Tik... Tik... Tik...
Cipratan genangan air di setiap langkah membuat sepatu yang mereka pakai menjadi basah dan lembab. Tetapi mereka tetap tidak memperdulikannya. Di tengah rintikan hujan deras, payung biru dan merah saling berlarian dengan sekuat tenaga.
"Lewat sini, Pak Dokter!" Pria mungil itu memberikan instruksi jalan kepada Law dengan rinci.
Pria mungil itu menoleh untuk memeriksa keadaan Law yang sudah terengah-engah. "Apa kau capek?" Tanya nya. "Kita bisa beristirahat dulu jika kau mau,"
Law mengatur napasnya yang semakin terengah-engah. "Itu tidak penting!" Katanya. "Orang melahirkan adalah prioritas kita sekarang!"
Mereka akhirnya tiba di sebuah kuil kecil yang terlihat sangat apik. Mereka tidak lagi berlari, ada jeda di antara Law dengan pemandangan indah yang dilihatnya sekarang. Ada perasaan takjub dan mengagumi di dalam hatinya.
Pria mungil itu masih berlari ringan menuju sebuah pintu yang sengaja di buka dengan lebar. Ia berteriak dan melambai kepada dua orang yang sepertinya baru saja tiba.
"Aceee!!! Saboo!! Aku kembali!"
Kedua pria itu kemudian menoleh dan menghampiri pria mungil itu dengan ekspresi was-was.
Pria bernama Sabo lebih dulu berkata. "Bagaimana Luffy? Apa kamu menemukan seseorang yang mau membantu Mama melahirkan?"
"Aku sudah mencari berkeliling, tetapi tidak berhasil menemukan siapa pun." Pria bernama Ace menimpalinya.
Pria mungil bernama Luffy itu mengangguk dengan senyum riang di wajahnya. "Aku menemukan seorang dokter!" Ucapnya. Kemudian ia menoleh dan melambaikan tangannya kepada Law. "Pak Dokter kemarilah!"
"Dokter?" Ace dan Sabo berkata bersamaan, keduanya saling bertatapan dengan cemas.
"Kau gila!" Ace menimpali setelahnya. "Kita ini miskin! Bagaimana mungkin bisa membayar seorang dokter?"
"Uang dari kuil saja belum tentu cukup untuk membayar jasa dokter, Luffy..." Sabo ikut menambahkan dengan khawatir.
Law berjalan mendekat lalu membungkuk untuk memberikan salam. Ia sudah mengatur napasnya kembali lalu memasang ekspresi serius di wajahnya. "Jadi, di mana wanita yang akan melahirkan itu?"
Ace dan Sabo melempar tatapan ragu kepada Luffy dan Law secara bergantian. Di mata mereka tersimpan perasaan ragu. Tetapi Law justru hanya mengangguk kecil, seolah mengerti dengan kondisi saat ini. Law menurunkan topinya dan memeluknya di depan dada, ia sedikit membungkuk dan berucap.
"Tujuan saya saat ini adalah untuk membantu proses persalinan saja." Katanya tegas. Law lalu mengangkat tubuhnya dan menatap wajah Ace dan Sabo dengan serius. "Izinkan saya membantu proses persalinan Mama Makino."
Ace dan Sabo saling bertatapan dengan ekspresi wajah yang sulit diartikan. Tidak kunjung mendapat respon, pria mungil yang akrab dipanggil Luffy itu mendengus kesal. Ia langsung menarik lengan Law dan membawanya masuk ke bangunan utama.
"Luffy!" Ace tidak lagi peduli dengan payung hitamnya yang ia lempar ke sembarang tempat. Raut wajahnya menjadi pucat dan tidak tertata melihat adiknya itu tiba-tiba.
Sabo tidak banyak berkomentar. Dengan payung yang masih di genggam dengan erat ia ikut berlari menyusul Luffy. Meninggalkan Ace sendirian yang masih kebingungan. Luffy melempar payung merahnya sembarangan setelah mereka memasuki bangunan utama dan menaiki anak tangga dengan lincah.
"Cepatlah!" Luffy berkata dengan tidak sabar. Kedua matanya melotot gugup saat melihat pria tinggi dengan kantung mata tebal itu justri sibuk menutup payungnya dan menaruhnya di sudut ruangan. "Lempar saja payung sialan itu!" Cecar Luffy.
KAMU SEDANG MEMBACA
HUJAN || LAWLU ✅
FanficH U J A N: Hujan memerlukan keberadaan lapisan atmosfer tebal agar dapat menemui suhu di atas titik leleh es di dekat dan di atas permukaan Bumi. Apa kalian percaya jika "Pawang Hujan" benar-benar ada di dunia ini? Cover by Pinterest + sg Tell me if...