"Ada alasan kenapa aku dan keluargaku tidak pernah pergi meninggalkan Kota Hujan ini." Luffy mulai bercerita. Kedua tangannya saling bertautan dengan gugup. "Aku adalah pawang hujan. Keahlianku adalah berdoa kepada langit. Karena itu petir, gledek, dan angin, senantiasa mendengar panggilanku." Ada jeda setelah Luffy menarik napas panjang. Matanya menatap Law dengan tatapan meragu.
"Dan pasti ada efek samping setiap aku berdoa kepada langit. Aku akan berubah menjadi buih hujan kemudian semua orang yang mengenalku akan melupakan aku-" Luffy tidak melanjutkan kata-katanya. Ia hanya menatap lurus Law dengan indera penglihatannya. Tetapi Law setia menunggu pria mungil itu untuk menyelesaikan.
"-efek samping lainnya adalah Kota Hujan ini tidak mengizinkan aku untuk pergi dari kota ini. Aku tidak bisa melewati perbatasan untuk mengungsi ke tempat yang aman."
Law tersentak. "Bagaimana mungkin?" Luffy mengangguk sebagai jawaban. "Apa langit tidak ingin kehilangan dirimu?"
"Mungkin saja," kata Luffy pendek. "Seperti ada tembok transparan di antara diriku dan perbatasan kota. Hanya aku saja yang tidak bisa melewati perbatasan itu..."
Law menaruh tangan kanannya di dagu, ia sedang berpikir, memaksa otak jeniusnya itu untuk berputar. Ekor matanya melirik kepada Luffy. "Itu sebabnya mengapa polisi ikut mengejarmu..."
TOK! TOK! TOK! Suara ketukan pintu membuyarkan percakapan serius di antara Luffy dan Law. Keduanya menatap pintu dengan panik, suara jantung terus berpacu dengan kecepatan tinggi. Luffy menoleh kepada Law, bibirnya terangkat untuk berucap, tetapi dengan sigap Law langsung menutup bibir Luffy dengan tangannya.
"Jangan berbicara!" Law berbisik. Ia menarik Luffy dan menyuruhnya untuk bersembunyi di lemari kosong. "Bersembunyi lah di sini dan jangan berisik!" Luffy hanya mengangguk sebagai jawaban.
Law membereskan kotak obat dan meluruskan lekuk jas dokternya yang terlihat lusuh. "Siapa?" Katanya dengan sedikit tenaga.
"Seseorang bernama Tuan Doflamingo ingin bertemu dengan anda, Dokter Law."
Law sudah menduganya. Buru-buru ia menelan salivanya dengan susah payah sebelum akhirnya mengiyakan. "Masuklah!" Perintahnya.
Seorang suster memutar kenop pintu dengan perlahan, ia mendorong pintu tersebut dengan setengah tenaga. Bibirnya sedikit tersenyum saat kedua matanya menatap Law. Kemudian ia mempersilakan seorang pria setengah baya untuk masuk ke ruangan Law. Pintu tertutup, pria setengah baya itu menatap Law dari balik kacamatanya. Senyum penuh kemenangan masih terlihat di wajahnya dengan jelas.
"Law!" Doflamingo menyapa duluan. Ia membuka tangannya lebar, hendak ingin memeluk tubuh anak sulungnya.
Tetapi Law justru menepisnya dan memberinya tatapan dingin. "Apa yang Ayah inginkan? Kenapa Ayah datang lagi? Belum puas Ayah menertawakan diriku yang bekerja sebagai dokter di Kota ini?" Ujarnya dingin.
"Apa yang kau bicarakan?" Suara Doflamingo bergema di seluruh ruangan. Suaranya yang khas sukses membuat merinding. "Aku datang karena merindukan putraku, apa yang salah dengan itu?"
"Omong kosong!" Law berjalan perlahan menuju meja kerjanya. Ia membereskan semua dokumen penting yang masih berserakan.
Doflamingo duduk di sebuah kursi, ia bersandar sambil sibuk mencari korek dan rokok dari dalam jasnya. "Di mana ya aku menaruh korek itu?" Gumamnya.
Law memutar bola matanya dengan malas. Ia selesai membereskan semua dokumen nya dan berjalan mendekati Ayahnya dengan kesal. "Apa Ayah buta? Ini rumah sakit, jangan merokok!"
Doflamingo tidak menggubrisnya, ia justru menyodorkan rokok kepada Law. "Bilang saja jika kau mau," bantahnya. Ia menyalakan rokoknya dan mengisapnya dengan tekun.

KAMU SEDANG MEMBACA
HUJAN || LAWLU ✅
FanfictionH U J A N: Hujan memerlukan keberadaan lapisan atmosfer tebal agar dapat menemui suhu di atas titik leleh es di dekat dan di atas permukaan Bumi. Apa kalian percaya jika "Pawang Hujan" benar-benar ada di dunia ini? Cover by Pinterest + sg Tell me if...