"nek kowe ra gelem, gak popo le, si mbah mek ngilingno kowe" (kalau gak mau gak papa nak, si mbah cuma mengingatkan kamu)
Riski berpikir sambil melihat jalan berkabut itu, karena bingung Riski kemudian bersimpuh dihadapan sosok itu, Riski berniat menggendongnya.
"kih kih kih.."
Riski pun menggendongnya, tubuhnya tidak seberat yg Riski awalnya pikirkan karena bagaimana pun Riski sadar ada di dataran yg tidak seimbang, tapi baru juga Riski mengangkat tubuhnya tepat dihadapannya Riski melihat Lika yg menatapnya dengan wajah gelisah
"kowe lapo?" tanya Lika
wajah Lika dipenuhi goresan luka, bahkan kulitnya lebih pucat dari biasanya, rambutnya yg diikat terkembang seolah menunjukkan kalau Lika sama berantakannya dengan kondisi Riski saat ini, apa anak ini mencari dia sampai sebegitunya.
anehnya Lika masih bertanya kepada Riski.
"KOWE IKI LAPO?? JAWABEN??" ( KAMU INI NGAPAIN?? JAWAB??)
Riski melihat nenek yg sedang dia gendong, wajahnya menyeringai lebar melihat Lika yg berdiri dihadapannya.
karena Riski tak kunjung menjawab, Lika kemudian berspekulasi, "kowe nggendong sopo??" (kamu sedang menggendong siapa?"
"Opo Nyai??" Lika mulai mengerti, "opo kowe nggendong nyai?? opo nyai nawari kowe dalan muleh??"
(apa kamu gendong nyai?? apa nyai menawari jalan pulang?)
Riski bingung apa Lika tidak bisa melihat si mbah seperti dia melihatnya.
"Ojok percoyo, ojok percoyo omongane, percoyo ambek aku!! kowe bakal digowo muleh, dukno nyai sak iki!!" (jangan percata, jangan percaya apa yg dia katakan, percaya sama aku!! kamu akan dibawa pergi,-turunkan dia sekarang!!)
setelah Lika mengatakan itu, nenek yg Riski gendong memeluknya semakin erat dan mencium aroma badan Riski dari batang lehernya. Riski merinding tiba-tiba.
"padahal cah wedok iku kate gunakno kowe le?" (padahal perempuan ini yg mau memanfaatkanmu nak?)
Riski yg mendengar itu melihat Lika dengan ekspresi wajah yg berubah dan Lika menyadarinya, "ngomong opo nyai? ngomong nek aku ngapusi kowe?" (ngomong apa nyai? ngomong kalau aku membohongi kamu?)
Lika berniat mendekat, tapi Riski berjalan mundur,
"tenang, tenang!!" ujar Lika
"aku ra bakal menang karo demit, dadi sak iki terserah kowe, kowe ra bakal iso muleh tak pastino iku, nek kowe gak percoyo karo aku sak iki" (aku tidak akan menang sama setan, jadi terserah, kamu tidak akan pernah pulang, kalau kamu gak percaya sama aku sekarang) Lika masih diam.
mendengar itu Riski mulai goyah, "CAH GOBLOK! CAH WEDOK IKI IKU NDUWE TUJUAN TERSELUBUNG KARO KOWE LE!! OJOK NURUTI CANGKEME"
(ANAK GOBLOK! ANAK PEREMPUAN INI PUNYA MAKSUD DAN TUJUAN TERSELUBUNG SAMA KAMU NAK!! JANGAN MENURUTI MULUTNYA YG MANIS ITU)
terlalu lama menunggu Lika kemudian menurunkan tasnya, "nggih nyai njenengan menang, monggo njenengan gowo cah kui, tapi nyai.. bapak titip niki ten kulo?" (iya nyai kamu menang, silahkan bawa anak itu, tapi nyai.. bapak menitipkan ini kepada saya)
Lika mengambil sebuntal kain.
sebuntal kain kafan berwarna putih yg bernoda merah karena darah.
Lika membuka temalinya dan menunjukkannya di depan Riski, tumpukan gelenjar daging yg busuk sekali, aroma yg sama seperti aroma kepala yg Riski lihat ada di dalam tas Lika.
"niki, satus ari-ari'ne bayi"
(ini ada seratus ari-ari bayi baru lahir)
nenek yg ada dipunggung Riski sempat diam dan melotot, lidahnya terjulur keluar.. tapi tangannya memeluk Riski semakin erat, sosok itu nampak aneh.. "ra iso, ra cukup!! mek satus, ra gelem aku, kurang-kuraaaaaaang!!"
Lika menunggu Riski
Riski kemudian bicara dengan suara terbata-bata, "katanya kurang.."
Lika mengerti, wajahnya nampak kesal tapi dia kembali mengambil sesuatu dari dalam tas-nya, "rambut!! rambutku nyai.. piye, njenengan purun.. tapi ojok gowo Riski"
(rambut!! rambutku nyai.. gimana, anda mau?)Nenek itu menyeringai semakin lebar sambil berujar, "rambut e cah perawan.. hem.."
Lika mengambil pisau dan memotong setengah bagian rambutnya sampai menyisahkan potongan sebahu, dia melemparkannya di atas ari-ari itu, Riski kemudian bersimpuh dan wanita itu merangkak turun.
Riski melihat nenek itu memasukkan gumpalan ari-ari yg bercampur rambut Lika ke dalam mulutnya, setiap dia mengunyahnya membuat Riski mual, ia baru menyadari sosok itu begitu rakus, Lika pun berbisik kepadanya, "ayo, liane wes ngenteni" (ayo, yang lain sudah menunggu kita)
Riski melihat Lika dari belakang, di dalam tasnya pasti masih banyak yg dia bawa, untuk apa benda-benda yg amis itu sebenarnya, tapi melihat potongan rambutnya yg tidak rata ternyata tidak mengurangi kecantikannya, Riski bahkan semakin tertarik dengan wanita ini.
setelah melewati pohon besar tempat Riski melihat pocong yg untungnya sekarang tak dia temui saat bersama Lika, subuh sepertinya mau tiba terlihat dari langit yg berwarna kebiruan, Lika berhasil sampai di pos kedua bersama dengan Riski, di sana dia melihat teman-teman yg lain.
Puteri yg pertama mendekat bertanya kepada Lika, "Nyai?"
Lika mengangguk melewati Puteri kemudian tidur di atas lantai pos kedua, Riski kemudian melihat Koco yg mendekatinya dengan wajah seperti ingin memukulinya, di situ Riski melihat ada yg aneh, wajah Koco babak belur.
tapi ternyata tak hanya Koco yg babak belur, baik Priyo dan Andris sama saja, Puteri kemudian memberitahu Riski kalau Koco berkelahi dengan Prio dan Andris saat Riski menghilang selama dua malam ini.
dari semua orang yg sudah kelelahan mencari hanya Koco dan Lika yg tetap lanjut.
singkatnya, Riski sudah menghilang selama dua malam, semua persediaan tinggal menipis, dan satu lagi yg Riski perlu tau, Koco sudah tau semuanya.
sosok kepala yg Riski lihat itu sebenarnya hanya potongan rambut dari perempuan perawan yg belum seratus harinya yg diambil dari kuburannya.
kini biar Lika beristirahat, Riski juga begitu, saat matahari di atas kepala, di pos keempat di sana sudah ada yg siap menunggu mereka.