PART 29 - Drama

14.1K 1.5K 28
                                    

Malam tanpa bintang selepas hujan di tengah indahnya taman kota. Puspa duduk di salah satu bangku yang sedikit basah, dia memutar-mutar es teh yang tadi dia beli dengan tatapan mata kosong.

Setelah pertemuannya pagi tadi dengan istri Arya, Puspa merasa harus segera memutuskan sesuatu agar semuanya tak semakin bertambah rumit.

"Satu cilok pedas tanpa kecap sesuai permintaan Ningrum."

Raka duduk di sampingnya. Mereka berdua sedang menikmati weekend dengan menghabiskan waktunya di taman dekat rumah Puspa. Raka terkejut saat tiba-tiba Puspa menghubunginya dan meminta untuk ditemani. Biasanya wanita itu sering menolak ajakan Raka, tapi malam ini Puspa yang tiba-tiba memintanya sendiri. "Ciloknya enak?" tanya Raka.

"Ck."

"Kok nggak dijawab?"

"Semua cilok rasanya sama aja."

"Dih, ada yang beda. Coba kalau lo mau main ke rumah gue, cilok buatan nyokap gue nggak ada duanya," ucap Raka menggebu, sekaligus ada maksud lain di balik kalimat itu.

Puspa hanya mendengus sebal. Wanita itu memilih untuk kembali menancapkan lidi ke adonan tepung bulat miliknya dan memakannya langsung dalam satu kali suapan.

"Pelan-pelan, gue nggak minta."

"Guuwhee lhaapheer —."

"Telen dulu, Ningruum," titah Raka.

Puspa menuruti kalimat Raka, ia menelan makanan di mulutnya lalu kembali memusatkan perhatian ke arah laki-laki itu. "Gue laper."

"Makanya lo mau aja gue per-istri, biar bisa gue kasih makan tiap hari."

"Lo bilang gitu udah kaya kucing aja gue."

"Hahaha." Raka mengacak-acak rambut Puspa yang rapi, sesuatu yang mulai ia sukai akhir-akhir ini.

Lama mereka kembali termenung dalam diam. Puspa dan Raka memilih menikmati cilok sambil melihat beberapa anak muda yang mulai berdatangan. Seperti Raka dan Puspa, kebanyakan mereka hanya ingin melepas lelah, mencari makanan ringan atau hanya ingin sekedar mengurai sepi.

"Rakaa," panggil Puspa lirih.

"Hmm.."

"Gue mau resign."

Tubuh Raka menunjukan keterkejutan, tapi laki-laki itu memilih tetap diam untuk mendengarkan penjelasan Puspa. Raka meletakan plastik berisi cilok yang hanya tinggal dua biji di ujung kursi dan menautkan perhatiannya penuh ke arah Puspa.

"Ini tentang masa lalu gue yang harus segera diselesaikan, seperti apa yang lo bilang. Dan keluar dari perusahaan AD Corporate adalah salah satu cara yang gue lakuin buat itu."

Raka mendengar, duduk sambil meletakan kedua tangan di pangkuannya sendiri.

"Gue yakin ada banyak pertanyaan di otak lo. Tapi sementara ini, hanya itu yang bisa gue share ke lo. Suatu saat gue pasti bisa cerita lebih."

Bagi Raka, Puspa yang terbuka kepadanya sudah lebih dari sekedar cukup untuk memulai kehidupan barunya bersama wanita itu. Dia tidak akan menuntut lebih. "Okeey, terus apa yang akan lo lakuin selanjutnya?" tanya Raka.

"Gue mau pindah ke Bandung, dekat sama rumah Bapak. Gue mau merintis usaha gue sendiri, kedai kopi."

Raka cukup terpukau dengan jawaban Puspa. Ternyata di dalam otak serumit itu terbesit pemikiran cemerlang untuk memulai usahanya sendiri.

"Gimana menurut lo?" tanya Puspa meminta pertimbangan.

"Keren."

"Serius?"

Kamu yang kusebut RUMAH (Gratis)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang