Malam sudah larut, Riski sedang terlelap didalam tidurnya sebelum tiba-tiba ia mencium aroma dari kembang yg sangat wangi, aromanya asing tapi rasanya Riski pernah mencium aroma ini, tidak salah lagi. katanya di dalam hati. aroma ini adalah aroma dari kayu cendana.
Riski pun mulai membuka matanya, ditengah kegelapan kamar dia merasakan kalau tidak jauh dari tempatnya sedang berbaring terlihat seseorang sedang dalam posisi bersimpuh, sosoknya terlihat tidak begitu jelas tapi Riski bisa melihatnya kalau sosok itu adalah seorang wanita.
rambutnya panjang tergerai sampai menyentuh lantai, posisinya bersimpuh membelakangi Riski, Riski yg masih belum sepenuhnya sadar nampak terhenyak di atas tempat tidurnya ia memandang pada bagian kepalanya seperti ada sesuatu yg berkilau kekuningan seperti sebuah mahkota yg anehnya terlihat familiar bagi Riski, anak itu nampak bingung apakah dia sedang dalam kondisi bermimpi atau sudah terjaga, selain itu aroma wangi dari kayu pohon cendana nampaknya berasal dari sosok wanita yg ada dihadapannya ini.
Riski pun berusaha bangkit dari tempatnya sedang tidur tapi tiba-tiba sosok yg masih terlihat samar-samar itu berkata dengan suara yg sangat lembut.
“tetaplah disitu”
Riski menyadari mungkin sekarang dia dalam kondisi terjaga. kalau begitu, siapa perempuan asing ini.
“Aku menyarankan agar kamu tidak perlu pergi hanya untuk menuruti keinginan dari orang yg sedang memanfaatkanmu” katanya, suaranya terdengar begitu lembut namun terasa dingin, “kamu tidak pernah tahu ada apa saja di gunung itu, kamu itu istimewa, -dan yang istimewa biasanya menjadi rebutan, ini bukan perkara siapa yg nanti mendapatkan, tapi perkara dusta yg diselimuti nafsu pribadi dari orang yang tidak memikirkan perasaan dari yg lain”
“uruangkan, ya..”
“urungkan…..”
“URUNGKAN!!” teriaknya dengan suara yg tinggi.
Riski bisa melihat sekilas wajah wanita itu dan seketika ia menyadari kalau sosok yg sedang bersimpuh dihadapannya ini memiliki perawakan yg sama persis dengan sosok wanita yg ada di dalam lukisan penari bali.