Bonus Chapter

1K 101 13
                                    

Lagi-lagi hujan.

Rintikan nya yang tajam membasahi bumi, membuat jalanan basah. Tetapi hal terbaik nya adalah tidak ada geluduk dan petir yang menyerang Kota Sabaody. Kedua pria yang sudah menjalani sebuah hubungan asmara hampir lima bulan sibuk berbincang di sebuah cafe. Meneduh. Sambil becanda dan bertukar cerita hangat.

Tentu saja hujan tidak lagi mengguyur Kota Sabaody seperti lima tahun yang lalu. Cerita itu hanya legenda. Hanya klise. Banyak hal yang harus diperbaiki jika kalian menceritakan kisah ini kepada generasi berikutnya. Setidaknya itu yang selalu dikatakan para orang tua yang sering menceritakan hujan ini kepada cucu-cucunya.

Tetapi bagi Law dan Luffy, kisah ini hanya dongeng. Kisah yang tidak nyata. Atau bisa di bilang mereka tidak pernah percaya tentang hujan yang terus-menerus jatuh dan hanya membasahi Kota Sabaody.

Luffy tertawa terbahak-bahak saat mendengar cerita Law yang sukses membuat perutnya sakit. "Memang ada yang seperti itu?" Dia menepis kata-kata Law.

"Kamu tidak mempercayaiku?"

Jika dipikir-pikir mungkin ini adalah akhir bahagia untuk mereka berdua, kan?

Law sibuk tersenyum manis, kedua matanya menatap Luffy dengan tatapan lembut. Terkadang ia akan terkekeh geli mendengar cerita Luffy yang menurutnya konyol.

Bagi Law sendiri, menghabiskan waktu bersama orang yang ia cintai adalah sebuah kebahagiaan yang tidak pernah tergantikan dengan apa pun. Semenjak pertemuan pertamanya dengan Luffy di Kota Sabaody lima bulan yang lalu, saat kedua matanya bertemu dengan mata Luffy. Perasaan rindu, perasaan cinta, perasaan yang tidak pernah bisa ia deskripsikan menggerogoti dirinya.

Seolah-olah Law selama ini sedang menunggu seseorang. Seolah ia selalu mencintai seseorang.

"Luffy-ya," Law memanggil lembut, meletakkan tangannya di pipi Luffy yang berisi itu. Kedua matanya menatap dengan cinta.

Luffy menggesekkan pipinya ke tangan besar Law, ia tersenyum tipis. "Kenapa?"

"Aku merasa... pernah bertemu denganmu sebelumnya,"

Luffy menarik tangan Law dan menciumi telapak tangan pria itu dengan lembut. "Benarkah?"

"Ya."

Luffy terkekeh ringan. "Apalagi?" Tanya nya.

"Aku selalu merasa selalu mencintaimu,"

Luffy menarik kerutan di dahinya. "Meski kita baru saja bertemu lima bulan yang lalu?"

Law mengangguk kecil. "Saat kamu berkata, "Torao, aku kembali." aku merasa selama ini selalu menunggu dirimu."

"Benarkah?" Ada perasaan terkejut saat berkata.

Kemudian ia meluruskan tubuhnya, mengaduk cokelat panas nya yang mulai menggumpal. Ia menatap Law serius. "Mau mendengar cerita klise yang mirip seperti dongeng?"

Sedikit perasaan terkejut yang sempat dirasakan Law sebentar. Law menegakkan punggungnya, ia menatap Luffy dengan bingung. Seolah merasa déjà vu dengan pertanyaan Luffy barusan.

"Cerita klise yang mirip seperti dongeng?" Law mengulang. Merasa tidak yakin.

Tetapi Luffy hanya mengangguk ringan, memasang ekspresi misterius, menengok kanan-kirinya untuk memastikan tidak banyak orang yang berusaha menguping. "Aku selalu mendapatkan mimpi yang aneh setiap aku tidur," katanya kemudian.

"Setiap aku bangun tidur, aku selalu menangis. Semua mimpi yang pernah aku mimpikan tidak pernah bisa aku lupakan." Lanjutnya. "Aku selalu bermimpi menjadi orang yang spesial di Kota ini."

"Spesial? Maksudnya bagaimana?" Law menyatukan alisnya.

"Aku bermimpi menjadi pawang hujan. Banjir memenuhi Kota Sabaody. Geluduk, petir, dan angin ribut selalu bertengkar di langit. Aku merasa pernah terbang di antara awan-awan, menjadi buih hujan. Dan kehilangan ingatanku." Luffy menjelaskan dengan detail.

"Apa kau percaya dengan semua itu?"

Law tidak berkata. Ia diam. Lebih tepatnya mematung. Menatap Luffy dengan ekspresi serius, berpikir, cerita Luffy terasa tidak asing diingatan nya.

"Apa kamu bercerita tentang dongeng Kota Sabaody lima tahun yang lalu?" Tebak Law.

Tetapi Luffy menggeleng dengan semangat. "Tidak! Ini sungguhan mimpiku!"

"Kenapa mereka memiliki kesamaan?"

Luffy kembali mengaduk cokelat panasnya dengan santai. "Aku juga tidak mengerti kenapa selalu memimpikan dongeng lima tahun yang lalu. Tetapi semua yang aku mimpikan selalu terasa nyata. Apalagi saat aku merasa sedang mencintai seseorang di mimpi itu."

"Kamu mencintai seseorang?" Kini tangan Law memangku kepalanya, menatap penasaran. "Aku bertanya-tanya siapa ya seseorang yang kamu cintai itu?"

Luffy mencoba mengingat-ingat. "Kupikir wajahnya akan setampan dirimu, Torao!" Jawabnya jujur.

"Kenapa?" Law meminum kopi hitamnya.

"Karena kau adalah orang yang aku cintai." Jawab Luffy jujur. "Hanya kau saja orang yang aku cintai."

Law tersenyum saat mendengar jawaban Luffy. Ada rona merah di wajahnya yang segera di sembunyikan. Ia sedikit mendekatkan kursinya ke kursi Luffy. Menggeser gelas cokelat panas milik Luffy untuk menjauh. Luffy hanya menatap bingung, kemudian menatap Law yang memiliki tingkah yang aneh.

"Kenapa kau duduk berdekatan denganku, sih?" Ocehnya.

Tetapi Law hanya tertawa ringan, membelai pipi Luffy dengan lembut, dan kemudian mendekatkan bibirnya ke bibir Luffy. Mengecupnya, mencium bibir manis itu dengan lembut. Luffy tentu saja tidak menolak, ia membalasnya dengan hangat.

Law menyelesaikan ciuman itu, menatap Luffy dengan tatapan penuh cinta. Ia mendekatkan dahinya ke dahi Luffy. Menggesek hidungnya dengan hidung Luffy. Kemudian berkata. "Menikah lah denganku, Luffy-ya."

"Apa ini sebuah lamaran?" Luffy bertanya, ia sangat terkejut, sesaat jantungnya berdebar kencang, seolah berusaha melompat dari tempatnya.

"Apa kamu ingin lamaran resmi?" Law bertanya.

Sekali lagi Luffy mencium bibir Law. Memberinya cinta, kehangatan, dan membalas semua kerinduan yang pernah ditahannya selama ini.

"Aku bersedia." Jawab Luffy.

.
.
.

Nah, kali ini baru selesai. Udah dulu ya, aku mau ngetik Sanami sambil main genshin nguehehehe🤍🤍

Love you kepada semua pembaca Hujan🤩sampai bertemu lagi di fanfic Lawlu berikutnya🦭

— T A M A T —

HUJAN || LAWLU ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang