PART 24 - Kabar tak terduga

15.3K 1.6K 26
                                    

Dalam hidup, Ivy selalu diajarkan dengan kata perjuangan dari Daddy-nya. Perjuangan untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. Perjuangan untuk mempertahankan apa yang ia miliki. Sebagai anak perempuan satu-satunya, Daddy selalu menyebut Ivy adalah segalanya, sumber kehidupan dan anugrah untuk kedua orangtuanya. Kasih sayang yang teramat besar dari Mr. Miller membuat Ivy tak pernah mengenal rasa takut.

Yang Ivy tahu, di dalam hidup kita tidak boleh menjadi lemah atau kita akan menjadi tertindas.

Pagi ini, dengan keberanian dan harapan besar Ivy kembali melakukan sesuatu yang dulu pernah ia jadikan alasan. Sudah lebih dari satu bulan ia belum mendapatkan tamu bulanannya. Ada harapan besar kali ini ia bisa kembali mempertahankan keluarganya, kembali mempertahankan Arya disisinya.

Ivy tahu dia sangat menyedihkan. Tapi jika perlu, demi Arya dia akan melakukan hal ini -lagi dan lagi.

Tangan Ivy bergetar saat mengambil test pack yang ia letakan di wastafel kamar mandi. Dan senyumnya tercetak lebar saat mendapati alat itu menunjukan dua garis yang menandakan ada sebuah kehidupan baru di dalam perutnya. Anak Arya di dalamnya.

Detik pertama ia mengetahui hal itu, Ivy berniat ke rumah sakit untuk memastikan kehamilannya dan datang menemui Arya.

"Sayaaang," panggilnya.

Arya duduk di kursi dengan beberapa berkas di meja. Laki-laki itu tersenyum tipis saat mendapati istrinya yang tiba-tiba berada di kantornya. Tanpa dipersilahkan, Ivy mendudukan tubuhnya di pangkuan Arya dengan manja, lalu melingkarkan tangan di leher suaminya. Arya sempat menolak dan menjauhkan tubuh Ivy, namun tentu saja wanita itu tidak menyerah.

"Sepertinya ada yang sedang bahagia," ucap Arya menebak. Tidak bisa ditutupi garis wajah kebahagiaan yang tercetak jelas di raut wajah istrinya. Wanita itu tak berhenti mengulum senyum di hadapan Arya yang semakin menambah kecantikannya.

Semua orang tahu, Ivy cantik dengan segala kelebihan fisik yang ia miliki.

"Aku ingin memberimu sesuatu," ucap Ivy sambil meletakan sesuatu di meja Arya.

Arya menaikan kedua alisnya, sedikit terkejut Ivy memberikan hadiah tidak di hari ulang tahun atau hari spesial keduanya. "Aku sedang tidak berulang tahun," jawab Arya.

"Tidak perlu ulang tahun untuk memberikan kado kepada orang tersayang."

"Oh .. oke."

Ivy meletakan sebuah kotak berwarna coklat tua dengan pita merah muda. Merasa tertarik, Arya membuka kotak itu lalu seketika tubuhnya membeku saat melihat satu alat yang ia pahami fungsinya dan sebuah potret hitam putih kecil yang tidak Arya pahami gambarnya. Tapi, jelas Arya tahu dengan maksud semua ini. Dulu, potret hitam putih dan alat ini yang mampu membuat kehidupannya berubah drastis.

"Aku hamil, empat minggu," jelas Ivy tanpa perlu diminta.

Arya masih tak berekspresi, di sisi lain dia bahagia karena akan mendapatkan seorang anak yang bisa melengkapi kehidupannya, tapi di sisi lain, Arya merasa dunia semakin menutup rapat kesempatan untuk bersama Puspa. Arya sudah benar-benar kehilangan Puspa. Atau sebenarnya kesempatan itu sudah benar-benar hilang sejak dulu? Hanya Arya saja yang bodoh karena masih berharap.

Mungkin benar apa yang Anton katakan, pertemuan ini hanya untuk menyelesaikan apa yang belum selesai.

"Mas, kok kamu nggak kelihatan bahagia?"

Arya tersenyum. "Aku bahagia, terima kasih."

Ivy mendekatkan wajahnya untuk mencium bibir Arya yang sangat ia rindukan. Wanita itu semakin menyamankan duduknya dengan meletakan kakinya di samping kanan dan kiri tubuh Arya. "Ivy, ini di kantor," cegah Arya.

Kamu yang kusebut RUMAH (Gratis)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang