PART 12 - Tamu tak diundang.

19K 2.2K 75
                                    

Jogja tidak semenyeramkan itu. Dalam tiga hari proses rekruitment di sini, Puspa merasa senang. Meskipun pekerjaan menumpuk tetapi ia menyukainya. Terlebih, Raka selalu membawanya jalan-jalan di malam hari. Mereka pergi ke alun-alun kidul, ke pasar malam bahkan sampai jalan-jalan ke salah satu universitas terkenal di Yogyakarta. Ternyata Raka adalah salah satu alumni universitas di Kota Pelajar ini. Oleh karena itu ia sangat tahu tentang seluk beluk kota Jogja. Pernah suatu malam Raka membawanya ke salah satu lesehan tempat ia biasa makan dulu semasa kuliah.

Mereka membelah jalanan kota Jogja di malam hari, dengan motor yang Raka sewa. Katanya, Raka merindukan Yogyakarta dan semua kenangan masa mudanya disini.

Hari ini adalah hari terakhir proses rekruitment dengan jadwal interview. Ada beberapa petinggi perusahaan yang datang langsung untuk menyeleksi karyawan terpilih. Mulai dari kepala produksi hingga direktur.

"Semua yang lolos udah dateng?" tanya Mbak Dwi.

Puspa mengangguk. "Udah Mbak, ada seratus karyawan. Tempat interview juga sudah siap."

"Baguslah. Denger-denger Pak Arya juga mau dateng buat interview langsung calon kepala cabang."

Nama yang terdengar tidak asing. "Siapa Mbak?" tanya Puspa memastikan.

"Pak Arya, CEO."

"Oh."

"Lo jangan sampai nggak tahu nama pemilik perusahaan tempat lo kerja, Puspa."

Wanita itu hanya bisa menelan ludahnya pelan, saat mendengar nama itu kembali disebut. Anggap saja ia melarikan diri dengan berada di Jogja tetapi nyatanya takdir masih ingin bermain-main dengan perasaan wanita itu.

"Puspa," tegur Mbak Dwi ketika Puspa tidak menanggapi kalimatnya.

"I-iya, Mbak. Puspa akan menghafal nama pemilik perusahaan."

Mbak Dwi tak menanggapi, wanita itu mendengus ringan lalu meninggalkan Puspa dengan setumpuk berkas yang harus ia siapkan sebelum proses interview. Ia melihat jam menunjukan pukul delapan pagi sedangkan interview dimulai jam sepuluh nanti. Masih ada waktu untuk Puspa menyiapkan semuanya.

Tempat rekruitment pagi ini di salah satu ballroom hotel tempat mereka menginap. Sesuatu yang memudahkan tim untuk menyiapkan segalanya dengan matang. Ada sekitar lima bilik yang disediakan masing-masing interviewer dengan satu kursi di depannya. Puspa meletakan satu bendel berkas calon karyawan, satu bendel berkas penilaian dan pensil. Bilik pertama sampai dengan bilik keempat bisa Puspa lalui dengan lancar. Tapi di bilik ke lima, Puspa terpaksa menahan langkahnya saat menemukan sosok Arya yang sedang duduk di sana.

Laki-laki itu benar-benar datang.

Arya duduk membelakangi tubuh Puspa. Laki-laki itu terlihat sedang asik bermain dengan ponselnya.

Setelah mampu menguasai diri, Puspa meneruskan langkahnya untuk melakukan hal yang sama dengan di bilik-bilik sebelumnya. Ia meletakan beberapa keperluan berkas di meja. Merasa lengkap, Puspa memilih segera keluar.

"Boleh aku minta tolong?" tanya Arya tiba-tiba.

Sebagai seorang karyawan yang baik, Puspa kembali mendekat. Tidak mungkin ia mengabaikan permintaan seorang pemilik perusahaan.

"Tolong rautkan pensil ini," pintanya.

Puspa melihat ke arah pensil yang berada di dalam genggaman Arya. Dia masih ingat jelas ketika tangannya menyiapkan semua berkas dan meraut semua pensil, termasuk pensil yang ada di dalam genggaman tangan Arya saat ini. "Baik," jawab Puspa tak mau mendebat.

Kamu yang kusebut RUMAH (Gratis)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang