열 번째 장.

1.5K 241 14
                                    

Matahari telah sepenuhnya terbenam, yang mulia raja Jeon Jungkook tengah menyantap makan malamnya. Di tempat tinggal pribadinya, dia tidak sendiri dan lagi-lagi juga di temani sebuah buku yang baru saja selesai dia baca.

"Aku selesai."

Para Kasim datang mendekat, tidak hanya membersihkan juga merapihkan alat makan yang mulia. Mereka juga melakukan hal yang sama, dengan merapihkan buku-buku yang selesai raja baca.

Tidak banyak aktivitas yang raja buat. Sejak tadi dia terlihat lebih banyak diam, dan menyibukkan diri dengan berbagai macam buku yang dia baca.

Di tempat lain, Hoseok juga Taehyung telah membenahi beberapa barang yang keduanya bawa. Hari mulai gelap, kini mereka tampak tengah beristirahat setelah selesai memakan-makan malamnya.

Gosu Jung, dia tengah membaca ulang instrumen gendang yang mungkin akan dia pakai selama menghibur raja Vadhyaksa di sini. Kasim memberitahu mereka, kemungkinan hari perayaan ulang tahun raja itu akan di mulai lusa.

Besok pagi, hanya di isi oleh acara hiburan sebagai pengumuman kehamilan selir Park. Selebihnya, Pansori bisa kembali beristirahat untuk mempersiapkan diri menjelang hari perayaan ulang tahun raja Min Yoongi di hari selanjutnya.

"Taehyung-ah, buka matamu dan hapal lah semua bait syairan itu. Jangan membuat malu aku, atau melakukan kesalahan di dalam kerjaan ini.'

"Berisik sekali, dasar bawel."

"Hey kau-"

"Sudah cukup Hyung, memarahi ku tidak ada gunanya. Aku hanya akan semakin membangkang dan terus membuat mu kesal."

"Ya memang! Kau sadar keburukan mu itu."

Taehyung membuka matanya, meletakkan catatan syair yang sudah sang kakak buat seraya menarik tubuh Hoseok.

"Hyung, begini ya biar aku jelaskan dan kau dengar baik-baik."

"Apa?"

"Jika kau mau nasihat mu aku dengar, maka lakukan dengan penuh kelembutan. Kau paham?"

"Kenapa harus begitu?"

"Tentu saja, semakin kau menegurku dengan kelembutan. Maka akan semakin terketuk hatiku untuk menjadi seorang yang lebih baik."

"Jika aku berteriak?"

"Maka akan ku balas kau, dengan berteriak lebih kencang lagi."

"Haish, bocah gila."

Hoseok memukul kepala sang adik main-main dengan buku yang tengah dia baca. Taehyung tersenyum, dia kembali mendekat ke arah Hoseok untuk memeluk tubuh kakak Alphanya tersebut.

Benar, Taehyung terbiasa di tegur dengan kelembutan saat mendiang ibu mereka masih hidup. Nyatanya, cara itu jauh lebih ampuh jika di bandingkan dengan ayahnya yang selalu saja menjewer telinga Taehyung.

Dia hanya akan semakin mengesalkan, dan terus melawan juga membuat hal-hal tak terduga yang terus menguji kesabaran sang ayah.

"Aku sudah belajar, biarkan aku menghirup udara malam."

"Ah tidak-tidak, cukup Taehyung-ah. Terakhir kali aku biarkan kau pergi, hingga larut pagi kau baru kembali. Ini bukan Amania, jangan berbuat masalah di sini."

"Hey, aku bingung mengapa Hyung selalu mengecap buruk padaku? Ada apa? Hyung cemburu? Hyung ingin menghirup udara malam juga??"

"Bocah ini, dia memulainya lagi."

"Hyung, aku hanya akan melihat bulan. Tahu kan jika musim semi akan datang? Salju yang mencair begitu indah, jika kau tahu."

"Taehyung-ah—"

PANSORITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang