Riski duduk disamping seorang bapak tua yang mengapit keranjang bambu nampaknya berisi ayam peliharaannya, sedangkan Koco beradu tenaga berhimpit-himpitan dengan seorang pria berbadan bongsor, sementara kawan-kawan Lika yg belum Riski ketahui namanya nampak sedang berbaur.
mereka berbicara dengan penumpang lain, Lika sendiri tidak berhenti melihat Riski sewaktu kereta terus melaju, sorot matanya membuat anak laki-laki itu merasa tidak nyaman.
Di dalam suasana yang ramai dipenuhi oleh manusia, bapak tua yang duduk disamping Riski kemudian membuka pembicaraan dengannya. “bade ten pundi dik?” (mau kemana dek?)
Riski mengangguk membalas hormat kepada si bapak, kemudian ia menyebutkan nama sebuah tempat, bapak itu lalu mengangguk mengerti, ayam yang sejak tadi ada di dalam dekapannya tiba-tiba saja menjadi tidak bisa tenang mungkin terganggu dengan laju kereta yang gerasak-gerusuk.
“mau apa dik ditempat itu?” tanya bapak itu lagi, Riski melihat Lika sebentar sebelum menjawabnya,
“mau naik pak, ke gunung yang ada di..” belum selesai Riski mengatakan nama tempatnya, si bapak tiba-tiba berkata kepadanya dengan ekspresi wajah yg datar, "urungkan!!"
"nopo pak? maksud njenengan?" (gimana pak? maksud bapak?)
"urungkan!!" katanya lagi, Riski mulai merasa tidak nyaman dengan bapak tua itu, sorot matanya benar-benar berbeda dengan tadi, Riski mencoba melihat kearah Lika yg juga melihat dirinya dari bangku yg lumayan jauh.
saat menoleh kembali ke bapak tua itu, Riski dibuat tersentak dari tempat duduknya, kedua tangannya memegang bagian wajah Riski lalu berteriak sangat keras, "URUNGKAN!! CAH CILIK!!"
untungnya salah satu kawan Lika, pria tegap dengan rambut panjang agak keriting itu datang.
pria itu langsung mendorong bapak tua itu, sambil satu jari jempolnya seperti menyentuh keningnya, anehnya setelah melakukan hal itu, bapak tua itu kemudian menggeleng-gelengkan kepalanya, kejadian itu membuat Riski menjadi pusat perhatian orang-orang yg ada di dalam gerbong.
untungnya tidak ada yg tau kejadian yg sebenarnya, semua orang kembali ke tempatnya masing-masing, pria itu kemudian berjalan mundur, meninggalkan Riski, bapak tua itu melihat Riski kemudian bertanya kepadanya lagi. "bade ten pundik dik?" (mau kemana dik?)
seperti itu lah, belum sampai menginjak tanahnya saja hal janggal sudah mulai terjadi, Riski tidak bisa membayangkan apa yg sebenarnya sudah menunggu dirinya.
***