12

1.2K 42 0
                                    

singkat cerita, malam itu, sewaktu Riski dan Koco sedang tidur di dalam ranjang yg ada di kamarnya tiba-tiba anak itu dikejutkan dengan suara seperti benda jatuh, suaranya sendiri keras sekali sampai membuat tubuhnya seketika bangkit dari tempatnya.

jantung berdegup kencang, Riski benar-benar yakin kalau dia baru saja mendengar suara benda jatuh itu, ia pun menyenggol badan Koco berusaha membangunkannya agar dia ikut memeriksanya.

Koco hanya menggeliat sambil berkata kepadanya. "turuo su, mene munggah!!" (tidurlah njing, -besok kita naik!!)

"diluk Co, he, tangi!! tangi o, aku krungu suoro!!" (sebentar Co, he, bangun!! bangun!! aku tadi dengar suara!!)

tapi Koco tak menghiraukannya dan mengatakan, "halah wes ta lah turu o" (halah sudah lah tidur sana!!)

karena kesal Riski menjambak rambut Koco dan membuat anak itu seketika membuka kedua matanya dengan wajah yg dongkol Koco berkata, "LAPO SEH BLOK!!" (NGAPAIN SIH BLOK!!)

Riski kemudian menjelaskan kalau tadi dia mendengar suara benda jatuh, keras sekali, dia pikir mungkin ada yg gak beres.

Koco sebenarnya sudah mengatakan kepada Riski untuk tidak perlu terlalu memikirkan hal seperti itu, dia bilang kalau yg Riski dengar mungkin saja cuma krunguen, suara yg sebenarnya tidak ada, tapi belum selesai Koco bicara tiba-tiba suara benda jatuh itu terdengar kembali..

"JANCOK OPO IKU MAU" (JANCOK APA ITU TADI)

Koco kemudian melihat Riski, kali wajahnya nampak pucat, "iku sing mau marai aku tangi.. kowe krungu pisan kan?" (itu tadi yg membuat aku ikut bangun.. kamu dengar juga kan?)

Koco mengangguk, Riski kemudian melangkah turun diikuti Koco Riski berjalan mengendap-endap di dalam rumah mbah Kung bersama dengan Koco, rumah mbah Kung ini besar tapi masih berlantaikan tanah, mereka melihat keluar kamar dimana seluruh ruangan dalam keadaan sunyi senyap, tidak ada siapa pun kecuali mereka berdua.

tak lama kemudian lagi-lagi terdengar suara benda jatuh itu, kali ini lebih keras dari sebelumnya, penasaran dengan asal muasal suara, Riski kemudian melangkah sembari diikuti oleh Koco yg ada dibelakangnya, mereka mencari-cari asal suara itu sampai tertuju pada salah satu kamar, Koco sempat mengingatkan Riski, "he, ra usah lah ndelok ngene iki, ra sopan, mbalik ae nang kamar" (he, gak usah lah lihat yg beginian, tidak sopan, kembali saja ya ke kamar)

tapi Riski sudah kepalang penasaran, ia melihat pintu yg di cat dengan warna hijau tua itu, tak lama kemudian, dia mendorongnya pelan, di dalam sana, Riski mendengar suara-suara lain selain suara benda jatuh ada suara seperti anak-anak sedang bermain.

orang normal tentu saja berpikir, bagaimana mungkin di jam selarut ini masih ada anak-anak yg terbangun.

Riski bersama dengan Koco kemudian mengintip dari celah pintu yg terbuka, di dalam sana dia melihat ada anak-anak perempuan kecil, rambutnya panjang sampai sepunggung sedang berlari-larian di dalam kamar, mereka semua mengenakan pakaian berwarna putih.

Riski dan Koco tentu saja bingung, bukankah mbah Kung tinggal sendirian di rumah ini bersama dengan Mas Arman sopir jeep yg sudah mengantar mereka, lalu siapa anak-anak kecil ini?

apa mereka cucu-cucu mbah Kung. pikir Riski waktu itu.

tapi pemandangan ini belum menjawab dari mana suara benda jatuh itu datang, jadi sewaktu Riski dan Koco sedang memandangi anak-anak yg berlarian itu tiba-tiba terdengar suara sekali tepuk tangan "Clap!!" dan anak-anak perempuan itu kemudian berlarian menuju ke satu lemari tua.

lemari tua ini dibuat dari kayu jati, anak-anak perempuan itu kemudian mengerumuni lemari dan mengangkat tangannya yg mungil keatas seperti orang yg menunggu buah jatuh dari pohon, maka Riski dan Koco kemudian mengedarkan pandangan melihat keatas..

rupanya.. di atas lemari ada seorang wanita yg rambutnya panjang sedang menunduk melihat kebawah, wanita itu sedang dalam posisi orang yg seperti merangkak, anak-anak perempuan itu tertawa-tawa masih mengadahkan kedua tangannya, dan suara itu akhirnya terjawab saat Riski dan Koco -melihat kepala wanita yg ada di atas lemari jatuh dan menghantam tanah, menimbulkan suara berdebam yg keras, sontak Riski dan Koco terdiam seketika, terutama saat tawa anak-anak itu tiba-tiba lenyap dan melihat kearah Riski dan Koco yg sedang mengintip.

iya, anak-anak perempuan itu melihat Riski dan Koco, tapi sialnya, anak-anak kecil itu satu pun tidak ada yg memiliki wajah, termasuk sepotong kepala yg ada ditangannya.

Riski seketika membanting pintu itu kemudian berlari bersama dengan Koco, mereka cepat-cepat menuju ke kamar.

"Opo iku mau!!" (apa itu tadi!!) ujar Riski yg benar-benar merasa  ketakutan, Koco masih berdiri di depan pintu seperti sedang menahannya, Riski hanya bisa duduk sambil mengusap-usap wajahnya, setelah ia cukup tenang, Riski melihat kearah Koco, "lapo kowe iku, mrinio loh"

(kamu ngapain di situ, kesini loh?)

tapi Koco bergeming dari tempatnya, ia masih diam mematung seperti orang yg melamun, Riski pun berdiri mendekati Koco, "lapo seh mbut ken iki" (kenapa sih mbut kamu ini)

Koco masih diam.

saat itu lah Riski melihat ke tempat Koco sedang melihat dan di sana, Riski menemukan ada seorang wanita yg tadi sedang duduk dan menyisir rambut panjangnya menggunakan jemari tangannya.

Riski seketika terdiam tidak dapat bergerak.

"mas, kowe mbesok munggah nggih?" (mas, kamu besok mau naik ya?) kata wanita itu, meski pun tak memiliki wajah, suara itu seperti keluar dari dirinya, tidak hanya itu saja, suaranya terdengar begitu lembut dan halus.

Riski tidak menjawab, Koco juga sama saja.

"nang nduwur iku nggone sing jahat-jahat loh, nek aku dadi kowe, aku nang kene ae, enakan ambek aku mas, aku ra bakal sampe narik sukma mu koyok kae" ( di atas itu tempat yg paling jahat-jahat loh, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih di sini saja, enak sama aku mas, aku tidak--akan sampai mencabut sukmamu seperti apa yg mereka lakukan)

wanita itu masih menyisir rambutnya. rambutnya panjang sekali hingga menyentuh ke tanah.

ditengah-tengah ketakutan itu, Riski melihat wanita itu kemudian berdiri, ia menutupi wajahnya dengan rambutnya yg panjang.

"mrene, nang kene ae yo mbek aku" (kesini, di sini saja ya sama aku)

Riski menggelengkan kepalanya dengan keras, menolak, sembari tubuhnya menyenggol--Koco yg ada disampingnya, niat Riski adalah pergi dengan Koco dari kamar ini, tapi aneh, Koco masih diam seperti orang yg benar-benar kosong.

"he su, su!! sadar!! sadar!!" (he njing, njing!! sadar!! sadar!!

wanita itu kemudian mendekat.. angin seperti bertiup membuat tubuh Riski terasa dingin, ia pun menyenggol Koco lebih keras dengan bahunya dan saat itu lah,

Riski melihat kepala Koco jatuh dan menghantam ke tanah.

KEMBANG LARUKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang