"Aku akan mengecek darah kalian lalu kalian berempat boleh pulang."kata Amira menatap keempat gadis itu bergantian setelah selesai melakukan tugasnya mengecek darah. Amira menteskan darah yang di ambilnya ke kaca berukuran kecil.
"Buat apa?darah-darah itu?"tanya Nadia penasaran.
Amira tersenyum pada mereka semua,"untuk mengetes kekebalan tubuh. Ini lah yang rumah sakit bisa. Jika suntikan kekebalan tubuh habis, kami terpaksa melakukan tes darah. Mengecek apa di darah itu terdapat Virus mematikan tersebut.". "Jika ada,kami terpaksa memasukkannya ke ruangan kaca tadi."lanjutnya membuka pintu dan menunjukkan jalan pada mereka berempat.
Tidak terasa hari sudah menjelang sore. Keempat gadis itu bersyukur karena Bu Amira bilang mereka semua baik-baik saja dan aman dari Virus mematikan. Wanita bernama Amira mengamati keempat gadis berjalan keluar rumah sakit sebelum mereka pergi. Ia telah mengambil empat sempel darah dari mereka berempat.
Kaki jenjangnya menuju lab dan mengecek apa yang sebenarnya terjadi pada gadis bernama Nadia. Kata temannya ia pernah terkena virus mematikan tersebut. Anehnya ia sekarang sangat sehat dan baik-baik saja. Amira mengecek darah tersebut menggunakan alat bantu. Setelah beberapa jam diamati dari empat darah. Dan ia berhasil menemukan obat itu.
"Aku membutuhkan gadis bernama Nadia. Ia bisa menyembuhkan penyakit ini."gumamnya tersenyum lebar.
Malam sudah datang ibu dan Nadia tengah berkumpul di ruang keluarga menonton berita terkini. Nadia sekarang hanya tinggal bersama ibunya. Ayahnya meninggal karena terkena kanker. Hari itu Nadia sangat terpukul dan selama itu ia tidak mengetahui penyakit ayahnya. Tapi sekarang malah ada penyakit Virus Mematikan dan obatnya pun belum di temukan.
Nadia melihat layar televisi sangat serius , wanita berambut oranye dengan poni untuk menutupi dahi yang lebar mengatakan,kalau ada beberapa orang di luar sana memiliki kekebalan tubuh yang sangat kuat.
"Apa anda sudah menemukan obat untuk Virus mematikan itu?"
"Sudah. " Jawabnya singkat. Tentu saja itu kabar baik buat semua orang. Ia harus di bantu oleh pemerintahan, imbuhnya.
Nadia bersorak ria di sana,"akhirnya ada juga obatnya buat Virus mematikan itu."katanya. Ibunya melirik ke arah anaknya tersebut,"kenapa kau senang?"katanya membuat Nadia berhenti sorak ria menatap ibunya bingung dengan pertanyaan membingungkan barusan.
"Maksud ibu?" Wanita paruh baya itu memutar bola matanya malas. "Apa kau tidak berpikir matang-matang. Bagaimana bisa dokter mengatakan bahwa ada obat buat Virus mematikan secepat itu!"katanya mematikan televisi. Ia merasa ada yang janggal. Nadia mendengus sebal.
"Dunia ini sudah tua dan ada-ada saja penyakit aneh datang. Serta orang-orang mengambil keputusan tanpa memikirkan secara matang. Aku bingung harus memilih yang mana?"kata ibu mengambil pisau buah yang ada di dapur dan membawa buah melon. Nadia mengambil piring.
"Jika aku mati karena orang-orang seperti itu. Aku akan menyesal dan jika aku mati karena Virus mematikan maka aku akan tenang di sana."ucapnya lagi nada kesal sambil mengiris buah melon ke atas piring. Nadia yang mendengar semua itu bingung sekali.
Keesokkan harinya Nadia berangkat sekolah seperti biasa. Ia hari ini sudah terlambat jadi Nadia hanya makan selembar roti tawar di atas piring dan pamit pada ibu.
"Nadia! Kau tidak sarapan dulu!"teriak ibunya keluar dari dapur melihat anaknya sudah buru-buru pergi keluar rumah,"tidak usah bu. Nadia pamit dulu!"balasnya menutup pintu.
Kakinya melesat pergi menuju sekolahnya. Ia akan berlari dan sudah tidak ada waktunya menunggu angkot. Tanpa menoleh ke kanan dan ke kiri Nadia hampir tertabrak sepeda motor untungnya sepeda motor tersebut sudah mengerem.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen (Kembali update)
Kısa HikayeIni hanya kumpulan cerpen. Bukan hanya satu cerpen saja tapi beberapa cerpen yang akan aku tulis disini. Dongeng. Aksi Romantis Fiksi remaja Fantasi dan Lain-lain. Happy Reading [Don't Copy My Story!]