accident

1.2K 242 57
                                    

Jian dan Harraz sepakat untuk tidak terlalu berinteraksi di sekolah, Jendra dan Wella pun sudah tau akan hal itu. Demi menjauhkan Jian dari guna-guna Jingga, dua sahabatnya itu akan terus mengikuti Jian kemanapun ia pergi.

Dimulai dari semalam, Jendra menginap dikediaman Jian atas suruhan Harraz, dan Wella yang menjemput keduanya untuk berangkat bersama.

Jingga terlihat sungguh-sungguh dengan ucapannya, walau Jian bilang bisa menjaga dirinya sendiri, Harraz tak akan pernah membiarkan Jian sendirian.

Jendra, Wella dan Jian langsung menuju kantin ketika datang ke sekolah, mengisi perut yang kosong sembari menunggu bel masuk berbunyi.

"Gue udah sarapan tadi." Jawab Wella ketika ditanya ingin dipesankan nasi ayam atau tidak oleh Jendra.

Sedang asyiknya mengobrol berdua, Jian dan Wella dibuat heran ketika Jingga duduk dengan tiba-tiba disebelah lelaki itu, "Gue gabung, ya." Kata Jingga, lalu mengaduk makanannya tanpa memperdulikan tatapan menusuk milik dua orang ini.

"Ngapain sih, pergi lo." Wajah Wella sudah masam, suasana hatinya yang semula baik mendadak berubah.

Jingga mengangkat pandangannya, "Gue kan temenan sama Jian, berarti gue boleh dong duduk disini." Ucap Jingga, dengan mata yang mengarah ke Jian, bermaksud agar lelaki itu menyetujui ucapannya.

Namun Jian malah mengerutkan alis, "Jujur, kita gak sedeket itu sih." Jawab Jian yang malah membuat Wella menunjukkan senyum miringnya.

Jendra datang, wajah terkejutnya tak bisa disembunyikan, menaruh piring dimeja, lelaki ini lantas biasa saja, tak menunjukkan rasa tak sukanya pada Jingga yang membuat gadis itu sedikit tersenyum. "Beli minum, Well. Gue lupa." Ujar Jendra, kakinya sedikit menyenggol kaki Wella yang berada disebelahnya.

Wella menghela nafas pelan, lalu berdiri dan membeli minuman sesuai yang Jendra perintahkan tadi.

Melihat Wella yang berbalik ke meja dengan membawa 3 gelas sirup merah membuat Jian sedikit menjauhkan diri dari Jingga, teringat akan mimpinya waktu itu, Wella pasti akan menjatuhkan minuman yang dibawanya, karna kalau dipikir-pikir, siapa juga yang akan minum sirup dingin pagi-pagi begini.

Jian bisa bersaksi atas nama ibunya, kalau ini pertama kalinya ia bertindak jahat, tapi Jian dan sahabatnya tak akan melakukan ini kalau Jingga tak bermain-main dengan dirinya, ya anggap saja ini sebuah peringatan karna ia bermain-main dengan orang yang salah.

Dan, benar saja dugaan Jian, nampan yang berisi tiga gelas sirup berwarna merah itu jatuh tepat mengenai seragam Jingga, membuat gadis itu terdiam mematung ditempatnya, mungkin terkejut dengan kejadian yang tiba-tiba ini.

"Ouh sorry." Wella yang tadi berpura-pura tersandung sudah berdiri tepat didepan Jingga, tanpa sedikitpun berniat membantu gadis itu yang seragamnya telah basah dan meninggalkan bercak noda merah. Mendekatkan dirinya, Wella sedikit berbisik, "Ini balasan karna lo udah ganggu Jian." Katanya.

Jingga tentu saja marah, ia menatap Wella dengan nafas yang memburu, Wella mundur ketika tangan Jingga hendak menyentuhnya, lalu satu tamparan mendarat dipipi kiri Jingga membuat semua orang yang sedang berada di kantin saat itu terkejut, termasuk Jian yang sekarang sudah berdiri dibelakang Jendra. "Ini balasan karna lo berani nyentuh Jian." Ucap Wella lagi, "Gue gak bakalan berhenti, kalo lo gak berhenti." Setelahnya Wella berjalan keluar kantin dengan Jendra dan Jian yang mengikuti.

.
.

"Kamu seharusnya gak usah terlalu keras, Well. Saya takutnya malah kamu yang kena masalah, ingat ya, Jingga itu anak kepala sekolah."

Mungkin sudah 3 jam lamanya Jian menceramahi gadis ini, namun reaksi Wella hanya anggukan singkat dan sesekali helaan nafas, membuat Jian memijit pelipisnya.

Dreams Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang