi karena Luffy adalah orang yang sangat keras kepala. Ia menurunkan kakinya dan berjalan dengan langkah linglung. Dari belakang ia memeluk tubuh Law yang tidak dibaluti satu pakaian pun. Law awalnya terkejut, ia lalu merasa geli saat kedua tangan Luffy mulai meraba dada bidang Law.
"Luffy-ya..." Law berucap dengan nada lembut.
Mendengar namanya di sebut dengan begitu lembut membuat tubuh Luffy semakin menggigil. Ada napas berat yang dikeluarkan dan membuat panas punggung Law seketika. Law tersentak. Ia lalu melirik untuk memeriksa keadaan Luffy.
"Aku kebasahan... Torao..." Luffy berucap dengan pelan.
Law lalu memutar tubuhnya dan menatap Luffy dengan khawatir. "Akan kuambilkan handuk kalau begitu." Jawab Law. "Yang mana tempat kebasahan nya? Aku akan membantumu untuk mengeringkannya."
Luffy menggeleng dengan susah payah. Ia menarik tangan besar Law dan menuntunnya sampai di bagian bawahnya. Di sekitar selangkangannya, sebuah tonjolan yang memiliki arti lain. Luffy memperlihatkan ekspresi terangsangnya yang tidak dapat di kontrolnya. Dengan wajah memelas, ia memohon, menyuruh pria tampan itu untuk bermain dengan kepemilikan nya itu.
"Aku mohon... Torao..." Napas berat semakin terlihat sexy untuknya. "Aku... sudah tidak kuat lagi... ngghh..."
KAMU SEDANG MEMBACA
HUJAN || LAWLU ✅
FanfictionH U J A N: Hujan memerlukan keberadaan lapisan atmosfer tebal agar dapat menemui suhu di atas titik leleh es di dekat dan di atas permukaan Bumi. Apa kalian percaya jika "Pawang Hujan" benar-benar ada di dunia ini? Cover by Pinterest + sg Tell me if...