PART 18

25.9K 2.5K 217
                                    


"Nenek, dia yang udah merebut semuanya dari Icha" bisik Icha pada Winda sambil melirik Rasya yang sudah tertidur di gendongan Zayn

"Apa karena anak ini kalian jadi melupakan cucuku?" Tanya Winda menatap buntalan yang berada di gendongan Zayn

"Bahkan sebelum Rasya datang kita sudah melupakan mu, kami semua tidak pernah menganggap mu ada Icha" ucap Nevan sedangkan para orang tua hanya bisa diam karena jika Reymond dan Lea yang bertindak mereka takut salah kata karena bagaimanapun juga Winda adalah sahabat mereka, jika Albert dan Anin yang bertindak itu juga tidak mungkin karena Winda adalah ibu Anin dan ibu mertua Albert sedangkan Edgar dan Nita memilih diam karena ada anak anak yang sudah mengeluarkan kata kata mutiara mereka

"Apa apaan ini! Jadi selama ini cucuku tidak bahagia tinggal disini!!" Sentak Winda

"Pelankan suaramu, aku tidak mau Rasya terbangun hanya karena suara nenek yang sangat berisik" ucap Zayn sambil mengelus rambut Rasya dengan lembut

"Apa semua anak anak yang tinggal disini semuanya bersifat seperti anak yang tidak terdidik?" Sarkas Winda

"Ibu!" Tegur Anin

"Diam Anin, kau juga mengabaikan cucu kesayangan ku kan? Apa ini karena anak itu? Yang entah dari mana asal usulnya, oh! Atau karena anak yang sudah mati itu?"

"Mulai hari ini, aku akan tinggal disini!" Putus Winda yang tentu saja di tantang oleh anaknya

"Tidak bisa ibu" tegas Anin

"Kenapa? Kamu tidak mau ibu tinggal disini?"

"Bukan seperti itu--"

"Sudahlah Anin, biarkan ibumu tinggal disini, jika dia melakukan hal yang diluar batas wajar, aku sendiri yang akan mengusir nya" ucap Lea

"Aku seperti ini karena kau adalah sahabat ku" sela Lea saat Winda akan berbicara

"Dan satu lagi, ini kediaman keluarga Alexander, jadi jaga sikap mu"

"Aku tidak menyetujuinya" ujar Rafael dingin

"Jangan ada yang membantah" balas Lea lalu pergi dari sana bersama Reymond

"Aku harap, ibu tidak membuat ulah jika tinggal di sini" peringat Anin, ia jadi tidak enak dengan anggota keluarga lainnya, apalagi Nita, Karena tadi ibunya itu sempat membahas Alby yang tentu saja topik itu sangat sensitif ditelinga Nita, bukan Nita saja sih, tapi seluruh keluarganya

Satu persatu semuanya mulai pergi, lalu tinggallah Winda dan Icha disana

"Lihat, pipi cucu nenek jadi memerah" ucap Winda seraya mengelus lembut pipi Icha yang memerah karena tamparan Rafael tadi, bahkan ada jejak telapak tangan Rafael disana

"Tidak apa apa nek"

"Oh iya, nenek kok ada disini?" Tanya Icha, karena setahunya neneknya ini tinggal di Prancis

"Nenek kesini kan karena kangen sama cucu perempuan nenek satu satunya ini" jawabnya sambil mengacak acak rambut Icha

"Ihhh nenek~ rambut Icha jadi berantakan" rengeknya yang terdengar lucu ditelinga Winda

"Lucu banget sih cucu nenek" kekehnya

"Yang di gendong Zayn tadi siapa ya?" Tanya Winda yang membuat senyum Icha luntur

"Dia itu anak titipan" ketusnya

"Nggak boleh ketus ketus, nanti cantik nya hilang loh"

"Nenek bisa aja, kkkkkk"

.

.

.

.

Rafael membawa Rasya ke kamarnya, lalu membaringkan Rasya di ranjang king size nya

Setelah itu Rafael menempelkan bye bye fever di kening Rasya karena ia masih demam, lalu ia ikut berbaring di samping adiknya itu

Sedangkan di sebuah kamar yang nampak sangat rapi, tapi sayang penghuninya sudah pergi dua tahun yang lalu, di sana ada seorang ibu yang tengah menyesali perbuatannya

Dua tahun telah berlalu, tapi penyesalan rasa dan bersalah itu masih terus saja menghantuinya

Memandang foto yang terpajang di nakas samping tempat tidur, Nita menerawang jauh ke dua tahun yang lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Memandang foto yang terpajang di nakas samping tempat tidur, Nita menerawang jauh ke dua tahun yang lalu

Flashback

'prang!!'

"Jadi selama ini kamu menyuap guru agar dapat peringkat pertama!!!" Marah Nita

"Nggak mom! Alby nggak pernah kayak gitu"

"Tapi tadi aku lihat Abang kasih uang ke guru kok" cicit Icha sambil meremas ujung seragam nya yang sedang berdiri di samping Nevan

"Malu maluin keluarga aja!" Cibir Leon

"Kapan kamu lihat aku kasih uang ke guru?" Tanya Alby ke Icha

"Tadi di kelas setelah jam istirahat"

"Setelah jam istirahat, kelas aku lagi jam kosong, lagian kalau aku kasih uang ke guru seharusnya di tempat yang sepi kan? Bukan malah di hadapan anak anak!, Kamu jangan ngarang cerita deh"

"Kok aku sih yang di salahin" ujar Icha dengan mata yang berkaca-kaca

"Udah, nggak ada yang salahin Icha kok, Alby yang salah" ujar Edgar lalu menggendong Icha dan menghapus air mata Icha dengan ibu jarinya

"Iya, mungkin Alby cuma iri sama kamu makanya sampai menyuap guru, kamu kan dapat peringkat dua hari ini, selamat ya" sahut Nevan dengan senyuman manisnya

"Makasih Abang" balas Icha

"Aku nggak nyuap guru bang" Ujar Alby sambil meremas piala yang ada di genggaman nya

"Kamu itu orang bodoh Alby, nggak mungkin dapat peringkat pertama, dan mungkin aja piala yang selama ini kamu bawa pulang itu hasil menyuap guru atau beli di pasar" ucap Edgar Karena memang dari dulu saat pertemuan wali murid, tidak ada satu pun keluarga yang mau datang untuk jadi wali Alby, Arion dan Rafael? Sejak mereka naik SMP mereka memutuskan untuk bersekolah di Amerika sampai saat ini mereka belum pulang karena masih melanjutkan studi nya, jadi mau tidak mau Alby harus menyewa Abang tukang nasi goreng yang biasa ia beli untuk menjadi walinya

Mereka semua pergi meninggalkan Alby yang tengah berdiri dengan tatapan kosong, memang sudah biasa hal seperti ini terjadi, tapi Alby belum terbiasa sehingga menimbulkan luka yang berbekas di hatinya, sampai kapan dia akan seperti ini?

Flashback end

"Hiks"

"Hiks"

"Hiks"

"Maaf Alby...mommy minta maaf.. hiksss.."

Lama Nita menangis, sampai ia ketiduran di kamar Alby dengan memeluk foto sang pemilik kamar

Seseorang yang sedari tadi melihat itu masuk kedalam kamar lalu mengecup lembut kening Nita sambil mengusap rambut panjang itu, setelahnya tangan kekar berotot itu beralih ke foto yang sedang di peluk oleh Nita dan mengusap foto itu secara perlahan

"Maafin Daddy juga ya sayang"

ARRASYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang