여섯 번째 장.

1.9K 344 66
                                    

Up sekarang, takut malem ketiduran ges😁

Di tempat lain, pangeran Kim baru saja memasuki gerbang istana bersama perdana menteri. Hanya ukiran senyum kecil, yang sejak tadi terus terlihat dari wajah Seokjin.

Menyimpan banyak arti, pangeran Kim bahkan tidak membawa apapun hasil bidikan anak panahnya. Dia memilih meninggalkan burung tadi di sana, juga dengan beberapa anak panah yang masih menancap di berbagai tempat.

"Perdana menteri, kau menyukai Sorikkun itu?"

"Pangeran, maksud anda?"

"Jawabannya hanya iya atau tidak."

Perdana menteri Kim terdiam, dia bingung harus menjawab apa saat mendapat pertanyaan dadakan seperti itu dari seorang pangeran seperti Kim Seokjin. Apa yang dia pikirkan? Pangeran mengamati tingkahnya selama ini?

"Pangeran, boleh aku tidak menjawabnya?"

"Kau tahu perdana menteri? Kadang, seseorang terlalu buta dalam melihat sesuatu yang berada tepat di ujung pelupuk matanya. Sibuk menatap kesana kemari, sampai tidak menemukan apapun yang sebenarnya berada di sekitaran mereka."

"Pangeran-"

"Aku belum selesai, jangan di potong."

"Maaf pangeran."

Namjoon membungkuk, meminta maaf atas ketidaksopanan yang baru saja dia buat. Paham jika itu menyalahi aturan, juga tata krama dalam berbicara dengan anggota keluarga kerajaan.

"Hari di mana Pansori itu menghibur para tamu kerajaan. Setiap itu pula, senyuman juga tatapan matamu yang dalam berbicara amat jelas. Aku tahu, banyak arti dalam sebuah tatapan mata seperti itu kan? Bagaimana dengan tatapan mu, yang mana kah arti sebenarnya agar aku tidak salah menafsirkan?"

Berdiri di perpotongan jalan, kini mereka ada di kedua sisi jalan menuju kerajaan bagian dalam. Ke kanan adalah tempat dimana pangeran tinggal, dan ke kiri adalah barak tempat tinggal Namjoon saat menjaga keamanan militer.

"Pangeran, aku tidak pernah menyukai atau mencintai seseorang selama hidup ku. Jika aku bingung, apa aku salah? Aku sendiri bahkan tidak tahu, mengapa aku selalu menatap Sorikkun itu dengan tatapan seperti itu."

"Kalau begitu, kenapa tidak kau coba untuk renungkan."

"Apa itu harus?"

"Tentu! Kau tidak tahu, mungkin di luar sana ada orang yang tengah menunggu cinta mu."

Ucap pangeran Kim, membuat perdana menteri terdiam memikirkan saran yang baru saja pangeran berikan. Tampak Seokjin memandang lekat, senyuman miring terukir kala dia pergi meninggalkan laki-laki yang telah mengabdikan kehidupannya untuk keselamatan banyak orang.

Membuang sebuah gelang keberuntungan yang pernah perdana menteri beri, Seokjin menghempaskan itu ke tanah dan terus berjalan seolah tidak lagi membutuhkan dan memperdulikan benda itu.

"Semua orang selalu saja bodoh, kau sungguh tidak menyadari perasaan ku."

Di tempat lain, yang mulia raja Vadhyaksa tengah berdiri menatap matahari yang mulai menghilang. Di temani seorang Omega, siapa yang tidak mengenal laki-laki itu?

"Selir Park, kau suka warna jingganya?"

"Ya, terlihat hangat."

Omega itu tengah berdiri, melihat yang mulia raja tengah menggenggam kedua tangannya seraya menatap sinar matahari tenggelam itu. Park Jimin, seorang selir yang menjadi simpanan yang mulia raja Vadhyaksa.

"Yang mulia, kau sungguh memikirkan soal Pansori itu?"

"Pangeran Byung Choon, dia yang menginginkannya."

PANSORITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang