20

1.1K 40 1
                                    

Rombongan terus berjalan naik, sementara suasana gelap sudah menyelimuti tempat ini, Riski dan yg lain sudah memegang senter ditangannya masing-masing, mereka masih mengikuti alur di mana Koco mengikuti punggung Andris begitu pula dengan Lika dan Prio yg berjalan mengikuti Riski.

Hujan deras kemudian kembali turun, membuat Riski menggunakan penutup mantel dikepalanya lagi yg sebelumnya dia turunkan, medan pendakian juga menjadi semakin sulit, di depan banyak ditemui hambatan tanah berlumpur, terpaksa satu persatu dari mereka mengeluarkan tenaga yg besar, beberapa kali Riski juga menghela nafas berat karena selain medan yg menyusahkan, suhu udara juga terasa semakin dingin, teriakan-teriakan dari Puteri, Koco dan Prio saling bersahut-sahutan satu sama lain, mereka saling memberikan nasihat untuk tetap tenang dan tidak terburu-buru.

saat itu lah Riski kemudian mencium aroma yg sangat wangi, aroma dari sepuhan ratusan kembang melati, dan aroma ini berasal tepat dibelakang Riski, sontak Riski seketika terdiam, merinding, dia merasa kalau dibelakangnya ada sosok lain yg bergabung bersama dengan Lika dan Prio.

Tapi Riski mencoba abai dengan situasi ini, dia terus menerjang medan yg sulit itu kemudian tetap mengikuti punggung Koco yg juga mengikuti punggung Puteri dan Andris.

hanya saja semakin lama, wangi aroma melati membuat rasa penasarannya kian meninggi, apa Lika dalam bahaya?

kejadian ini kemudian mengingatkan Riski dengan apa yg dikatakan oleh nyai kepadanya. “tambah wangi tambah bahaya” (semakin wangi semakin berbahaya) entah kenapa, ia kemudian terngiang-ngiang dengan kalimat itu sampai tanpa sadari, kakinya menjejak pada tanah yang gembur.

sedangkan yg lain, Koco, Puteri dan Andris menapak pada akar-akar pohon, seketika Riski tersungkur jatuh sendirian diikuti teriakan Lika dan Prio yg terkejut melihat kegawatan ini, sayangnya mulai dari barisan Koco sampai Puteri tidak ada yg berani menoleh melihat kebelakang.

setidaknya itu yg Riski rasakan waktu itu sebelum tubuhnya menerjang jatuh kebawah, untungnya jatuhnya Riski tidak berakibat fatal karena tubuh Riski sempat tertahan menghantam akar pohon lain, otomatis sekarang Riski berada di barisan paling belakang, dan saat itu lah dia-kemudian bisa melihat punggung Prio dan Lika yg ada dihadapannya, hal ini membuat Riski melotot tidak percaya dengan apa yg dia lihat.

disamping Lika dan Prio yg sedang diam sembari berteriak memanggil Riski, ada anak-anak kecil bergaun putih menggandeng tangan mereka.

anak-anak itu kemudian tertawa, suaranya sama persis dengan sosok yg menertawai Riski tadi, mereka menoleh melihat Riski dengan wajahnya yg buruk rupa.. seperti daging yg mengelupas dari tengkorak kepala mereka, kemudian.. anak-anak ini memberi gestur di bibir sembari menunjuk..

Riski yg merasakan getir ngilu disekujur tubuhnya tidak mengerti maksud dari sosok anak-anak kecil ini tapi Riski menyadari satu hal, aroma melati itu tidak berasal dari tubuh anak-anak misterius ini, tapi.. aroma melati itu masih berada tepat dibelakangnya..

tak berselang lama, Riski merasakan ada yg menyentuh bahunya, Riski termangu ketakutan melirik sepotong tangan dengan 5 ruas jari, pada umumnya manusia normal hanya memiliki 3 ruas pada setiap jarinya tapi yg ini sampai memiliki 5 ruas jari dengan kuku yg cukup panjang..

aroma sepuhan wangi melati tercium menyengat dan membuat Riski melengus menutup hidungnya, dari arah belakang suara berat itu kemudian terdengar ditelinga Riski, "Aaaweeeehhh" "Aaaaaweeeeeh"

terdengar seperti Aweeh atau mungkin Njaweeeeh..

anehnya, tubuh Riski kaku tidak berani bergerak sementara anak-anak perempuan itu terus tertawa seperti sengaja menertawai Riski, mereka terus menerus menunjuk Riski. Saat itu lah hal yg tidak pernah diduga-duga dilakukan oleh Prio,

pemuda itu menoleh kebelakang, wajahnya pucat.

Prio kemudian berlari tunggang langgang naik keatas sendirian, tak perduli apa pun yg ada dihadapannya, Prio berlari sendirian melewati Koco, Puteri dan Andris..

Riski yg melihat peristiwa itu kemudian sadar kalau aroma melati yg ada dibelakangnya sudah lenyap..

Riski kemudian berdiri, dengan gestur yg sadar kalau Prio dalam bahaya besar, ia kemudian berlari menuju ke tempat Lika, dia mengingatkan kalau Njaweh saat ini sedang mengejar Prio, Lika yg mendengarnya nampak terkejut wajahnya pucat pasi, dia kemudian berkata, "ra bakal selamet"

(tidak akan selamat)

Lika kemudian menarik tangan Riski, membawanya mendekat kearah yg lain, Puteri tampak bingung kenapa tiba-tiba Prio berlari seperti itu, dengan wajah datar Lika berkata, "cepet ayok nang pos keempat" (cepat ayok kita pergi ke pos keempat)

Puteri hanya diam,

dia sadar ada yg tidak beres, sementara Riski melihat diatas dahan-dahan pohon semakin banyak anak-anak yg duduk menggoyang-goyangkan kakinya, mereka masih menertawai Riski, Koco dan Andris pun terpaksa memimpin di depan  sebelum aroma itu kembali diikuti suaranya, "Kih kih kih"

Riski berkata kepada Lika, "Nyai mbalik"

mendengar itu, Lika mengangguk dan semua orang yg ada di sana berlari sekuat tenaga, Riski pun melakukan hal yg sama, sayup-sayup suara wanita tua itu tertawa semakin keras, sampai membuat Riski begidik ngeri melihat sosoknya yg merangkak sembari berlari, Lika berteriak kepada Puteri.. "tiang e nang pos keempat kan?" (dia ada di pos keempat kan?)

Puteri mengangguk sembari berkata, "iyo, Nyai ra wani melbu pos keempat, soale wes bedo teritorine" (iya, nyai gak akan berani masuk ke sana, soalnya sudah beda wilayah)

Koco yg berlari paling depan ikut berteriak, "asline ki kene ki lapo mlayu, sak umur-umur gak tau aku ndaki terus mlayu koyok maling dikejar-kejar!!" (sebenarnya kita itu kenapa harus lari, seumur hidup aku gak pernah mendaki tapi lari kaya maling yg dikejar-kejar)

Riski dan yg lain tidak perduli, mereka saling berlari meninggalkan satu sama lain, Koco pun akhirnya tidak punya pilihan lain selain ikut mengejar Andris yg sudah berada didepannya, saat itu lah medan naik terlihat dan Puteri menunjuk itu..

pos keempat, akhirnya mereka sampai..

semua orang seketika melesat masuk ke dalam gedung tua yg berukuran sedang, Lika melihat ke jendela mengamati apa yg ada di luar, saat itu lah Riski mengatakan kalau Nyai sudah pergi hal ini terasa dari aroma wangi tubuhnya yg sudah lenyap..

tapi rupanya ini belum selesai, Andris yg pertama menyadari kalau di dalam bangunan tua ini ada seorang pendaki yg sedang duduk menatap mereka dengan pandangan mata yg dingin..

seorang pemuda biasa yg memiliki kulit pucat yg seperti mayat..

KEMBANG LARUKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang