16

1.2K 43 1
                                    

Riski berlari, kakinya menapak di atas tanah basah, di depannya sudah menunggu rimbun semak belukar dengan tanah lapang lengkap dengan banyak pohon-pohon hutan, waktu itu Riski tidak berpikir jauh kalau bisa saja dia menerobos kearah jurang, baginya saat itu dia harus pergi..

Riski pun sama sekali tidak menengok kebelakang, baginya kepala anak perempuan itu sudah terbayang-bayang di dalam kepalanya.

Riski masih bisa mengingat dengan jelas kalau potongan kepala itu dalam kondisi mata  terbuka, hal ini yg membuat Riski tentrum dan memilih berlari saja.

sejengkal demi sejengkal, kaki Riski berlari naik turun tanah gunung yg memang tidak rata, yg dia ingat saat itu, hujan masih turun dan semakin lama semakin deras, tidak hanya itu saja, suhu udara juga bertambah dingin, tapi Riski terobos saja semuanya, dia bahkan lupa..
alasan kenapa datang ke tempat ini, saat Riski baru sadar sesaat kemudian, dia baru berhenti di bawah pohon  besar dengan akar-nya yg menjulang ke tanah, Riski kemudian menghelas nafas, dia baru ingat kalau dia baru saja meninggalkan kawan-kawannya, sontak bocah malang itu melihat kesana kemari, dia sudah tidak tahu sejauh apa meninggalkan Koco, Lika dan yg lainnya, Riski kemudian berniat untuk kembali sebelum dia menyadari kalau di atas akar-akar yg menjulang itu, Riski tidak sedang sendirian..

jadi Riski sempat mencium aroma yg familiar tapi karena hujan sedang turun dan tanah dalam kondisi basah sehingga mengaburkan aroma nya tapi sejelan waktu bergulir Riski sadar, dia menciumnya dan melihat keatas tempat akar-akar pohon itu tumbuh tidak beraturan, di sana..

Riski melihat tujuh sampai sembilan Pocong sedang duduk, ada satu yg bergelantung dalam posisi wajahnya melihat ke tempat Riski yg kemudian diikuti satu pocong jatuh dan menghantam tanah, "gedebuk!!!!" Riski termangu, wajah pocong ini seperti daging dicacah halus..

tidak butuh waktu lama bagi Riski yg kemudian berlari menjauh dari pohon itu, kakinya bergerak sesukanya menembus semak belukar yg ada dihadapannya, saat itu Riski tahu kalau makhluk itu semuanya sedang melihat kearah Riski, untungnya sekumpulan pocong itu hanya melihatnya saja..

belum berhenti di sana, saat Riski sedang menapaki tanah naik yg mulai berlumpur, Riski terpeleset jatuh dengan kepala bagian belakang menghantam tanah lebih dulu, rasanya.. sakit sekali, sampai membuat Riski menggeliat, untungnya makhluk itu tidak mengejarnya, Riski pun bangun..

dengan badan terseok-seok, Riski membuka isi tas-nya, niat hati dia mau mengambil senter tapi tak berselang lama Riski lagi-lagi merasa diawasi oleh sesuatu yg sedang beruit-suit, Riski tentu sadar, apa mungkin jika itu kawan-kawannya yg sedang mencarinya..

dengan senter yg ada di tangan Riski kemudian melihat pemandangan seperti kebun yg dipenuhi dengan pohon karet, hal ini terlihat dari guratan pada badan pohon.

Riski pun berjalan masuk kesana, dimana jarak antar pohon tidak terlalu jauh dengan kabut yg menyelimutinya..

semakin masuk, suara suit atau siulan itu semakin terdengar, Riski tentu berteriak untuk menunjukkan posisinya sambil mengarahkan senter keatas berharap ada yg bisa melihat dan menemukannya..

kabut semakin tebal dan udara semakin dingin, tapi Riski tak kunjung bertemu siapa pun.

tapi semakin kedalam jarak antar pohon semakin renggang, hal ini mungkin terdengar sederhana tapi rasa-rasanya Riski mulai merasa ada yg janggal dari tempat ini dan saat itu lah suara siulan itu lenyap sudah berganti menjadi suara tertawa yg pernah Riski dengar

si nenek kembali.

kabut yg seperti asap putih kalau terkena sinar bulan seperti menunjukkan bayang wanita tua berambut panjang keriting berjalan dengan punggung bungkuk melewati satu pohon ke pohon lain, kemudian lenyap saat Riski melihatnya dan seiring waktu dia muncul diiringi suara mengikiknya.

KEMBANG LARUKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang