Flashback
"Maaa..." panggil seorang gadis cantik dengan rambut yang tersanggul indah. Ada hiasan bunga berwarna putih mewah di rambutnya yang semakin menambah kecantikan gadis berlesung pipi itu.
"Ya sayang?"
"Ivy tidak mau pakai dress ini," sebalnya sambil menunjukan sebuah dress panjang yang ia jinjing di tangan kanannya.
"Dress itu cantik, Vy." Seorang wanita dengan wajah keibuan mendekat. Namanya Mama Runi. Wanita itu tersenyum hangat menanggapi tingkah anak perempuan satu-satunya yang masih bersikap sangat kekanak-kanakan. Jika tidak suka, Ivy akan memberontak, dan jika ingin, Ivy akan selalu berusaha mendapatkan apa yang ia mau.
"Tapi ini sangat kekanak-kanakan, Ma. Ivy sudah dewasa."
"Usiamu masih belum 20 tahun, Ivy."
"Tapi pokoknya Ivy nggak mau pakai dress ini."
Wanita itu melangkah pergi. Ia berjalan memasuki ruang walk in closet kamarnya lalu mencoba mencari gaun pilihannya sendiri. Matanya berbanding lurus dengan tangannya yang bergerak lincah, hingga pada akhirnya gerakan itu berhenti saat menemukan sebuah dress berwarna soft pink dengan belahan dada rendah favoritnya. "Perfect," ucapnya.
"Daddy-mu tidak akan setuju kamu mengenakan dress ini," ucap Mama Runi saat memasuki kamar.
"Daddy tidak akan pernah menolak keinginan Ivy," jawabnya percaya diri.
Malam ini, ia pergi bersama dengan kedua orangtuanya ke sebuah pesta. Dan seperti yang Ivy ucapkan sebelumnya, ia berhasil pergi dengan memakai dress pilihannya sendiri. Pesta ini digelar dengan tujuan mempertemukan para pelaku bisnis untuk saling menjalin relasi. Seperti biasa, Ivy selalu bosan. Ia lebih sering menghabiskan waktunya untuk makan ataupun sekedar mendengarkan musik. Biasanya pesta pengusaha akan mengundang penyanyi besar tanah air.
"Ivy."
Suara lembut yang sangat ia kenali menarik perhatian Ivy dari rak makanan. Mamanya mendekat dengan senyum yang selalu mampu membuat Ivy merasa aman. "Kamu di panggil Daddy-mu."
"Ivy lagi makan, Ma," jawab Ivy menolak. Tangannya hendak mengambil pastry dengan selai strawberry diatasnya yang terlihat menarik, tapi pergerakan itu terhenti saat tangan Mama Runi menahannya.
"Sebentar saja," paksa Mamanya.
Malas berdebat di depan umum, Ivy mengikuti tarikan tangan Mama Runi. Wanita itu membawanya kembali mendekat ke meja mereka, tetapi meja itu kini tak lagi hanya milik kedua orangtuanya. Daddy Miller duduk dengan beberapa orang yang tidak Ivy kenal. Ada sepasang suami istri seumuran mama dan daddy-nya, dan seorang laki-laki yang duduk sedikit menjauh dari meja.
"Ini Livylia, putri kami satu-satunya," ucap Mama Runi memperkenalkan. "Sayang, kenalan dulu sama Om Brama dan Tante Anjani."
"Malem Om, Tante. Saya Livylia, biasa di panggil Ivy." Kalimat itu keluar tanpa hambatan. Seperti biasa karena Ivy sudah sangat terbiasa memperkenalkan diri di depan rekan bisnis papanya. Hanya bedanya, kali ini wanita itu terlihat tertarik dengan seorang laki-laki yang duduk diantara kedua orang itu.
"Hai Ivy, senang bisa berkenalan denganmu," jawab Tante Anjani. "Oh ya, kenalkan ini Arya. Dia anak kami satu-satunya yang nantinya akan meneruskan perusahaan Adiputra."
Laki-laki yang disebut namanya itu hanya tersenyum sopan dan semakin membuat Ivy penasaran. Seperti sebuah magnet, Ivy merasa jatuh ke dalam manik mata laki-laki itu yang setajam elang tapi terasa lembut secara bersamaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu yang kusebut RUMAH (Gratis)
RomanceCerita selesai. Lengkap. ❤️ Puspa pernah berharap Arya adalah jawaban dari setiap doa yang ia langitkan. Sebuah pemberian terindah dari dunia yang seringnya mengecewakan. Tetapi pada akhirnya, laki-laki itu justru menjadi salah satu cobaan dari seki...