Teman Cinta

2 0 0
                                    

   Membuang semua barang-barang yang sudah menjadi kenangan belaka masuk ke dalam api yang membara. Air mata terus menerus membasahi pipi Zahra. Hatinya sakit dan rasa yang dulu tumbuh berlahan-lahan kini sirna begitu saja. Semua sosmed yang berhubungan dengannya, Zahra hapus semua. Ia berusaha untuk melupakan pemuda itu.

Zahra memilih mengurung diri di kamar. Menenggelamkan wajahnya di dua lututnya. Suara tangis terdengar. Ucapan akhir bahwa ia akan datang ke rumahnya adalah kebohongan besar. Apa Zahra yang terlalu pede kalau Fino menyukainya saat di bangku SMA dulu. Zahra telah menghabiskan banyak waktu bersama Fino. Setiap momen-momen duduk di bangku SMA adalah momen indah bagi Zahra.

Bisa dikatakan kalau masa SMA itu adalah masa yang indah. Zahra menganggap kalimat itu benar, awalnya. Namun, lama-kelamaan ia tidak percaya dengan kalimat itu lagi bahwasanya Fino perlahan-lahan menjauhinya dan dekat dengan adik kelasnya. Sekarang, Zahra tahu, kalau Fino sedang berhubungan dengan seseorang dan di jari manisnya sudah ada cincin.

Tunangan?

  Zahra pikir, cincin itu hanyalah kebohongan belaka tetapi sepertinya Fino benar-benar serius mengenai tunangannya. Air mata terus menerus mengalir membasahi pipi Zahra. Tidak seharusnya ia menyukai Fino kalau ujung-ujungnya Fino bertunangan dengan yang lainnya. Dan menganggap bahwa kedekatan Fino dan Zahra hanyalah teman.

  Namun, Zahra tidak menganggap Fino hanya sebatas teman melainkan sudah dianggap teman rasa pacar. Bayangkan saja, selama Zahra menghabiskan waktu bersama Fino seperti orang berpacaran tanpa kecuali. Kedekatan Fino dan Zahra membuat teman-teman sekolah, iri pada mereka berdua.

"Tega kamu! Fino! Tega kamu! Kenapa kamu berbanding terbalik."

"Kenapa kamu tidak menyadarinya?"

"Selama ini...dirimu menganggap ku apa? hiks."

   Kalimat yang diucapkan Zahra bergetar. Ia masih tidak percaya dengan rasa pahit yang menyerangnya. Rasa suka, sayang dan senang bersama Fino seketika menghilang dari dalam tubuh Zahra. Gadis itu mencoba menghilangkan rasa cintanya ke Fino, mulai hari ini.

    Ia tidak mau berada di dalam jurang yang curam, terus menerus seperti ini. Cinta itu buta, ya, orang yang dibutakan oleh cinta itu tidak bisa berpikir jernih. Zahra beranjak dari kasurnya memilih membersihkan diri dan pergi ke kampus.

    Kampus yang besar dan terfavorit berhasil di taklukkan oleh Zahra. Gadis itu bersikeras untuk masuk ke dalam kampus ini. Membutuhkan banyak pengorbanan dan perjalanan yang panjang untuk mendapatkan nilai akademik yang bagus. Semua yang ada berkuliah di sini dari orang-orang kaya dan rerata semua membawa mobil—jarang sekali memakai sepeda motor apalagi angkot.

Mobil angkot berhenti tepat di kampus terfavorit dan Zahra turun dari angkot. Selama ini, murid-murid tidak berani untuk mengganggu Zahra atau menjatuhkan dirinya. Ia dikenal kejam dan menyeramkan di kampusnya. Jadi mereka semua, tidak mau berurusan dengan Zahra.

'Tidak ku sangka. Kalau aku disini dikenal kejam sedangkan kalau aku bertemu rasa cinta...aku menjadi bodoh.'—dengus Zahra sebal.

  Di kelas, Zahra sama sekali tidak ada raut senyum melainkan ada raut wajah kesal akibat Fino tidak bisa menempati janjinya lagi. Cepat atau lambat, hatinya bakal remuk melihat Fino menikah dengan gadis lain selain dirinya. Kedua gadis di belakang bangku, Zahra terlihat bisik-bisik tetangga.

   Mereka berdua adalah teman dekat, Zahra. Rambut pirang pendek berkacamata itu bernama Lena sedangkan sebelahnya rambut pendek keriting, Amalia. Lena mengkode mata ke Lia untuk bertanya baik-baik ke Zahra dibalas anggukkan mantap.

"Murung amat. Temanku ini." kata Lena menyeret kursi di sebelah kursi Zahra, mendekat ke gadis tengah murung ini.

   Lia juga berusaha bertanya ke Zahra. Namun, Zahra enggan untuk angkat bicara. Terlalu malas untuk mengungkit janji pemuda itu. Ia ingin sekali membanting Fino atau merobek mulutnya agar tidak mengucapkan janji yang tidak bisa ditempati. Zahra tidak mau, mendengar alasan buaya darat.

Kumpulan Cerpen (Kembali update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang