7° Hari Terakhir

46 15 4
                                    

Dua hari kemudian, Juna merasakan lebih baik dan lebih leluasa kembali setelah lengan kanan dia terasa enteng tidak merasa nyeri, pegal dan berat. Juna bisa meyakinkan orang tuanya kembali untuk ia ikut main motor lagi, namun sesuatu hal mengusik dirinya agar mengingatnya.

Apa gara-gara botol minyak itu yang di berikan oleh Hyuna membuat dia bisa jadi lebih segar seperti ini dan kembali beraktivitas main motor kembali dengan fokus? Juna menggeleng, hanya kebetulan dan itu tidak lebih buat hilangin rasa sakit aja dari efek panasnya.

Tapi apapun itu, Juna berterimakasih kepada Hyuna karena telah membantunya cepet sembuh dari cedera tetapi ia enggan untuk mengungkapkanya secara langsung.

"Inget yah, jangan ngebut! Lengan Njun baru sembuh lho! Jangan buat Bunda ngerasa khawatir lagi." peringat Yerin kepada Juna yang mau berangkat sekolah di hari Jumaat.

Juna hanya mengangguk dan tersenyum tanda ia menurut kepada Yerin. Dan sekarang Yerin menyerahkan perlengkapan bekal dia lebih banyak kembali hingga membuat Juna hanya bisa menghela nafas.

"Banyak banget ini Bun," lesuh Juna hanya nanya lho.

Yerin mencibik, "Katanya sekarang full seharian di sekolah karena ada program Permata para peserta Orientasi yang terakhir. Makanya Bunda sengaja banyakin karena kamu gak bakal pulang ke rumah, ngurusin pembinaan di sana kan? Kalo anak didik baru pulang dulu terus ke sekolah lagi nanti sore. Kamu tuh harus inget kesehatan kamu, Bunda gak mau kamu kecapek'an Njun. Apalagi kamu baru sembuh," panjang Yerin cerewet memperingati lagi dan lagi kepada anak sulungnya.

Juna menatap dengan mulut terbuka, Bunda mulai menjelaskan secara rinci dengan tegas dan tidak unsur bantahan. Juna sedikit males kalo udah gini tapi satu sisi ia bersyukur karena dengan begitu orang tuanya sayang dia.

Tapi menurut Juna ini terlalu berlebihan, bahkan Vino memberikan dia uang jajan selama sebelun penuh itu pun Juna pake dengan kepentingan hal lain tanpa Juna pake buat di jadiin kepentingan dia sendiri yang banyak jajannya. Karena Juna orangnya mandiri, karena dia bisa menghasilkan uang sendiri dengan caranya tanpa orang ketahui.

"Gak berlebihan apa?--"

"Masih nanya aja berlebihan gak nya itu juga buat kamu! Bunda gak asal-asalan kasih kamu perhatian, bersyukur kamu tuh!" garang Yerin membuat Juna semakin melebarkan senyumannya dan memeluk sang Bunda sayang.

"Iya Bunda, makasih banyak!" Yerin membalas dengan sayang menepuk punggung Juna.

"Njun pamit yah," pamit Juna sambil memakaikan helm setelah dia gantungin paper bag perlengkapan dia di gantungan motor buat kemah nanti di sekolah.

"Hati-hati, inget pesan Bunda!" ujar Yerin dengan menahan tangis.

Juna mendesah karena beginipun Yerin banyak drama. Padahal jelas, hanya sehari ia berkegiatan di sekolah tapi Yerin terlalu mengkhawatirkan dia begitu lebih. Seakan-akan Juna mau perang ke luar angkasa bertugas di langit atas.

Hadeuh :v





-- JUNA ?¿ NJUN --






Juna yang mengendarai motor dengan suara agak bising hampir menuju sekolah, tak sengaja melihat Hyuna jalan kaki setelah turun di halte dari Bus menuju sekolah yang beberapa kilometer lagi. Juna hanya menatapnya tidak lama, tanpa berniat menyapa atau sekedar basa-basi saja.

Hyuna juga melihat Juna melewatinyapun buru-buru mengejar dengan berlari. Juna mermarkirkan motor dengan baik lalu meletakan helmnya di atas motor, dia membawa paper bag itu ikut bersamanya. Namun langkah Juna terhenti karena Hyuna kembali muncul di hadapan dia.

"Huh-- huh, capek juga." Hyuna mengatur deru nafas setelah dia berlari dengan lumayan sampai ke sekolah dan berdiri di hadapan Juna.

Hyuna sadar, cowok itu kini membawa motornya lagi setelah tiga hari ini Juna gak mengendarai kembali karena di larang Yerin akibat ia masih sakit lengan. Dengan tampang kelelehan habis lari, Hyuna tersenyum dan merapihkan seragamnya.

Juna Dipanggil NjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang