11

1.2K 39 0
                                    

dari stasiun mereka kemudian menuju ke sebuah desa yg ada di kaki gunung, tempatnya sangat jauh dipedalaman, sempat melewati bagian-bagian jalur setapak dengan pohon-pohon tinggi besar di kanan-kiri, bahkan mobil harus melaju diatas lintas sungai kecil.

setelah melewati segala halang rintang baru lah mereka melihat sebuah gapura yg dibangun dari batu bata merah.

jika diperhatikan gapura ini cukup lama, dengan rumah-rumah disepanjang jalan yg terus naik, sampai akhirnya mobil jeep berhenti di satu rumah dengan halaman yg luas.

orang itu kemudian turun dan menuntun mereka bertemu dengan seorang kakek tua yg sedang memberi makan ayam.

awalnya tidak ada yg terjadi dengan mereka bahkan setelah melihat Lika, tak ada perubahan ekspresi apa pun sampai orang tua itu melihat Riski dan seketika wajahnya berubah.

orang tua itu sontak berteriak dengan nada yg keras, "KOWE EDAN!!! OPO MAKSUDMU IKI?" (KAMU GILA!!! APA MAKSUDMU INI?)

Lika kemudian maju dan berusaha menjelaskannya, tapi kakek tua itu tidak mau mendengarkan, "melu aku!! kowe sisan!!" (ikut aku!! kau juga!!)

Riski termangu,

ia juga dipanggil oleh orang tua yg tidak dikenalinya itu bersama dengan Lika.

sementara Koco dan yg lain menunggu di sebuah bangunan mirip mushola atau padepokan yg ada di bawah pohon rambutan.

di dalam ruangan itu, Mbah Kung orang yg sudah bertahun-tahun diberi mandat jadi juru kunci di atas tanah ini berteriak kepada Lika, wajahnya benar-benar menakutkan tidak seperti wajah tenang yg sebelumnya dia tunjukkan.

""Kowe iki golek molo nang kene, ra ngene carane nganggo goleki dulurmu, iso-iso sing gak iso muleh koen-koen iki!!" (kamu itu mencari masalah di sini, gak begini caranya untuk mencari saudaramu, bisa-bisa yg gak bisa pulang itu kalian juga)

Lika hanya diam saja melihat orang--tua itu sebelum kemudian dia berdiri, Lika berkata dengannya dengan suara yg selembut mungkin, "ngartos mbah tapi bapak tambah suwe tambah ra kuat nangung iki, ngenteni njenengan goleki mbak ra ndang ketemu juntrungane, kulo gowo kembang kale kulo gowo niki"

(ngerti mbah tapi bapak semakin lama semakin tidak kuat menanggung ini semua, menunggu anda mencari si mbak gak juga menemukan ujungnya, selain saya membawa si kembang saya juga membawa ini)

Lika menunjukkan sesuatu di dalam tas yg dia bawa, seketika wajah orang tua itu nampak--bingung.

wajahnya tiba-tiba berubah menjadi semakin pucat, ia terus berjalan mundur, "maksudmu opo kowe sampe nggowo iki? kowe ra ngehormati aku ya dadi juru kunci nang kene?" (maksudmu apa kamu sampai membawa ini? kamu tidak mau menghormati saya ya sebagai juru kunci di sini?)

Lika berujar dengan suara yg teramat tenang, "bar aku karo kancaku munggah, mbah ra usah melu-melu, kabeh sebab akibat siap tak tanggung dewe" (biar aku dan teman-temanku naik, mbah tidak perlu ikut campur, semua sebab akibat siap ku tanggung sendiri)

Mbah Kung mengalihkan pandangannya melihat kearah Riski, ia bisa tahu kalau ada yg tidak beres dari anak ini, maka mbah Kung mendekatinya, "kowe le, kowe gelem munggah karo cah wedok iki?" (kamu nak, kamu mau naik dengan anak perempuan ini?)

Riski melihat Lika sebelum mengangguk.

Mbah Kung kemudian mengerti, ia memijit bagian tengkuk belakang Riski sembari berkata kepada Lika, "ya wes, aku ra bakal melu urusanmu, sing mok gowo iku barang sing bahaya, cah cilik koyo kowe-kowe ra bakal iso nulung mbakmu, cara mu iki salah, cah edan!!"

(ya sudah, aku tidak akan ikut campur urusanmu, yg kamu bawa itu barang yg berbahaya, anak kecil kaya kalian tidak akan bisa menolong saudaramu, cara mu ini salah, anak stress!!)

Mbah Kung masih memijat-mijat tengkuk Riski, "tapi aku ra iso mbarke cah iki mok leboni barang gak--jelas koyo ngene, setidaknya dia kudu milih dewe dalane" (tapi aku tidak bisa membiarkan anak ini kamu beri barang gak jelas seperti ini, setidaknya dia harus memilih jalannya sendiri)

tiba-tiba isi dalam perut Riski seperti naik dengan sendirinya, ia mulai merasa mual, dan--semakin lama ia tidak bisa menahannya lagi.

Riski memuntahkan isi di dalam perutnya, seketika ia tersentak dari tempatnya duduk saat melihat gumpalan darah yg seperti sepotong daging tapi dalam keadaan yg menyengat.

"sak iki tak takoni maneh, kowe gelem melu cah wedok iki?"

(sekarang ku tanya sekali lagi, kamu mau ikut anak perempuan ini?)

anehnya, Riski tidak merasakan intimidasi dari Lika lagi, ia bahkan tidak perduli meski pun Lika memandangnya dengan sorot mata yg kosong, Riski menatap mbah Kung lalu berkata kepadanya. "purun mbah" (mau mbah)

Mbah Kung nampak kehabisan kata-kata, beliau kemudian berujar kepada Lika dan Riski,

"yowes, sak iki kabeh istirahat sisek, mene kaet munggah, engkok bengi bakal onok udan deres!!" (ya sudah, sekarang istirahat dulu, besok baru naik, nanti malam akan turun hujan yg deras!!)

seperti yg mbah Kung katakan, malam harinya hujan deras kemudian turun, di dalam rumah milik mbah Kung Lika kemudian memperkenalkan satu persatu orang yg besok akan pergi naik.

Lika menunjuk orang yg paling tua di sini, seorang teman yg sudah lama Lika kenal.

pria tegap yg pernah menolong Riski, namanya adalah Prio, beliau selama ini bekerja sebagai pemborong, Prio ini memiliki kebatinan yg kuat, beliau merasa kasihan sewaktu tau keluarga Lika menghadapi masalah yg sangat sulit, sehingga menawarkan diri dalam pendakian ini.

lalu perempuan dengan potongan rambut pendek, ia adalah teman dari saudara Lika, beliau sebenarnya sudah lama menawarkan diri untuk membantu tapi baru kali ini dia mendapat kesempatan itu, sedangkan yg satu lagi juga sama, mereka mengaku satu group dengan saudara Lika dan hanya-berniat menolong sebisa mereka, sedangkan Koco yg masih tidak mengerti kenapa list orang-orang yg datang berbeda seperti yg Lika jelaskan saat pertama kali menawarinya untuk ikut pendakian masih belum diberitahu alasan yg sebenarnya.

Lika hanya berujar kalau teman-teman mapala-yg lain, semuanya tidak bisa ikut dalam pendakian ini karena hal yg Lika sendiri tidak ketahui.

Riski pun memilih diam apalagi Lika sudah memohon kepadanya untuk merahasiakan ini kepada Koco, perempuan itu berjanji tidak akan ada yg terjadi dalam pendakian ini.

KEMBANG LARUKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang