PART 28 - Ego

14.4K 1.5K 92
                                    

"Pokoknya, Ivy nggak mau ada pengganggu di dalam rumah tangga Ivy, Dad."

"Apapun itu akan Daddy lakukan untuk kebahagiaanmu."

"Thank you, Dad. I love you."

Beep.

Seperti angin segar yang berhembus saat Arya memintanya untuk memulai kembali hubungan mereka. Selama lima tahun pernikahan keduanya, ucapan Arya semalam adalah sesuatu yang sangat Ivy harapkan selama ini.

Arya yang mau belajar membuka hati untuknya. Ivy sangat bahagia, hingga nyaris tak pernah melepas senyum dari wajah cantiknya.

"Mau kemana?" tanya Arya saat melihat istrinya sudah berdandan cantik di pagi hari.

"Ke rumah Mama Runi, lagian aku juga mau ngapain di rumah kalau kamu mau pergi dengan membawa Axel?"

Seperti hari Sabtu pagi pada umumnya, Arya biasanya memiliki janji bermain golf dengan beberapa partner bisnis. Kadang laki-laki itu pergi bersama Daddy Miller atau juga Papa Brama. Sebagai Ayah yang baik, Arya juga sering membawa Axel pergi dengannya. Kata Arya, dia ingin memiliki waktu yang berkualitas dengan anaknya.

"Kamu bisa ikut dengan kita, kalau mau," ucap Arya.

Ivy tersenyum simpul saat mendengar kalimat Arya. Tidak biasanya laki-laki itu memberikan tawaran untuk mengajaknya pergi bersama. Mungkin ini adalah salah satu bukti bahwa apa yang Arya ucapkan semalam benar-benar ia lakukan.

"Mmm, aku ingin ikut tapi aku sudah ada janji dengan Mama."

"Baiklah, nanti aku jemput di rumah Mama lalu kita makan malam di luar. Bagaimana?" tawar Arya.

Ivy mengangguk senang, ia memberikan pelukan terhangatnya untuk suaminya. "Mau banget."

"Oke, kita pergi dulu," pamit Arya sambil mencium bibir Ivy sekilas.

Jika ditanya rentang skala kebahagiaan dari nilai nol sampai sepuluh, maka letak kebahagiaan Ivy saat ini ada di angka seratus. Ivy sangat bahagia, hingga kadang ia terlupa jika ada seseorang yang bisa merebut kebahagiaan ini sewaktu-waktu.

Pagi ini, Ivy berdiri disini untuk kembali memperjuangkan kebahagiaan dan keutuhan keluarganya. Salah satu caranya adalah dengan mendatangi rumah Puspa. Tidak ada yang salah dari seorang istri yang menegur seorang wanita yang memiliki resiko besar menjadi pengganggu dalam rumah tangganya. Benar bukan?

"Hai, apa ada waktu?"

Ivy berdiri di depan pintu rumah Puspa dengan penuh percaya diri. Sebelum ke rumah Mama Runi, ia menyempatkan untuk singgah menemui Puspa.

"Maaf kalau aku mengganggu hari liburmu," tambah wanita itu lagi. "Apa aku boleh masuk?"

Keterkejutan di wajah Puspa tidak berlangsung lama. Wanita itu membuka pintu rumahnya lebar dan mempersilahkan Ivy masuk. Meskipun mereka tidak saling mengenal tapi Puspa tahu siapa wanita cantik yang berdiri di hadapannya saat ini.

Wanita dengan rambut panjang tergerai yang bergelombang di bagian bawah dan mata tajam yang memancarkan keanggunan. Istri Arya memang memiliki fisik yang nyaris sempurna.

"Silahkan masuk."

Ivy mendudukan tubuhnya di sofa tanpa perlu diminta. Mata wanita itu memindai setiap detail rumah Puspa dari balik bulu mata lentiknya. Sesuatu yang membuat Puspa merasa tidak nyaman.

Puspa duduk di depan Ivy, sebagai tuan rumah yang baik seharusnya Puspa menawarkan minuman tapi ada harapan besar di hatinya wanita itu tidak bertahan lama di rumahnya.

Puspa sudah memutuskan untuk menutup lembaran kisahnya bersama Arya. Dan kedatangan Ivy tidak ada di dalam rencananya.

"Apa Mas Arya pernah kesini?" tanyanya.

Kamu yang kusebut RUMAH (Gratis)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang