Tik... Tik... Tik...
Beberapa kali air hujan terus mengguyur payung merahnya. Membasahi seluruh tanah, ujung baju, dan sepatu Luffy. Tetapi pria mungil itu tidak begitu memperdulikannya. Ia hanya melamun sambil mengamati setiap tetes air hujan yang berjatuhan.
Saat ini ia berada di sebuah stasiun tua yang sudah lama tidak beroperasi lagi. Di setiap rel berhasil dipenuhi oleh air. Bahkan beberapa kereta sudah dipenuhi dengan lumut hijau yang membuatnya lebih mirip dengan kepalanya Zoro.
Kebetulan yang tidak disangka atau memang mereka memiliki janji. Saat ini Luffy tidak sendirian. Ini adalah hari liburnya, dan ia memilih untuk pergi bermain bersama teman-temannya.
Pria dengan rambut pirang yang memiliki alis keriting sibuk menyalakan rokoknya dengan pemantik mahal yang ia beli dari luar negeri. Di sebelahnya terdapat seorang wanita berambut jingga yang sibuk bermain dengan ponselnya. Sesekali ia akan mengambil poto bersama pria berambut pirang itu dan mempostingnya di sosial media.
"Kau itu kenapa? Daritadi melamun terus?"
Luffy menggeleng pelan, ia mengatupkan kedua tangannya dan memejamkan mata sebentar. Beberapa kata mantra yang diucapkan di dalam hati, kemudian hujan berhenti setelahnya. Sinar matahari yang menyilaukan serta pelangi yang menghiasi langit biru itu terlihat dalam sekejap.
Wanita berambut jingga itu tersenyum senang saat melihat matahari bersinar dengan hangat. Ia bahkan melempar payung jingganya sembarangan dan berlarian seperti anak-anak.
"Luffy, terima kasih! Ini adalah hadiah ulang tahun terbaik di dunia!" Senyum riang terlihat di bibirnya.
Luffy tersenyum lebar, ia melipat kedua tangannya di depan dada dengan sombong. "Kau bisa memohon kepadaku jika kau ingin melihat matahari lagi, Nami!"
Pria berambut hijau lumut berjalan mendekat sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Apa ini baik-baik saja, Luffy?" Tanya nya.
"Soal apa?" Luffy menoleh kepada temannya dengan tatapan bingung.
"Kutukan itu," jawab pria pirang itu.
Luffy hanya tertawa canggung. "kutukan apa, sih? Kau ini terlalu berlebihan deh, Zoro, Sanji! Jangan khawatir, aku akan baik-baik saja!" Ia mencoba menjawab se-rileks mungkin.
Sanji sibuk menghisap dan menghembuskan asap rokoknya sambil mengawasi pacarnya yang masih asik bermain.
"Bukannya kau selalu mengeluh akhir-akhir ini, karena tanganmu mulai berubah menjadi transparan?" Ucap Zoro.
"Semakin sering kau berdoa untuk langit, semakin cepat kau akan berubah menjadi transparan, kan?" Lanjutnya.
Luffy tertawa renyah. "Apa yang kau takutkan, Zoro?" Katanya meminta penjelasan lebih. "Aku tidak akan berubah menjadi transparan."
"Kalau begitu berhentilah memanjakan orang lain, Luffy!" Sanji menimpali, ia menatap khawatir. "Jika yang dikatakan Mama Makino benar, cepat atau lambat kau akan menjadi buih hujan."
"Apa kau mau berubah menjadi buih hujan?" Lanjutnya.
Zoro mengeraskan tinjunya. "Ketika kau berubah menjadi buih, maka kau akan dilupakan oleh semua orang. Apa kau mau semua orang yang kau cintai melupakanmu?" Timpalnya geram.
"Zoro, berhentilah mengkhawatirkan orang lain." Luffy menepuk pundak Zoro keras. "Lagipula aku melakukan ini karena aku menyukainya!"
Luffy menatap Nami yang masih asik bermain air di bawa sinar matahari. "Tidak kah melihat senyuman Nami yang asik bermain di bawah sinar matahari membuatmu bahagia?"

KAMU SEDANG MEMBACA
HUJAN || LAWLU ✅
FanfictionH U J A N: Hujan memerlukan keberadaan lapisan atmosfer tebal agar dapat menemui suhu di atas titik leleh es di dekat dan di atas permukaan Bumi. Apa kalian percaya jika "Pawang Hujan" benar-benar ada di dunia ini? Cover by Pinterest + sg Tell me if...