"Jadi bener, Harraz sama Jingga udah putus?" Sepertinya sudah 5 kali Jian bertanya pertanyaan yang sama pada Wella dan Jendra yang sedang mengerjakan tugas matematika, dan sebanyak itu pula jawaban yang keduanya berikan, "Tapi kok bisa?"
Menghela nafasnya pelan, Wella menatap Jian, "Ya bisa, apa sih yang gak bisa."
Melanjutkan kegiatannya lagi, kali ini Jendra yang menatap Jian, "Ji, Harraz itu naksir lo." Ucapnya, Jian hanya bisa mengerutkan alis, "Kayaknya Harraz gak bakalan cerita soal ini, tapi gapapa biar gue yang ceritain." Jendra mendekatkan wajahnya pada telinga Jian, membuat lelaki itu juga mendekat, "Ini semua tuh rencana Dwiki."
"Dwiki?"
Anggukan kepala dari Jendra semakin membuat Jian bingung, apa hubungannya semua ini dengan Dwiki, pikirnya.
"Dwiki nyuruh Harraz deketin Jingga 3 bulan." Ucapan itu membuat Jian membulatkan mata, "Kalo Harraz berhasil, dia dapet mobil sebagai imbalannya."
Jian sangat terkejut mendengar itu, tak menyangka hubungan keduanya hanya sebatas taruhan saja, "Mereka taruhan?" Jendra mengangguk sebagai jawaban, "Jahat banget. Terus Jingga gimana?"
Memilih melanjutkan mengerjakan soal-soal, Jendra mengedikkan bahunya tidak tau dengan kelanjutan kisah Harraz dan Jingga, "Tapi intinya mereka udah selesai."
"Jahat."
Jian sungguh tak habis pikir dengan apa yang telah Harraz dan Dwiki lakukan, apakah perasaan Jingga hanya mainan? tega sekali keduanya seperti itu, Jian merasa tak enak pada Jingga. Mungkin menceramahi Harraz setelah ini adalah pilihan yang bagus, lihat saja lelaki itu nanti.
.
.Jian dan Jendra sedikit terkejut, ketika Jingga dengan tiba-tiba muncul didepan keduanya. Gadis ini nampak tersenyum pelan, "Gue mau ngomong sama Jian." Katanya pada Jendra, otomatis membuat Jendra menoleh.
Sebenarnya meninggalkan Jian dan Jingga bukan pilihan yang bagus, tapi sepertinya memang ada hal yang penting untuk keduanya bicarakan, Jendra mengalah maka memilih untuk pergi ke kelas duluan.
"Mau ngomongin apa?" Tanya Jian pelan, mungkin ini pertama kalinya Jian bicara berdua dengan Jingga, rasanya sedikit gugup.
"Gak disini, taman belakang, ya. Bentar aja kok."
Jian mengangguk, lantas mengikuti langkah kaki Jingga menuju tempat yang ia maksud, taman belakang. Suasana disini sepi, mungkin hanya ada mereka berdua, karna kegiatan belajar mengajar sudah berlangsung sejak beberapa saat yang lalu.
Masih memilih diam, Jian hanya memperhatikan sekitar, sekalian menunggu Jingga berbicara terlebih dahulu.
"Lo udah tau ceritanya?" Tanya gadis itu, membuat Jian menoleh kesamping lantas menggeleng, "Udah banyak korbannya, Ji."
"Korban apa?"
"Harraz."
Jian terdiam, harusnya dari awal ia menyadari kalau Jingga akan membahas Harraz, bisa-bisanya lelaki ini tak peka, "Harraz kenapa?"
Jingga menatap Jian, "Dia sering taruhan sama temen-temennya." Ucapan itu membuat Jian menaikkan alis, "Udah banyak korbannya, termasuk gue."
Apa yang sebenarnya ingin di sampaikan gadis ini, kenapa bertele-tele sekali.
"Dia lagi deketin lo, kan? Bisa jadi lo target selanjutnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dreams
FanfictionHajeongwoo area. Book kedua untuk kisah Harraz dan Jian yang belum selesai, atau bahkan belum dimulai sama sekali. Kalau kata Jendra, mimpi itu kebalikan dari dunia nyata, bolehkan Jian berharap lebih kalau suatu saat Harraz bisa melihatnya sebagai...