Senja dengan segala keindahannya.
***
Terlalu romantis bagi seorang Puspa saat ia menikmati indahnya senja dari bibir pantai Bali. Mereka sudah berpindah tempat, Arya ingin mengganti suasana setiap hari dan berakhir dengan keduanya yang berpindah dari satu pantai ke pantai lainnya.
Sore ini terasa sangat spesial, langit dan pantai sedang bekerja sama menunjukan pemandangan terindah untuk mereka berdua. Terlebih bagi Puspa, karena ada Arya di sampingnya. Laki-laki yang dulu terlalu sulit untuk ia jangkau kini berada dekat di sisinya.
"Istrimu sangat cantik," puji Puspa tulus. Sebagai wanita saja dia memuji kecantikan istri Arya. Tentu sebagai seorang lelaki, Arya juga mengakui hal itu. "Kamu pasti sangat beruntung mendapatkan istri seperti Ivy."
"Hem," jawab Arya singkat. Dia enggan menanggapi karena saat ini ia hanya ingin membicarakan tentang Puspa, bukan Ivy.
"Dia terlihat sangat mencintaimu."
"Bii," tegur Arya lembut. Ia menatap ke arah Puspa dengan tatapan tidak suka.
"Ceritakan bagaimana pertemuan kalian pertama kali."
"Kamu serius ingin mendengarnya?" Arya menjawab dengan dengusan sebal. Dia sudah menunjukan ketidaktertarikan pada topik yang ingin dibahas Puspa tapi wanita itu seakan tak peduli.
"Tentu saja. Aku butuh itu."
"Bii."
"Aku takut berharap."
"Manusia hidup dengan harapan," jawab Arya lalu kembali menautkan tatapannya ke arah langit.
"Tapi harapan ini salah."
"Kamu yang tidak mau berjuang," kilah Arya menyalahkan.
"Seperti yang kukatakan sebelumnya, hidup sebagai seorang anak dari keluarga tidak utuh itu tidak mudah. Apa kamu yakin siap memberikan keluarga tidak utuh untuk anak-anakmu?"
"Bagaimana denganmu? Apa kamu mulai mencintai laki-laki itu sehingga menolak berjuang denganku?"Arya justru menjawab pertanyaan Puspa dengan pertanyaan lainnya.
"Aku tidak tahu. Tapi yang jelas, dia —teman yang baik." Puspa mengingat satu nama yang selalu bertingkah menyebalkan. "Dia banyak bicara dan selalu membuat hidupku penuh warna. Aku tidak pernah merasa bosan bersama Raka."
Ada senyum yang tercetak jelas di wajah Puspa. Sesuatu yang menghangatkan hati Arya karena ia sadar dirinya tak bisa menciptakan senyum itu nantinya, mungkinkah laki-laki itu adalah takdir Puspa? Dan bukan dirinya.
"Kamu pasti bisa bahagia, Bii," ucap Arya, terselip doa tulus di dalam hatinya untuk kebahagian wanita itu.
Puspa sudah terlalu lama menderita, jika laki-laki itu bisa membahagiakannya maka Arya akan belajar untuk mengikhlaskan Puspa-nya.
"Aku ingin bermain air," putus Arya tiba-tiba. Seperti yang ia inginkan sebelumnya, dia hanya ingin menciptakan cerita bahagia di moment ini. Dengan semangat laki-laki itu melepaskan pakaian yang melekat di tubuhnya bagian atas dan berlari masuk ke dalam air. Arya bermain di tengah temaramnya senja. Laki-laki itu tertawa ceria dan meminta Puspa untuk ikut masuk ke dalam air bersamanya. "Ayo, Bii. Kita berenang."
"Kamu tahu aku nggak bisa berenang."
"Kamu percaya sama aku?" tanya Arya.
"Nggak!" jawab Puspa cepat dan tertawa setelahnya saat Arya terlihat tidak terima dengan jawabannya.
"Aku tidak peduli." Arya menarik tubuh Puspa dan menggendong wanita itu di pundaknya dengan mudah.
"Bii, lepasin. Aku takuuut."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu yang kusebut RUMAH (Gratis)
RomanceCerita selesai. Lengkap. ❤️ Puspa pernah berharap Arya adalah jawaban dari setiap doa yang ia langitkan. Sebuah pemberian terindah dari dunia yang seringnya mengecewakan. Tetapi pada akhirnya, laki-laki itu justru menjadi salah satu cobaan dari seki...