15. Selamat Tidur, Haikal

319 103 22
                                        

DON'T FORGET TO FOLLOW VOTE AND COMMENT YOI

HAPPY READING!

-

Angin berhembus menciptakan udara dingin di atas motor itu. Avni dan Haikal pergi ke sekolah bersama lagi. Sama seperti biasanya di pagi hari matahari begitu indah nan hangat.

"Jangan tinggalin aku ya? aku tau, aku bukan siapa-siapanya kamu. Tapi aku mohon, jangan tinggalin aku," ucap Avni.

Haikal yang mendengarnya pun hanya diam, dia tidak tau harus menjawab apa.

"Setiap orang pasti akan pergi, Av, tapi aku gak akan ninggalin kamu tapi jika suatu hari nanti kata-kata ku ini bohong maka tolong maafin aku ya," ucap Haikal lembut.

"Ngga, aku gak mau kamu pergi."

"Tapi Avni."

"Jangan pergi ya?" pinta Avni lagi.

Haikal menghela nafas nya, "Iya oke, aku gak akan pergi."

"Untuk saat ini," batin Haikal.

Haikal bingung, dia tidak ingin meninggalkan Avni tapi di sisi lain...

... penyakit nya, penyakit kanker otak yang ia baru ketahui beberapa hari yang lalu.

Flashback on

"Dok, ini beneran?" tanya Haikal saat melihat tulisan yang ada pada kertas yang ia pegang.

Dokter Angkasa mengangguk, "Sudah stadium 4 alangkah baiknya jika langsung menjalani operasi."

"Kanker otak stadium 4," gumam Jasa saat membaca secarik kertas tersebut.

Jasa membuka matanya lebar-lebar, ia tidak percaya dengan apa yang baru saja ia baca.

"Jika tidak di operasi dok?" tanya Haikal.

"Kemungkinan terbesar kanker itu akan lebih menyebar dan akan mengakibatkan kematian."

Flashback off

Dan Haikal tidak bisa berbuat apa pun. Apa Haikal harus menjalani operasi tersebut?

Tin Tin Tin

Suara klakson motor terdengar dari belakang membuat Avni dan Haikal terkejut padahal Haikal sudah mengendarai motornya dengan baik.

"AJJOJING ALAH ALAH AJJOJING!"

Suara yang tidak asing di telinga Avni itu adalah temannya Haikal.

"BUCIN MULU LO SEKARANG!"

Itu teriakan dari Juan dan Renaldi di motor yang berbeda. Tentu saja mereka paling anti jika harus saling berboncengan.

"DARI MANA AJA LO KAL?!" teriak Renaldi.

Haikal pura-pura tidak mendengarkan nya lalu melajukan motornya sedikit lebih cepat. Seolah suara teriakan Renaldi hanya angin yang lewat di telinganya.

He is Haikal [completed✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang