PART 26 - Rasa yang salah

15.8K 1.7K 28
                                    

Ruangan berukuran dua puluh meter ini menjadi tempat pelarian Puspa dan Arya. Tempat mereka bersembunyi dari dunia yang menyakitkan. Puspa sempat meminta untuk pergi tapi Arya menginginkan untuk tetap tinggal. Ada Anton yang berjaga di luar, Arya memastikan tempat ini aman.

Arya dan Puspa duduk di lantai dengan saling menyimpan suara. Tak ada kalimat terucap, hanya Puspa yang duduk dengan tatapan kosong ke arah atap, sedangkan Arya yang duduk membisu sambil menundukan wajah. Mereka mencoba menyembunyikan perasaan masing-masing, dari dunia yang seringnya menghakimi.

"Aryaa," panggil Puspa.

"Hem."

"Rasa ini salah."

"Aku tahu," jawab Arya.

"Boleh aku meminta sesuatu kepadamu?"

"Apapun itu akan kuberikan."

"Jangan pernah meninggalkan keluargamu demi aku," ucap Puspa akhirnya. Lama ia berfikir dalam diam. Mencoba mencari bayangan kehidupannya kedepan setelah tahu fakta yang selama ini Arya tutupi.

"Tumbuh di dalam keluarga yang hancur itu tidak mudah," tambah Puspa. "Kita memang sudah berantakan tapi ada dua manusia suci yang menggantungkan hidupnya pada dirimu. Dan kamu, masih bisa membuat hidup mereka utuh."

Arya tersenyum tipis, ada rasa kecewa yang terlihat jelas di bola matanya. "Aku tahu kamu akan mengatakan ini."

Pandangan Puspa teralihkan dari atap yang kosong ke arah Arya yang masih dengan arah pandang yang sama dengan sebelumnya.

"Aku tahu kamu akan memintaku untuk tetap bertanggung jawab kepada Ivy dan anak kami."

"Hidup di keluarga yang bercerai itu sulit. Kamu akan selalu merasa sendiri, tak ada rumah yang menunggumu. Aku yakin kamu tidak ingin anakmu merasakan apa yang aku rasakan selama ini."

"Bii..."

"Kamu harus bahagia dengan keluargamu," ucap Puspa memotong kalimat Arya. "Istrimu dan yang terpenting adalah anak-anakmu. Mereka masih memiliki masa depan yang putih dan kamu harus menciptakan banyak warna disana."

"Lalu bagaimana dengan perasaanku?"

"Perasaan itu akan menghilang dengan berjalannya waktu."

"Benar begitu? Kamu bisa? Lalu bagaimana denganmu?"

"Aku baik," jawab Puspa sedikit ragu.

"Kamu ... serius dengan laki-laki itu?" Arya ingin mendengar jawaban 'tidak'. Arya ingin mendengar bahwa perasaan Puspa masih miliknya.

"Yaa, aku mulai terbiasa dengannya. Dia -mungkin, bisa menjadi 'rumahku', rumah yang menungguku."

Arya mendesah kasar, melepaskan ketegangan saat mendengar kalimat itu diucapkan Puspa dengan penuh ketegasan tanpa ragu. "Kamu mencintainya?" tanya Arya.

"Mungkin, Raka ... laki-laki baik."

Arya kembali memejamkan matanya, dia menyesali rasa ingin tahu-nya yang justru menyakiti dirinya sendiri.

"Kamu harus bahagia bersama keluargamu," tambah Puspa. "Kamu pasti bisa."

"Kamu bisa bahagia, belum tentu orang lain bisa melakukannya." Arya berdiri, rasa sakit saat mendengar jawaban Puspa membuat Arya lemah. Lebih baik ia pergi dan mengakhiri perbincangan siang ini.

"Aku memaafkanmu. Demi kita, cobalah berbahagia dengan keluargamu, mereka membutuhkanmu."

Kalimat Puspa tak berbalas karena Arya lebih memilih mengalihkan tatapannya ke arah lain.

Kamu yang kusebut RUMAH (Gratis)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang