BAB 34 - After

21K 1.7K 16
                                    

After 2 years.

"Satu es coffe latte dan satu es coklat less sugar."

"Ada lagi, Kak?"

"Mmm ... sudah itu saja."

"Baik, kami siapkan dulu. Meja nomor berapa?"

"Tiga."

"Baik, mohon ditunggu."

Gadis belia dengan tas ransel itu membayar pesanannya lalu kembali duduk di kursinya.

"Satu es kopi latte dan coklat, please." Puspa berteriak ke arah Ari dan Kinan, dua karyawan yang sudah hampir dua tahun ini membantunya mengurus kedai kopi.

"Siap komandan," jawab Ari. Ari adalah barista terampil yang dimiliki kedai kopi milik Puspa ini. Puspa beruntung mendapatkan laki-laki itu, karena ia bisa belajar banyak hal tentang kopi dari Ari.

Seperti yang Puspa cita-citakan setelah memutuskan untuk meninggalkan semuanya. Wanita itu memilih mendirikan sebuah kedai kopi di  Bandung. Ia menjual rumahnya di Jakarta dan membeli sebuah rumah yang jadi satu dengan kedai untuk ia berjualan.

Tempat ini strategis, karena selain dekat dengan rumah ayahnya, kedai kopi Puspa pun berada di pinggir jalan menuju tempat wisata terkenal di Dago.

"Teteh, donatnya mau ditaruh dimana?" Mentari muncul dari balik pintu dapur. Selain menyediakan kopi, kedai Puspa juga menyediakan donat dengan berbagai macam toping. Bukan Puspa yang membuat tapi ia memesan dari istri ayahnya. Karena kedai ini cukup ramai, hasilnya bisa digunakan untuk tambahan pendapatan Ibu Mentari.

"Di tata yang rapi di etalase ya, Dek."

"Siap Teteh."

Hidup Puspa saat ini sangat lengkap. Ia memiliki dua keluarga, meskipun dulu ia tidak terlalu dekat dengan ibu Mentari tapi seringnya intensitas kerjasama mereka membuat banyak percakapan yang tercipta. Dan ya, Puspa kembali merasakan kehangatan sebuah keluarga. Puspa juga sempat mengunjungi Ibunya di desa. Seperti Ayahnya, kedua orangtua Puspa bahagia dengan cara mereka masing-masing.

Ting.

Puspa kembali berdiri di balik mesin kasir, ia menanti dengan senyum ramah saat ada lagi pengunjung yang datang.

"Selamat siang, Kak. Selamat datang di cafe 'kenangan'. Mau pesan apa?" tanya Puspa menyambut pembeli dengan ramah.

"Best seller di sini apa, Kak?"

"Kami punya ice coffe huzelnut dan latte, Kakak bisa dapat extra donat jika membeli keduanya."

"Waah, boleh Kak. Huzelnut satu dan latte satu. Untuk latte-nya bisa dicatat ya, Kak. Aku mau ekspreso-nya 2/6, 3/6 nya susu cair dan lebihnya foam. Boleh ditambah extra foam-nya sedikit saja."

Puspa menulis setiap detail pesanan yang dipesan. Bekerja dengan pecinta kopi, Puspa sudah terbiasa menyesuaikan selera pelanggan yang berbeda-beda. "Siap, ada tambahan lain?"

"Sudah cukup."

"Totalnya 70 ribu ya, Kak."

Pembeli itu memberikan uang seratus ribuan dan Puspa mengembalikan kembalian sesuai yang tertulis di nota. "Terima kasih, mohon ditunggu."

Puspa kembali meneriakan pesanan dan membantu Kinan mengantar pesanan saat wanita itu terlihat kerepotan. Suara bel berdenting saat ada pelanggan masuk menarik perhatian Puspa. Pintu kembali terbuka, tapi bukan pembeli yang datang.

"A' Rakaaaa."

Bukan Puspa yang berteriak, melainkan Mentari. Gadis kecil yang sangat dekat dengan Raka itu berteriak kegirangan saat matanya menemukan sosok Raka. Ia berlari menuju Raka yang membuka kedua tangannya lebar menanti pelukan Mentari. "A' Raka lama nggak main kesini," sewot Mentari.

Kamu yang kusebut RUMAH (Gratis)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang