열다섯 번째 장.

1.4K 254 61
                                    

Hari telah pagi, setelah semalaman yang Taehyung lakukan hanyalah berhubungan badan. Yang mulia tampak lelap dalam tidurnya, hingga membuat Taehyung tidak sanggup mengganggu tidur laki-laki itu.

Menyingkirkan selimut yang dia pakai berdua, Taehyung meraih hanbok miliknya yang berjatuhan di atas lantai kamar penginapan ini. Memakainya lagi, dengan merapihkan kekacauan rambutnya sisa permainan semalam.

Omega itu berdiri, hendak membuka pintu dan melihat keadaan di luar. Tubuhnya masih sedikit demam, namun tidak separah saat birahinya tak tersalurkan.

"Sorikkun Kim."

Lengan Taehyung yang baru saja terulur itu terhenti. Namanya di panggil, dan mungkin kini yang mulia raja telah bangun atau justru terganggu karena ulahnya?

"Yang mulia?"

Taehyung melirik, memutar badannya untuk memastikan panggilan itu. Yang mulia tengah duduk, dengan hanya menutupi bagian bawah tubuhnya.

"Kemana?"

"A-aku?"

"Mmm?"

"Ini, a-aku hanya berniat melihat kondisi di luar. Pangeran Min—"

"Kau mengkhawatirkannya?"

"Yang mulia, maksud ku—"

Belum sempat Taehyung menyelesaikan kata-katanya, yang mulia bangkit dengan memakai kembali seluruh pakaiannya. Mengikat rambut panjang yang tergerai semalaman, dan berjalan mendekat ke arah Omega itu.

"Tunggu di kamar! Biar aku yang melihatnya."

"Yang mulia, aku hanya—"

"Taehyung-ah, tunggulah!"

"Ya."

Sorikkun itu tidak bisa membantah. Mendengar yang mulia memintanya untuk tetap tinggal, Taehyung hanya bisa menuruti itu meski di lubuk hatinya dia merasa begitu khawatir pada pangeran Min.

Bukan tanpa alasan, kakak pangeran Min adalah pemimpin kerajaan sekutu. Yang mulia raja Vadhyaksa bahkan memperlakukan Taehyung dengan baik, juga menawarkan bantuan kala Omega itu terdesak. Lantas, bagaimana mungkin Taehyung acuh atas keadaan laki-laki itu?

Jungkook benar-benar menutup kembali pintu kamar itu. Dengan ujung pedang yang masih menancap, pintu itu hancur oleh ulah raja saat dia menyingkirkan pedang dari tangan Hoseok.

Menuruni anak tangga, hingga yang mulia raja sampai di lantai dasar. Tempat kekacauan itu terjadi, namun dia tidak melihat siapapun di sana. Kemana semua orang pergi? Bukan kah perdana menteri Kim telah meminta bala bantuan pada kerajaan?

Mendengar suara orang tengah berbincang, yang mulia raja menghampiri sumber suara tersebut. Melihat siapa, dan apa yang kini tengah terjadi.

Di halaman tempat penginapan itu, pangeran Kim tengah duduk di sebuah kursi kayu tidak jauh dari kuda-kuda mereka. Perdana menteri Kim membaca sebuah surat, dengan banyaknya bala bantuan kerajaan yang telah datang.

"Yang mulia." Sapa perdana menteri Kim, menunduk kalah melihat kedatangan yang mulia raja.

Yang mulia berjalan kian mendekat, begitu juga pangeran Kim yang bangkit dari duduknya. Semua pengawal kerajaan membungkuk, juga ada sebuah tandu kerajaan yang kini sudah tersimpan dengan apik di halaman penginapan itu.

"Dia, dimana?"

Tanya yang mulia raja, pada perdana menteri Kim. Yang sesekali melirik, mencari keberadaan pangeran Min.

"Aku sudah memulangkannya."

Bukan perdana menteri, justru pangeran Seokjin lah yang kini menjawab pertanyaan yang mulia. Melirik ke arah sang kakak, yang mulia meminta kejelasan atas jawabannya tersebut.

PANSORITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang