pagi harinya, Riski dibangunkan Koco dengan cara menepuk pipinya, "tanggi ndul, turu koyo mayit, setan!! tangi!! gur adus ndang sat set ngunu loh, bujangan tapi tangi awan"(bangun ndull, tidur kaya mayit, Setan!! bangun!! cepat mandi trus pergi gitu loh, bujang tapi bangun siang)
Riski melihat Koco sudah rapi, baju dan perlengkapan mendaki juga sudah siap semuanya.
Riski menahan sakit di kepalanya setelah semalam dia merasa kalau benar-benar melihat hantu wanita yg menghuni rumah mbah Kung, dia pun pergi ke kamar mandi, bersiap seperti yg lain.
setelah semua perlengkapan dan persedian sudah selesai, Riski kemudian menyusul yg lain, di luar rumah, Koco, Lika, Prio, Puteri dan Andris sudah menunggu Riski, mereka memang sengaja akan mulai mendaki saat matahari sejajar di atas kepala, maka mereka pun bersiap bersama, tapi..
Mbah Kung yg sedang duduk di teras depan rumah sembari menyesap tembakau memanggil Riski, beliau kemudian bertanya, "wes ketemu demit e omah iki, yo opo, awakmu jek nekat kate melok?" (sudah ketemu sama hantunya rumah ini, gimana, kamu masih mau nekat ikut?)
Riski melihat Lika.
"nggih mbah, saya akan ikut"
mbah Kung kemudian mengangguk, "yawes, sing mok temoni mambengi iku gak onok opo-opone karo sing gok nduwur, ati-ati bahkan ambek kancamu dewe? yo" (yasudah, yg kamu lihat semalam itu masih gak ada apa-apanya sama yg ada di atas, hati-hati bahkan--sama temanmu sendiri? ya)
Riski mengangguk, siang itu, mereka berenam memulai jalan mereka untuk mulai mendaki menuju ke pos pertama.
Riski yg notabennya belum pernah satu kali pun naik ke gunung tentu saja merasakan perasaan yg campur aduk, dilain hal ini adalah pengalaman pertamanya tapi sekaligus pengalam yg bisa membahayakan, satu hal yg tidak dia pahami, kenapa dia sampai seperti ini pada satu wanita saja.
apalagi wanita ini belum terlalu lama dia kenali, tapi seolah Riski mau melakukan apa pun untuk Lika yg memang memiliki paras cantik yg tidak biasa bahkan Riski bercerita jika Lika memiliki kecantikan yg tidak bisa dia gambarkan, dia jauh di atas kecantikan banyak wanita.
pada pendakian pertama ini Riski banyak sekali melihat pohon, ia benar-benar merasakan suasana yg baru, pantas banyak orang memilih gunung untuk menenangkan diri, rupanya ini lah perasaan para pendaki-pendaki yg sering Riski dengar dari komplotan teman-teman Koco.
tanpa Riski sadari bahkan ia sempat tersenyum sendirian, hal ini rupanya disadari oleh Koco, dia menyenggol Riski lalu berujar, "Piyeeee, enaaak too munggah gunung? kandani ket biyen, kowe nek melu tak jak nang puncak mahameru?" (gimanaaa? enaaak ya naik gunung? sudah kubilang--dari dulu, kamu kalau mau naik sudah ku ajak ke puncak mahameru?)
Riski tidak menjawab godaan Koco, semua orang di dalam rombongan hanya melirik Riski, karena tidak terlalu akrab jadi jarak mereka terpaut satu sama lain, kecuali Lika, ia sempat menahan senyum, satu hal yg membuat jantung Riski berdegup semakin cepat, sungguh, Lika ini mungkin gambaran dari bidadari yg sering orang-orang bilang saat bermimpi.
awalnya, masih tidak ada yg terjadi, Riski juga bisa menempuh pendakian dengan normal, ia bahkan sempat mempertanyakan dimana kesulitan saat pendakian seperti apa yg orang-orang pernah katakan, nyatanya baik fisik atau pun mental, Riski masih terlihat baik-baik saja.
tapi, semua baru terjawab saat kurang lebih sudah satu setengah jam mereka bergerak terus naik ditambah tanah yang mereka daki mulai tidak rata, terkadang mereka jg harus menggunakan otot kaki lebih kuat untuk menanjak dan terkadang Riski harus menahan bobot tubuh serta beban yg--dia bawa dipunggungnya.
Riski mulai menghela nafas lebih sering bahkan beberapa kali pijakannya terasa goyah, hal ini disadari tidak hanya oleh Koco tapi oleh yg lain, Priyo sebagai orang yg paling tua kemudian berujar, "istirahat sek ya"