Hari itu, Riski menginap di rumah Lika, mbak Nuk juga mengurusi semua kebutuhannya selama sehari, dan keesokan paginya, bapak Lika menawarkan diri untuk mengantar mereka ke stasiun, perjalanan mereka akan dimulai dari titik pertemuan ini.
Riski kemudian teringat dengan rombongan Koco dan berniat menanyakan hal itu, Lika kemudian mengatakan kalau semua rombongan Koco tidak ikut kecuali Koco sendirian di sana, hanya orang-orang pilihan yg Lika bawa karena tujuan mereka juga bukan untuk mendaki tapi mencari.
Riski kemudian bertanya, apa Koco tau tentang maksud dan tujuan mereka ini, Lika menjawab Koco tidak perlu tau dan dia harus ikut agar tidak menimbulkan kecurigaan siapa pun, tapi Lika menjamin orang-orang bawaannya adalah orang-orang yg berguna.
di stasiun, bapak Lika kemudian langsung pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun kepada mereka berdua, Lika berjalan dengan langkah kaki yg cepat, melewati banyak sekali orang-orang yg ada di stasiun, tempat dimana berbagai orang berkumpul menjadi satu.
pedagang, pelancong, semua orang memenuhi stasiun dan mereka akan saling berebut gerbong masuk, penumpang kereta masih belum diatur, di sana Lika melihat Koco dan orang-orang yg akan bergabung rupanya sudah berkumpul, di sana pula Riski akhirnya bisa melihat orang-orang itu.
seorang pemuda dengan rambut keriting panjang dengan badan tegap menyapa Lika dan Riski, seorang perempuan berambut pendek dengan jaket tebal mengangguk, juga ada seorang anak yg mungkin lebih muda membawa tas lonjong dengan sepatu karet pendakian, dan yg terkhir Koco.
Lika menyapa semua orang, begitu juga dengan Riski, setelah semua orang sudah berkumpul satu sama lain, mereka bergabung dengan orang-orang berebut satu sama lian untuk bisa ikut dalam rombongan kereta ini, dan siang itu, mereka berangkat ke tempat tujuan terakhir.
tempat dimana tragedi naas ini bermula.