24

1.7K 40 8
                                    

Lika lalu membuka isi tasnya, ia berniat mengambil sesuatu yg ada di dalamnya, tapi sosok Puteri memberi peringatan, "ojok sek, gak usah mekso mergo nang kene kabeh isok eroh, entenono diluk engkas.." (jangan dulu, gak usah memaksakan diri karena disini semua bisa melihat, tunggu sebentar saja) tapi dasarnya Lika sudah tidak perduli, di tangannya ada kain yg dilipat, si pemuda nampak terkejut saat melihat kain itu namun dia hanya diam saja, sementara Riski sejak tadi mendengar suara-suara dibalik pohon benar-benar menertawainya, tempat ini membuatnya kehilangan keseimbangan, pikirannya seperti pelan-pelan dimakan dan dibuat kacau. tapi Riski masih sadar, dia melihat kain putih yg ada di tangan Lika, saat lipatan kain itu di buka, Riski melihat dua butir gigi rahang.

wajah Puteri nampak melotot, meski pun dia tidak berkata apa-apa tapi raut wajahnya nampak menolak ide ini, sedangkan pemuda asing itu bersikap sama seperti Puteri membuat Riski bertanya-tanya mau apa dengan dua butir gigi rahang itu, apa yg mau Lika lakukan dengan itu..

"koen wes tau mati suri too.. aku oleh ndelok untu mu?" (kamu sudah pernah mati suri kan.. aku boleh lihat gigi mu?)

sosok Puteri kemudian sekali lagi mencoba menenangkan Lika, "nduk ojok ngene, koen gak ngerti opo sing mok lakoni!!!" (nak jangan begini, kamu gak tau apa yg kamu lakukan)

tapi Lika kemudian berkata, "koen mek dikirim karo wong iku, meneng o ae, iki urusan mbakku, tugasmu mek ngeterno aku tok" (kamu dikirim sama orang itu, diam saja, ini urusan keluargaku, tugasmu cuma mengantar)

Sosok Puteri pun diam, ia lalu menyeringai..

wajahnya nampak menahan kesal pada Lika, pemuda itu juga memilih diam, dari semua orang Riski yg masih melihat wajah-wajah mengintip itu lalu mendekati Lika yg sekarang berdiri di depan wajahnya, menyuruh Riski membuka mulutnya, tangan Lika lalu memeriksa satu persatu bagian gigi

"gak onok e mbak yu sing tanggal" (gak ada e mbak yg lepas) teriak Lika seolah memberitahu Puteri dan pemuda yg ada di belakang Riski, namun Riski sadar jika Lika seperti berpura-pura pun dengan yg lain yg hanya melihat, dan benar saja, tiba-tiba dengan gerakan tangan yg cekatan

Lika memasukkannya begitu saja dua butir gigi itu kedalam mulut Riski lalu menahan bibirnya saat Riski kemudian menelannya bulat-bulat, Riski tentu saja terkejut dengan apa yg baru saja Lika lakukan sehingga reflek tangannya memukul Lika tepat dibagian wajahnya, menghajarnya..

iya, Riski memukul wajah Lika berkali-kali seperti orang yg kesetanan, apa yg baru Lika lakukan seperti kelewat batas, tapi mendadak kepala Riski seperti dihantam dengan balok kayu, sakit, sakit sekali, Puteri dan yg lain tidak mencoba menghentikannya, Riski hanya tau, wajah Lika berdarah-darah tapi gadis itu masih sempat tertawa dengan mulut bersimbah darah, saat semuanya mulai temberam, Riski sudah jauh dari mereka--jauh--jauh sekali, karena dia mencium aroma yg dia suka, aroma tubuh Lika yg kuat, tapi Riski tahu itu bukan Lika..

Riski sudah berlari sendirian sejak tadi dan sejauh riski berlari, Lika dan yg lain tidak bisa mengerjarnya, Riski hanya mengikuti aroma itu.. bau insting yg menuntunnya, saat Riski sadar dia sudah sendirian di tempat ini, jauh masuk ke dalam hutan yg lebih dalam, Riski melihat kesana-kemari, tapi tidak ada siapa pun, hari gelap tapi gelapnya seperti saat surup, dimana langit masih kebiruan dan di bawah pohon yg sangat tinggi Riski lalu mendengar orang-orang berkerumun di atas jalan setapak dengan derap kaki yg cepat, Riski yg pucat kemudian datang memeriksa keatas bukit dengan rumput-rumput basah, dia pikir dia bisa meminta tolong derap langkah orang itu, Riski masih tak memahami tempatnya sedang berdiri dan benar saja seperti yg dia duga, tak jauh dari tempatnya ada segerombolan orang..

mereka berjalan berkerumun, menggunakan kaos oblong putih tanpa alas kaki, menapaki setapak demi setapak jalan yg menurun, Riski bersyukur dia tidak harus sendirian, maka cepat-cepat ia mendekat menuju ke gerombolan orang itu yg rupanya melantunkan sesuatu yg dia kenal, ditengah-tengah rombongan ada empat sampai enam orang menandu sesuatu seperti kotak panjang, tinggal beberapa langkah lagi, jarak mereka tidak terlalu jauh, Riski berteriak sambil memanggil-manggil orang -orang itu, saat Riski mulai menyadari kalau rombongan orang itu sedang menandu keranda mayat, saat itu lah Riski berhenti dan menghentikan langkahnya, sorak-sorai lantunan doa saat mengangkat mayit seketika Riski sadari namun terlambat sudah karena rombongan orang itu kemudian berhenti, sebelum menoleh bersama-sama melihat kearah Riski,

"Bajingan" umpat riski, menyadari jika yg ada dihadapannya adalah rombongan laki-laki berwajah pucat dengan luka seperti orang yg jatuh dari ketinggian,  beberapa bola matanya tidak ada di wajahnya, tapi ada satu kesamaan diantara semua laki-laki ini, mereka menjulurkan lidah yg sangat-sangat panjang sambil berujar kepada Riski, "monggo, tasik enten enggon kangge njenenngan" (silahkan, masih ada tempat untuk anda)

Riski pun tunggang langgang berputar arah sambil melihat rombongan itu mengamatinya. Riski tahu kalau tempat ini dipenuhi oleh semua yg-dimaksud oleh Puteri.

"pengetahuanmu soal gunung iku cilik yo" (pengetahuanmu soal gunung itu masih sedikit ya)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 27, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KEMBANG LARUKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang